Amanat Presiden pada Peresmian Pembukaan Rapat Koordinasi Nasional dan Anugerah Layanan Investasi Tahun 2021

 
bagikan berita ke :

Rabu, 24 November 2021
Di baca 1106 kali

Ballroom Hotel Ritz-Carlton Pacific Place, SCBD, Jakarta
 

Bismillahirahmanirrahim.

 

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Selamat pagi.
Salam sejahtera bagi kita semuanya.
Shalom,
Om Swastiastu,
Namo Buddhaya,
Salam kebajikan.

 

Yang saya hormati, para Menko, para Menteri Kabinet Indonesia Maju;


Yang saya hormati, para Gubernur, Bupati, dan Wali Kota, serta para Kepala Dinas PTSP (Pelayanan Terpadu Satu Pintu) provinsi, kabupaten, dan kota. Dan seluruh Administrator KEK dan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas;
Bapak/Ibu, Hadirin yang berbahagia

 

Sudah hampir dua tahun. Nanti di Maret tepatnya, dua tahun kita mengalami pandemi. Dan tidak hanya Indonesia saja, tetapi juga dunia. Semuanya mengalami. Dan dampaknya betul-betul semuanya di luar perkiraan kita, berimbas ke mana-mana. Banyak negara yang mengalami kelangkaan energi yang sebelumnya tidak kita duga. Banyak negara mengalami kelangkaan kontainer, sehingga distribusi barang menjadi terganggu. Juga banyak negara mengalami kenaikan inflasi, ini yang menakutkan semua negara. Dan akhir-akhir ini banyak negara mengalami kenaikan harga produsen yang nanti dikhawatirkan ini akan berimbas, karena harga produsennya naik nanti harga di konsumen juga akan ikut naik.

 

Dampak-dampak pandemi seperti itu yang tidak pernah diperkirakan sebelumnya. Belum yang namanya tapering off, jadi The Federal Reserve juga semuanya menunggu dan dampaknya akan ke mana. Inilah, yang sering saya sampaikan, ketidakpastian global yang semua kepala daerah, kepala dinas, semuanya harus mengerti mampu mengantisipasi,  menyiapkan antisipasinya sebelumnya.

 

Kompleksitas masalah menjadi saling kait-mengait. Yang ini mengait ini, ini mengait yang ini, sehingga menyebabkan ekonomi hampir di semua negara anjlok. Inilah, sekali lagi, kompleksitas masalah dan ketidakpastian yang dikalkulasi dan dihitung-hitung itu kadang-kadang tidak ketemu.

 

Oleh sebab itu, kita harus betul-betul kerja keras menyiapkan semuanya. Dan kuncinya hanya satu, kita bisa mengendalikan yang namanya pandemi Covid-19, hanya itu. Sehingga kenapa saya kadang berbicara keras kepada Gubernur, Bupati, dan Wali Kota, karena memang kuncinya ada di situ. Tanpa kita bisa mengendalikan Covid-19, jangan berharap yang namanya pertumbuhan ekonomi itu ada. Hati-hati, saya ingin mengingatkan kembali. Di Eropa, di Amerika ini sedang tinggi-tingginya. Muncul setelah gelombang satu, gelombang dua, gelombang tiga, gelombang empat, muncul.

 

Kita ingin apa yang sudah, alhamdulillah, terkendali, Covid-19 di negara kita ini tidak mengalami lonjakan lagi. Oleh sebab itu, saya kemarin rapat, marilah kita bersama-sama utamanya menghadapi Natal dan tahun baru, kita kendalikan bersama-sama dalam rangka ekonomi kita agar bisa lebih baik.

 

Dan investasi menjadi jangkar pemulihan ekonomi karena APBN semua negara juga sama. Berat, defisit, semua defisit. Kemarin urusan defisit ini, semua negara juga mengkhawatirkan. Nanti kalau defisit ini dikembalikan lagi ke normal berarti akan terjadi syok lagi. Jadi ini pandemi ini betul-betul dampaknya betul-betul ke mana-mana, ke semua titik, ada semuanya.

 

Bareng-bareng, bayangkan, puluhan ribu triliun (USD) direm bareng-bareng, karena ingin kembali ke defisit yang normal kembali. Ini juga menakutkan tapi belum ada kalkulasinya.

