PENYERAHAN PNPM MANDIRI DAN KUR SERTA PANEN RAYA PADI, DI KAB. SIMALUNGUN, SUMUT, 19 JULI 2008

 
bagikan berita ke :

Sabtu, 19 Juli 2008
Di baca 982 kali

SAMBUTAN
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PADA
PENYERAHAN BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI (PNPM MANDIRI) DAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) SERTA PANEN RAYA PADI
TANGGAL 19 JULI 2008
DI KABUPATEN SIMALUNGUN, SUMATERA UTARA

 


Bismillahirahmaanirahiim,

 

Assalamualaikum warrahmatulaahi wabarakaatuh,

 

Salam sejahtera untuk kita semua,

 

Horas!

 

Yang saya hormati Saudara Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, Saudara Menteri Pertanian, dan para Kabinet Indonesia Bersatu.

Yang saya hormati para pimpinan badan-badan usaha milik negara, baik pimpinan bank negara maupun pimpinan-pimpinan PBBN,

 

Yang saya cintai Saudara Gubernur Sumatera Utara dan para Pejabat Negara yang bertugas di Sumatera Utara, baik dari unsur Eksekutif, Legislatif, Yudikatif, maupun TNI dan Polri,

 

Yang saya cintai Saudara Bupati Simalungun dan para pimpinan yang bertugas di Simalungun,

 

Yang saya cintai dan saya muliakan, para ulama, para pemuka agama, para pemuka, para pemuka adat, para tokoh masyarakat, para pimpinan lembaga pendidikan, para pimpinan organisasi kemasyarakatan termasuk kaum perempuan dan pemuda,

 

Yang saya cintai dan saya banggakan, para petani dan para pejuang, petugas dan sukarelawan pertanian,


Hadirin sekalian yang saya muliakan,

 

Marilah sekali lagi pada kesempatan yang baik dan semoga senantiasa penuh berkah ini, kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena kepada kita masih diberi kesempatan, kekuatan dan insya Allah kesehatan, untuk melanjutkan ibadah kita, karya kita, serta tugas dan pengabdian kita kepada masyarakat, kepada bangsa bangsa, dan kepada negara tercinta. Kita juga patut bersyukur kepada Yang Maha Kuasa karena hari ini, di tempat yang indah ini, dapat bersama-sama bertatap muka dan akan kita lanjutkan dengan panen bersama dengan para para petani dan masyarakat di Simalungun ini.

 

Tadi malam saya menghadiri puncak acara Pesta Danau Toba di Prapat. Meskipun sekali-kali hujan rintik-rintik tiba, tetapi suasana tetap meriah dan saya bersama istri, bersama para Menteri dan semua rombongan baik dari Jakarta maupun dari Medan, sungguh terpukau, kagum dan terus terang menyampaikan apresiasi atas tampilan berbagai gerak tari, berbagai nyanyian dan tampilan seni budaya Batak yang tadi malam ditampilkan secara, saya pinjam istilah Pak Syamsul Arifin, luar biasa.

 

Bukan hanya itu, penari-penari kita, anak-anak kita yang cantik-cantik, yang busananya indah, tariannya lemah gemulai, musiknya pun bagus, tidak bergeming dan tidak terganggu apapun, ketika hujan rintik-rintik datang dan bahkan duduk pada pelataran yang ada airnya. Itu menunjukkan karakter komunitas Batak, komunitas Sumatera Utara yang patut untuk kita puji. Kalau manusia karakternya kuat, manusia Indonesia, insya Allah, dengan ridho Tuhan, bangsa kita akan semakin maju dan masa depan kita akan makin baik. Sebaliknya, kalau bangsa kita lemah, mudah menyerah, mudah berputus asa, cengeng, bisanya menggerutu, mengeluh dan menyalahkan pihak-pihak lain, bangsa kita tidak akan menjadi bangsa apa-apa dan negara kita tidak kemana-mana. Marilah kita menjadi bangsa yang berkarakter kuat, yang berperadaban tinggi, yang mandiri, yang berdaya saing dan sanggup menghadapi tantangan, ujian dan cobaan. Sanggupkah Saudara semua? Sanggupkah Saudara semua? Kalau sanggup, Simalungun, Sumatera Utara, Indonesia akan menjadi bangsa yang maju dan sejahtera.

 

Saudara-saudara,

 

Tadi kami dengan rombongan berjalan menggunakan mobil dari Prapat ke tempat ini. Suasananya memang berbeda, tadi malam kita bersama-sama melihat keindahan seni dan budaya, pagi ini saya melihat keindahan alam, termasuk persawahan yang terhampar luas, padi-padi yang mulai menguning, menunjukkan ketenteraman, kebahagiaan dan kemakmuran. Tapi yang ingin saya sampaikan ini mengandung falsafah yang baik. Kalau kita pandai menanam dan memelihara, pastilah dengan kuasa Tuhan, akan mendapatkan buah, akan memanen dan mendapatkan hasil yang baik. Demikian juga dalam upaya menggiatkan pertanian di negeri ini, marilah kita menanam, memelihara, karena akan memanen hasil pertanian. Kewajiban negara, kewajiban Pemerintah, termasuk Pemerintah Daerah, melakukan apa saja untuk memungkinkan pertanian itu berjalan semakin baik, sehingga petani dan masyarakat luas mendapatkan hasil yang baik pula. Sebaliknya, kalau kita lalai, kita malas, kita melakukan asal-asalan, panennya yang biasa-biasa saja. Kalau kita ingin produksi dan produktifitas pangan di negeri kita makin meningkat, kalau dulu barangkali produktifitas padi tiap hektarnya ada hanya 5 sampai 6 ton, kita ingin menjadi 7 sampai 8 ton, suatu saat barangkali lebih dari 10 ton dan seterusnya. Dengan cara bercocok tanam yang baik, menanam dan memelihara yang baik, dengan pemilihan benih yang tepat, pupuk yang tepat, bimbingan dan penyuluhan yang tepat, menghadapi hama juga tepat, anggaran yang tepat, irigasinya pun ada, maka cita-cita kita untuk menjadikan Indonesia lumbung pangan bukan hanya padi, akan mendapatkan ridho Allah dan kita akan betul-betul menjadi bangsa yang cukup pangan, yang berketahanan pangan, yang mandiri dari segi pertanian kita.

