Seri Inovasi: Merawat Pancaragam Benda Seni Istana Bogor

 
bagikan berita ke :

Selasa, 15 Desember 2020
Di baca 1810 kali

Koleksi benda seni yang dimiliki oleh Istana Kepresidenan Republik Indonesia tidak berjumlah sedikit. Tercatat tidak kurang dari 699 lukisan dari berbagai pelukis tersohor, 216 buah patung, dan 196 keramik tersimpan di Istana Kepresidenan Bogor. Koleksi benda seni yang berada dalam pengelolaan museum istana ini memang tidak hanya memiliki nilai seni yang tinggi tetapi juga bernilai sejarah.

 

Pengelola Istana Kepresidenan Bogor pun telah melakukan berbagai inovasi untuk menjaga dan merawat koleksi benda seni. Diawali dengan pengkinian data koleksi, pembuatan katalog, hingga kuratorial terhadap display koleksi seni lukis. Tentu saja, inovasi pengenalan benda seni secara masif juga pernah dilaksanakan melalui Pameran Koleksi Benda Seni Istana Kepresidenan di Galeri Nasional. Di luar dari upaya tersebut, pengelola istana ternyata juga menaruh perhatian terhadap pemeliharaan koleksi benda seni istana.

 

Pemeliharaan benda seni sebaiknya memang dilakukan oleh seorang konservator. Konservator memiliki pengetahuan mendalam tentang benda seni dan kemampuan ahli dan teknis dalam merawat benda seni. Konservator memiliki spesialis yang berbeda tergantung objek kesenian yang ditangani. Oleh karena itu, pada tahun 2016 Istana Kepresidenan Bogor telah mendatangkan lebih banyak konservator ahli, baik untuk koleksi patung, lukisan, maupun kriya.

 

Tantangan utama dalam perawatan koleksi benda seni adalah perbedaan treatment yang perlu dilakukan sesuai dengan jenis benda seni dan faktor penyebab kerusakannya. Kerusakan pada patung dan kriya misalnya, seringkali disebabkan oleh faktor cahaya, debu, dan perawatan yang pernah dialami sebelumnya. Bahkan, perawatan dibutuhkan karena patung atau objek tiga dimensi tidak mendapatkan perawatan sebagaimana mestinya dalam jangka waktu yang cukup panjang. Sementara kerusakan yang terjadi dalam sebuah lukisan umumnya disebabkan oleh debu, kanvas yang kendor, varnish yang menguning atau yellowing cat rapuh. Kerusakan lainnya juga dapat berupa kering retak, lukisan terkelupas, kanvas yang sobek, berjamur, maupun terkena noda

 

Sebelum memulai perawatan, seorang konservator akan melakukan identifikasi penyebab kerusakan agar dapat memberikan rekomendasi perawatan yang tepat. Kondisi penyimpanan dan riwayat perawatan adalah salah satu aspek yang akan diperhatikan oleh konservator dalam proses ini. Konservator selanjutnya akan melakukan analisis dan uji material di laboratorium. Pada proses ini misalnya, konservator akan dapat mengetahui jenis kerusakan pada lukisan apakah termasuk kerusakan fisik, kimiawi, atau biotis. Selama proses perawatan, koleksi benda seni hanya dapat dilakukan di lingkungan istana karena faktor keamanan.

 

Perawatan patung dan kriya yang dilakukan di Istana Bogor dikelompokkan berdasarkan material atau mediumnya. Ada enam jenis medium yaitu patung dengan medium perunggu, patung dengan media tembaga, patung dengan medium semprotan emas, patung dengan medium campuran (logam, kerang, dan tulang), patung dengan medium marmer, dan patung dengan medium batu. Perawatan umumnya meliputi pembersihan objek seni dari kotoran-kotoran yang menempel, baik debu, lumut, karat, sisa coating, maupun sarang serangga. Namun, beberapa objek seni juga memerlukan perbaikan untuk mengganti coating atau furnish yang sudah lama. Pada 2016 pengelola telah menargetkan perbaikan kondisi untuk 54 patung.

 

Objek seni seperti lukisan memerlukan tahapan yang berbeda dan kompleks dalam proses konservasi. Konservator memulai dengan melakukan reframing, yaitu membongkar kanvas dari pigura dan spanram. Kanvas lukisan lalu ditempatkan di atas panel kayu (tripleks) yang dilapisi kain blacu atau pun kain organza untuk kemudian dibersihkan. Dalam proses ini konservator melakukan restretching (mengencangkan kanvas yang kendor) dan reshaping (meratakan kanvas yang permukaannya bergelombang). Tahap pembersihan dapat dilakukan dengan metode light cleaning atau chemical cleaning. Pada lukisan yang keadaannya cukup parah seperti retak (crack) atau bagian cat terkelupas maka perlu dilakukan penguatan (consolidation).

 

Tahapan konservasi selanjutnya antara lain treatment penyempurnaan, stripping (pengangkatan atau pelunturan cat pelapis (overpainting) yang bukan aslinya), repainting (melukis ulang pada bagian cat yang hilang akibat cleaning, kesalahan pada saat inpainting, maupun yang diketahui pada saat proses stripping), retouching (pembuatan efek khusus menggunakan cat dan varnish); mending (penyambungan kanvas yang sobek dengan perekat LocTite – Gel Control), varnishing (perlindungan lukisan), dan bio-control (pengendalian kerusakan biotis). Setelah seluruh tahapan proses konservasi selesai dilakukan, kanvas akan dipasang kembali pada spanram dan pigura (framing) agar lukisan terpajang dengan baik.

 

Selain upaya pemeliharaan benda seni, pengelola Istana Bogor melakukan perbaikan tata kelola dalam proses penyimpanan. Pengelola merenovasi ruang penyimpanan dan memodernisasi peralatan dehumidifier (pengatur stabilitas suhu ruangan penyimpanan). Di sisi lain, pembinaan aparatur pengelola koleksi benda seni ditingkatkan dengan memfasilitasi sejumlah pendidikan dan pelatihan yang mengundang berbagai ahli di bidang pemeliharaan dan perawatan benda seni. (WKA_Humas Kemensetneg)

Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
0           3           0           0           0