 

Kembali lagi, jadi investasi menjadi jangkar pemulihan ekonomi karena kita kalau terlalu berfokus kepada APBN, defisit kita ini, meskipun saya tahu Bu Menkeu ini sangat prudent, sangat hati-hati dalam mengelola APBN kita. Oleh sebab itu, yang di luar APBN ini yang harus digerakkan. Kembali lagi, investasi.

 

Saya senang tadi ada kementerian, lembaga, provinsi, kabupaten/kota yang mendapatkan Anugerah Untuk Investasi, baik realisasi investasi maupun urusan perizinan. Urusan pelayanan perizinan bagus, seperti tadi di Jawa Tengah. Tapi realisasi investasi bagus di Jawa Barat. Artinya apa? Belum tentu kita layani dengan baik itu investor akan datang, apalagi tidak dilayani. Benar enggak? Dilayani saja belum tentu investor datang mau berinvestasi, apalagi tidak dilayani dengan baik. Oleh sebab itu, pola-pola lama hal-hal yang jadul itu semua harus mulai kita tinggalkan.

 

Berikan pelayanan yang terbaik, baik itu investor kecil, yang namanya usaha-usaha kecil itu juga investor, jangan keliru. Investor yang sedang juga layani dengan baik. Investor yang gede juga layani dengan baik. Investor yang kecil, usaha-usaha kecil itu layani dengan baik. Izin berikan semua gratis, antarkan ke rumah, itu pelayanan. Yang kecil-kecil layani seperti itu. Berikan target ke PTSP, misalnya Pak Gubernur, Pak Bupati, Bapak/Ibu Wali Kota, beri target. Tahun ini misalnya, 10 ribu usaha kecil berikan izin gratis, yang kecil-kecil itu urus. Kalau mereka pegang yang namanya izin-izin, akan mudah mengakses ke lembaga-lembaga keuangan/perbankan, akan mudah karena ini menjadi syarat perizinan itu selain syarat-syarat yang lain. Kalau mereka pegang ini akan memudahkan.

 

Jadi sekali lagi, usaha kecil itu juga investor. Jangan punya bayangan bahwa investor itu harus asing, harus yang gede, enggak. Yang kecil itu pun juga investor.

 

Kalau investasi ini muncul, yang terjadi adalah peredaran uang akan semakin banyak. Kalau investor dari luar, berarti membawa uang ke sini. Artinya, peredaran uang akan semakin besar. Dan itu akan menimbulkan efek nanti ke daya beli masyarakat (yang) juga akan naik, konsumsi masyarakat akan naik, pertumbuhan ekonomi juga akan naik. Larinya ke sana.

 

Tetapi, kalau ada yang bertanya kepada saya investasi apa sih sebetulnya sekarang ini yang dibutuhkan? (adalah) Investasi yang memiliki nilai tambah tinggi. Tidak bisa lagi kita sekarang ini mengekspor bahan-bahan mentah, mengekspor raw material. Giring investor itu untuk membuat barang itu menjadi barang jadi, bahan mentah itu menjadi barang jadi. Kalau enggak mau barang jadi, yang sudah (barang) setengah jadi, minimal. Ini yang bolak-balik saya sampaikan, transformasi ekonomi yang kita inginkan di situ.

 

Kenapa kita setop kirim raw material nikel, bahan mentah nikel setop? Mungkin tahun depan lagi kita mau kalkulasi, setop yang namanya ekspor bahan mentah bauksit. Tahun depannya lagi, setop yang namanya ekspor bahan mentah tembaga. Tahun depannya setop yang namanya bahan mentah timah. Terus akan kita lakukan karena nilai tambah di situ itu lompatannya besar sekali. Saya berikan contoh, nikel saja. Nikel, empat tahun yang lalu ekspor kita mentah, (senilai) US$1,1 miliar, kira-kira. Tahun ini, perkiraan saya bisa mencapai US$20 miliar, dari kira-kira Rp15 triliun melompat menjadi Rp280 triliun, itu yang namanya nilai tambah di situ.

 

Dan tentu saja negara akan mendapatkan pendapatan royalti, ya. Mendapatkan PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak), ya. Mendapatkan bea keluar, ya. Mendapatkan pajak-pajaknya, ya. Mendapatkan PPN (Pajak Pertambahan Nilai)-nya, ya. Itu yang didapatkan. Daerah juga akan mendapatkan efek peredaran uang yang sangat besar, seperti tadi sampaikan Pak Menteri Investasi, di Maluku Utara, cek berapa sekarang pertumbuhan ekonomi di sana? Cek di mana Morowali, ada? Di Provinsi Kalimantan Tengah, seperti apa? Pasti akan berimbas pada pertumbuhan ekonomi, pendapatan masyarakat, daya beli masyarakat, semuanya akan terimbas.

