Pengantar Presiden - Ratas tentang Pendidikan dan Pelatihan Vokasi, Jakarta, 13 September 2016

 
bagikan berita ke :

Selasa, 13 September 2016
Di baca 1073 kali

PENGANTAR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

RAPAT TERBATAS KABINET KERJA MENGENAI

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN VOKASI

KANTOR PRESIDEN, JAKARTA

13 SEPTEMBER 2016




Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh,


Dalam rapat terbatas sore hari ini, akan dibahas mengenai pendidikan dan pelatihan vokasi.


Saya kira saya sudah berkali-kali menyampaikan bahwa kompetisi antarnegara semakin sengit, semakin berat.


Dan dalam menghadapi persaingan itu, sesungguhnya kita memiliki kekuatan yang besar, yaitu 60% dari penduduk kita adalah anak muda, 60% dari penduduk Indonesia adalah anak muda. Ini kekuatan kalau kita bisa mengelola, kalau kita bisa memanfaatkan dari potensi kekuatan ini.


Jumlah tersebut akan terus meningkat hingga mencapai 195 juta penduduk usia produktif di tahun 2040 yang akan mendatang. Angka yang besar ini akan menjadi potensi penggerak produktivitas nasional kita apabila kita bisa menyiapkan mulai dari sekarang.


Namun sebaliknya, jika tidak disiapkan dengan baik, juga akan menjadi potensi masalah, utamanya potensi pengangguran di usia muda.


Untuk itu, kita harus betul-betul fokus menyiapkan SDM Indonesia yang berkualitas sehingga bisa melakukan lompatan kemajuan, mengejar ketertinggalan dengan negara-negara yang lain.


Kita harus mampu membalikkan piramida kualifikasi tenaga kerja yang saat ini mayoritas masih berpendidikan SD dan SMP menjadi sebuah tenaga kerja yang terdidik dan terampil.


Dan saya juga meminta dilakukan evaluasi terhadap pengangguran usia muda.


Pada tahun 2010, tingkat pengangguran usia 15-19 berada pada level 23,23%. Dan angka ini meningkat menjadi 31,12% di akhir 2015.


Dan ditinjau dari latar belakang pendidikan, proporsi pengangguran terbesar adalah mereka lulusan SMK. Ada 9,84%. Angka ini lebih tinggi dari pengangguran lulusan SMA (6,95%), SMP (5,76%), dan SD (3,44%).


Dari 7,56 juta total pengangguran terbuka, 20,76% berpendidikan SMK. Ini angka dari BPS.


Bapak, Ibu sekalian yang saya hormati,

Saya minta dilakukan perombakan dan langkah-langkah perbaikan yang konkret terhadap sistem pendidikan dan pelatihan vokasi ini.


Dan kita harus melakukan lagi reorientasi pendidikan dan pelatihan vokasi ke arah demand-driven, sehingga kurikulum, materi pembelajaran, praktik kerja, pengujian, serta sertifikasi bisa sesuai dengan permintaan dunia usaha dan industri.


Libatkan—ini yang paling penting—saya kira kita harus melibatkan dunia industri karena mereka lebih paham kebutuhan tenaga kerja yang fokus pada pengembangan SMK sektor-sektor unggulan, seperti maritim, pariwisata, pertanian, dan industri kreatif.


Semuanya harus terintegrasi, dan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan vokasi ini mulai dari SMK, kursus-kursus di BLK.


Kemudian saya kira aturan-aturan yang mempermudah pembukaan sekolah-sekolah keterampilan swasta ini harus semuanya terintegrasi, sehingga betul-betul apa yang tadi saya sampaikan di depan bisa kita kejar.


Saya kira itu sebagai pengantar pembuka yang bisa saya sampaikan. Pak Menko saya persilakan.


(Acara dilanjutkan secara tertutup)

*****

Biro Pers, Media dan Informasi

Sekretariat Presiden