Internalisasikan Core Value dan Employer Branding ASN, Kemensetneg Adakan SeLF 2022

 
bagikan berita ke :

Jumat, 23 September 2022
Di baca 1243 kali

Pusat Pengembangan Kompetisi Aparatur Sipil Negara (PPKASN), Kementerian Sekretariat Negara (Kemensetneg) menggelar kembali agenda tahunannya yaitu Setneg Leadership Forum (SeLF) 2022 yang dilaksanakan di Aula Serbaguna Gedung III, Kemensetneg pada Jum’at (23/9).

Seminar ini juga diikuti pejabat dan pegawai di lingkungan Kemensetneg secara daring dengan mengusung tema Internalisasi Core Values ASN “BerAKHLAK” (Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, Kolabotatif) dan Employer Branding ASN “Bangga Melayani Bangsa.” Tujuan diadakannya SeLF 2022 adalah untuk memberikan pemahaman mengenai pentingnya budaya kerja sebagai fondasi dalam menghadapi era industri 4.0 dan mengenai Core Values ASN “BerAKHLAK” dan Employer Branding ASN “Bangga Melayani Bangsa” agar menjadi perilaku untuk mewujudkan World Class Government.

Dalam konteks pelaksanaan reformasi birokrasi, upaya pembangunan budaya kerja “BerAKHLAK” menjadi aspek utama penguatan manajemen perubahan. Penguatan peran agen perubahan (agent of change) dalam aktivasi budaya kerja ASN menjadi sorotan penting untuk saat ini yang didukung dengan target di 2025 untuk menjadi World Class Bureaucracy.

Membuka SeLF 2022, Staf Ahli Bidang Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Nandang Haris menyampaikan hasil Surat Edaran Menteri PANRB Nomor 20 Tahun 2021 tentang Core Values dan Employer Branding, bahwa untuk meginternalisasikan dan mengimplementasikan satu core values ASN yang seragam yaitu “BerAKHLAK” secara utuh, dengan tidak menambah atau mengurangi definisi dan panduan perilaku, kode etik, dan melengkapinya dengan contoh yang relevan sesuai dengan tugas dan fungsi.

“Harapan saya setelah mengikuti kegiatan ini, kita saling berkomitmen untuk terus melakukan perbaikan dan mendukung budaya reformasi budaya kerja sehingga pada akhirnya dapat terinternalisasi dan mendukung peningkatan kinerja secara berkelanjutan,” kata Nandang.

 


Untuk menambah wawasan dan pemahaman peserta seminar, Kemensetneg mengundang dua pakar yang kompeten di berbagai disiplin ilmu  yaitu Deputi Sumber Daya Manusia Aparatur (SDMA), Kementerian PANRB Alex Denni dan Trainer sekaligus Penulis Buku High Class Response, Harri Firmansyah.

Pada materi pertama, Alex memaparkan tentang Penguatan Budaya Kerja dan Employer Branding dalam Mempercepat Transformasi ASN menuju Birokrasi yang Profesional dan Berkelas Dunia. Untuk mewujudkan transformasi SDMA dan menuju One Culture, ada enam hal yang harus dipenuhi. Pertama, penguatan budaya kerja dan employer branding. Kedua, percepatan peningkatan kapasitas SDMA. Ketiga, peningkatan kinerja dan sistem penghargaan. Keempat, pengembangan talenta dan karir. Kelima, percepatan transformasi digital. Keenam, perancangan jabatan, perencanaan dan pengadaan.

Sementara itu, dalam konteks Arsitektur Human Capital, Alex menjelaskan, antara instansi pemerintah dan talent (ASN) harus saling memahami bahwa keduanya sama-sama mempunyai ekspektasi, sehingga terbentuk employee value propotition di mana tidak hanya ekspektasi talent menjadi ASN saja yang dimengerti tapi juga ekspektasi instansi pemerintah yang merekrut.

Alex mengatakan, “Tugas kami di Kementerian PANRB adalah membuat kebijakan yang mengarah pada keseimbangan antara ekspektasi keduanya karena kalau keseimbangan ini kita jaga, ASN akan Bangga Melayani Bangsa sebagaimana pesan Presiden Joko Widodo,” ujar Alex.

Menjadi tugas bersama, Alex menanbahkan  bahwa Kementerian PANRB perlu dukungan kementerian/lembaga untuk mewujudkan Arsitektur Human Capital dengan clarity. “Apa yang diharapkan ASN. Satu, kinerja yang mendukung tujuan organisasi. Dua, tingkatkan kapasitas untuk mendukung strategi yang berkembang. Tiga, selaraskan perilaku dengan budaya kerja. Sementara, tugas instansi kepada ASN, mempermudah ASN belajar, mengembangkan karier, dan akses mendapatkan reward yang adil dan kompetitif,” ucap Alex.

 


Sesi selanjutnya, Harri membahas cara memetakan suatu masalah dengan benar yang kemudian ditransformasikan kepada orang lain yaitu dengan mengimplementasikan pola perubahan dengan baik. Ada tujuh logical levels dari pola perubahan, yaitu spirituality, identity, values, beliefs, skills, behavior, dan environment.

“Ketika kita sadar salah satu level dari semua itu ada yang salah maka kita harus tahu bagaimana cara mengidentifikasi dan memecahkan masalahnya karena kata pola perubahan ini, kalu kita sudah tahu permasalahannya ada di level mana maka cara kita as a leader memperbaikinya adalah dengan memperbaiki level yang bermasalah ke lapisan level di atasnya,” kata Harri.

“Saya yakin melalui forum ini, kita sama-sama punya kesadaran bahwa kita adalah pencipta culture, behavior, environment Kemensetneg dengan membesarkan kapasitas diri Anda yang sudah senantiasa mau belajar,” pungkas Harri. (ABI/DEW-Humas Kemensetneg)

Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
0           0           0           0           0