 

Jadi, sekali lagi, ekonomi kita yang sebelumnya berbasis bahan mentah, dari sumber daya alam kita ini akan satu persatu, memang harus ada transisinya, satu persatu akan kita setop. Masuk ke (barang) setengah jadi, masuk ke barang jadi. Menjadi industri yang mendorong nilai tambah, baik (barang) jadi maupun (barang) setengah jadi. Apalagi kalau kita bisa mengintegrasikan, ini tugas Bapak/Ibu sekalian memberikan pelayanan kepada investor, tugas pemerintah nanti mengintegrasikan. Artinya mengintegrasikan apa? Di sini ada tembaga, di sini ada nikel, di sini ada besi baja, bagaimana mengintegrasikan menjadi litium baterai, kemudian dijadikan satu lagi menjadi mobil listrik. Nilai tambahnya berlipat-lipat. Itu yang belum dilakukan, dan itu akan kejadian insyaallah nanti di tiga atau empat tahun lagi. Dan akan jadi lebih banyak lagi barang-barang seperti itu, mungkin empat atau lima tahun lagi. Munculnya akan di tahun-tahun itu.

 

Bisa barang-barang itu berupa mobil listrik, misalnya. Bisa berupa semikonduktor. Bisa berupa jarum suntik, yang permintaan dunia 10 miliar jarum suntik, lebih dari 10 miliar jarum suntik. Bahan mentahnya semua kita memiliki. Semikonduktor, semuanya kita juga memiliki. Jangan dikirim mentahan.

 

Dan kalau kita memiliki industri-industri seperti itu, akan ada transfer of knowledge, transfer of technology, sehingga kita akan naik ke tingkat yang lebih tinggi. Tetapi yang saya harus ngomong apa adanya, kita tahu defisit APBN kita itu tidak kecil, Rp548 triliun. Sebagian dari APBN itu dikirim, ditransfer ke daerah sebanyak Rp642 triliun, Rp642 triliun, baik ke provinsi, ke kabupaten, dan ke kota. Uangnya ada di APBD Bapak/Ibu dan Saudara-saudara semuanya. Ada di APBD provinsi, ada di APBD Kabupaten, ada di APBD Kota. Artinya, itu uang yang siap, Rp642 triliun. Kita belum menggunakan uangnya orang lain, uangnya investor tadi, ini yang uang kita sendiri saja, Rp642 (triliun).

 

Saya harus ngomong apa adanya. Para Gubernur, para Bupati dan para Wali Kota, masih ada…tadi pagi saya cek ke Menteri Keuangan, masih ada berapa uang yang ada di bank? Ini sudah akhir November, tinggal sebulan lagi, (jumlahnya) tidak turun, justru naik. Saya dulu peringatkan di (bulan) Oktober, seingat saya Rp170 (triliun). Ini justru naik menjadi Rp226 triliun. Ini perlu saya ingatkan. Lha uang kita sendiri saja tidak digunakan, kok ngejar-ngejar orang lain untuk uangnya masuk. Logikanya enggak masuk.

 

Uang kita sendiri, dihabiskan! Realisasikan segera. Habis, “Waduh, sudah enggak ada APBD? APBN sudah enggak ada?” Baru, mencari investor untuk uang datang, logika ekonominya seperti itu. Ini masih Rp226 triliun, triliun lo. Gede sekali ini. Kalau dimiliarkan Rp226.000 miliar. Gede sekali ini. Ini dihabiskan, segera habiskan dulu, realisasikan! Baru kita berbicara investor, “Mana uangmu, realisasikan juga!” Itu yang dampaknya akan dobel. Saya titip itu saja.

 

Dan sekali lagi, kementerian, daerah, agar kita semuanya ini menanggalkan ego sektoral kita. Semuanya harus memiliki visi yang sama. Semuanya harus memiliki keinginan yang sama untuk memajukan daerahnya, kota, kabupaten, provinsi, dan tentu saja memajukan negara kita, Indonesia.

 

Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Dan dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim, pagi hari ini, Rapat Koordinasi Nasional Investasi Tahun 2021 secara resmi saya buka.

 

Terima kasih.

 

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.