di Istana Garuda, IKN, Kabupaten Penajam Paser Utara, Provinsi Kalimantan Timur
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Salam sejahtera bagi kita semuanya,
Om swastiastu,
Namo buddhaya,
Salam kebajikan.
Yang saya hormati Bapak Wakil Presiden;
Yang saya hormati Bapak presiden terpilih Bapak Prabowo Subianto, para Menko, para Menteri, Panglima TNI, Kapolri, Pak Jaksa Agung, Pak KaBIN;
Bapak-Ibu sekalian yang saya hormati.
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt., pada pagi hari ini kita bisa melakukan Sidang Paripurna yang istimewa karena dilaksanakan pertama kali di Ibu Kota Negara Nusantara [IKN]. IKN adalah sebuah kanvas yang mengukir masa depan dan tak semua negara, dan tak semua negara memiliki kesempatan, memiliki kemampuan untuk membangun ibu kotanya yang dimulai betul-betul dari nol.
Nusantara dibangun dengan konsep forest city/kota hutan, kota yang penuh dengan hijauan, bukan kota beton atau bukan kota kaca. Juga smart city, kota yang ditopang dengan teknologi dalam setiap aktivitas kotanya. Dan juga liveable city, kota yang nyaman ditinggali. Dan, kita merasa pagi tadi betapa sangat sejuk, dingin, dan segar pada pagi hari ini karena air quality index-nya memang sangat rendah sekali, yaitu di angka 6, padahal maksimalnya di angka 50. Dan hampir banyak kota sekarang ini sudah di atas 50.
Kepindahan ke Ibu Kota Nusantara, ini juga sudah sering saya sampaikan, bukan pindah fisiknya yang penting, tetapi pindah pola pikir kita, pindah mindset kita, pindah pola kerja kita bisa bekerja dari mana saja, juga pindah mobilitasnya. Karena mobilitas di Ibu Kota Nusantara semuanya memakai kendaraan yang kendaraan listrik dan juga energinya memakai energi hijau. Bangunannya pun juga bangunan di sini semuanya diarahkan ke green building dan aksesibilitasnya juga diprioritaskan untuk pejalan kaki dan yang naik sepeda.
Ekonomi yang akan dikembangkan di Ibu Kota Nusantara juga ekonomi hijau, ekonomi digital yang akan mengiringi pemerintahan di Ibu Kota Nusantara. Ekonomi, sekali lagi, ekonomi hijau, ekonomi digital, data center, financial center, dan yang lain-lainnya.
Kalau ditanyakan keuntungannya apa yang didapatkan oleh masyarakat di Kalimantan, khususnya Kalimantan Timur, saya kira ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi di Provinsi Kalimantan Timur, khususnya Balikpapan, lebih khusus lagi Kabupaten Penajam Paser Utara.
Dan kalau kita tahu, salah satu alasan kenapa ibu kota pindah, karena kita ingin pemerataan. Karena kita tahu 58 persen GDP ekonomi itu ada di Jawa, sehingga kita ingin memeratakan untuk juga luar Jawa mendapatkan perputaran ekonominya. Kemudian populasi, populasi di Jawa juga bebannya sudah sangat besar sekali, 56 persen populasi itu ada di Pulau Jawa. Ini yang juga menjadi sebuah pertimbangan bagi kita untuk memindahkan ibu kota. Dan, utamanya memang beban di ibu kota Jakarta memang sudah sangat padat sekali.
Dan per hari ini, perlu juga juga saya sampaikan bahwa sudah, di luar anggaran dari APBN, investasi yang masuk sudah Rp56,2 triliun dari 55 yang sudah groundbreaking. Pendidikan ada enam, kesehatan ada tiga, retail dan logistik ada sepuluh, hotel ada delapan, energi dan transpor ada dua, kantor dan perbankan ada 14, hunian dan area hijau ada sembilan, media dan teknologi ada tiga.
Yang kedua, yang ingin saya sampaikan pada Sidang Paripurna pada pagi hari ini, yang berkaitan dengan PMI/purchasing manager index. Yang kita tahu setelah ekspansif selama 34 bulan berturut-turut, pada bulan Juli kita masuk level kontraksi. Ini agar dilihat betul, diwaspadai betul secara hati-hati karena beberapa negara di Asia PMI-nya juga berada di angka di bawah 50, yaitu Jepang 49,2; Indonesia 49,3; RRT 49,8; Malaysia 49,7. Dan komponen yang mengalami penurunan paling banyak itu di sektor produksi yaitu minus 2,6, kemudian pesanan baru atau order baru minus 1,7, dan employment minus 1,4.
Saya ingin dicari betul penyebab utamanya dan segera diantisipasi, karena penurunan PMI ini saya lihat sudah terjadi sejak empat bulan terakhir. Betul-betul dilihat kenapa permintaan domestik melemah. Bisa karena beban impor bahan baku yang tinggi karena fluktuasi rupiah atau adanya juga serangan produk-produk impor yang masuk ke negara kita. Sehingga penting belanja produk lokal, sekali lagi saya tekankan, kemudian penggunaan bahan baku lokal, dan juga perlindungan terhadap industri dalam negeri kita. Dan mungkin juga karena permintaan dari ekspor atau dari luar negeri melemah, ini karena terjadi gangguan rantai pasok atau perlambatan ekonomi terhadap mitra-mitra dagang utama kita. Sehingga kita harus bisa mencari pasar non tradisional dan mencari potensi pasar baru ekspor kita.
Saya rasa itu yang ingin saya sampaikan dalam kesempatan yang baik ini. Silakan kalau ada yang ingin disampaikan.
Terima kasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.