 

Saudara-saudara,

 

Saya kira kita semua situasi dunia saat ini. Dunia sedang tidak bersahabat. Badai dan topan datang, awan menggantung. Itulah kalau kita ibaratkan. Karena tahun-tahun terakhir ini tiba-tiba harga minyak bumi meroket sangat tinggi, memukul perekonomian semua negara, semua bangsa di dunia termasuk negara kita. Tiba-tiba pula harga pangan pun melonjak dengan tajam, disertai dengan berbagai gangguan hasil pertanian di banyak negara di dunia. Disertai berkurangnya produksi berbagai komoditas pangan di banyak negara di dunia yang akhinya juga dirasakan oleh bangsa-bangsa di dunia termasuk bangsa kita. Kita juga mengetahui tiba-tiba tahun-tahun terakhir ini iklim berubah, bumi makin panas, akibatnya terjadi pergeseran, pergeseran musim tanam sudah tidak teratur lagi antara kemarau dan penghujan, dan itu terjadi di banyak negara di dunia ini. Perubahan iklim itu sebagian memang karena proses yang terjadi di alam semesta ini, tetapi sebagian besar karena kesalahan umat manusia yang dilakukan sejak ratuasan tahun, sejak Revolusi Industri abad ke-18 yang lalu. Akibatnya kita rasakan sekarang. Belum lama ini misalnya Myanmar menghadapi badai Sighur yang mengorbankan puluhan ribu penduduk dan banyak lagi kejadian di negara-negara lain. Semua itu kita ketahui, semua sadar bahwa dunianya makin tidak aman kalau kita gagal untuk menyelamatkan bumi dan menyelamatkan kehidupan di dunia.

 

Dua minggu yang lalu saya diundang sebagai Kepala Pemerintahan Indonesia untuk menghadiri pertemuan puncak yang dihadiri oleh negara-negara besar yang disebut dengan G-8, negara-negara maju, negara-negara kaya, ditambah lagi dengan 8 negara lain yang dianggap negara-negara besar. Dalam pertemuan itu yang dibahas, satu, mengapa iklim berubah, demikian cepat sekarang ini menimbulkan malapetaka dan bagaimana kita bersatu padu untuk mengatasi gangguan itu, yang kedua kita berbicara mengapa energi minyak, listrik menjadi seperti ini, utamanya minyak bumi dan apa yang bisa kita lakukan secara bersama agar negara tidak mengalami kesulitan ekonomi terutama negara-negara berkembang, kemudian kita membahas masalah pangan, atau yang kita sebut dengan krisis pangan juga pada tingkat global, apa yang kita lakukan agar kemiskinan di banyak negara tidak justru meningkat karena krisis pangan ini, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan itu.

 

Saya ingin menggambarkan bahwa permasalahan ini juga dihadapi oleh bangsa-bangsa lain. Di situ, alhamdulillah, Indonesia diundang meskipun saya tahu negara-negara yang hadir adalah negara-negara yang maju, negara-negara yang kuat ekonominya, tetapi Indonesia diundang pertama karena kita dianggap berhasil terus terang dibandingkan dengan kegiatan serupa ketika menyelenggarakan Konferensi PBB di Denpasar Bali pada bulan Desember tahun lalu yang berkaitan dengan perubahan iklim, ada tonggak baru yang disebut dengan Bali Road Map yang mudah-mudahan bisa betul-betul menjalin kerjasama dunia mengatasi iklim yang berubah. Kita diundang juga karena, terus terang, produksi pangan kita meningkat dengan baik, contoh negara yang tidak terlalu terguncang dengan krisis pangan di dunia ini, mungkin ingin mendengar juga apa yang kita lakukan dan yang ketiga terus terang saya beberapa bulan yang lalu menulis surat kepada Sekretaris Jenderal PBB, kepada Presiden Bank Dunia, kepada Perdana Menteri Jepang yang juga menjadi tuan rumah konferensi kemarin, kepada Perdana Menteri Singapura sebagai Ketua ASEAN tahun ini, yang isi surat saya adalah bagaimana kita bekerjasama untuk mengatasi kesulitan kita di bidang energi atau minyak, BBM dan juga di bidang pangan.

 

Itulah sebabnya kita diundang dalam pertemuan yang sangat penting dan prestigious itu. Di situ saya sampaikan atas nama saudara semua, atas nama seluruh rakyat Indonesia harapan kita agar terjadi kerjasama yang baik terutama negara-negara maju, negara-negara kuat berbuat lebih banyak untuk menyelamatkan iklim kita untuk mengatasi krisis energi dan krisis pangan. Negara berkembang pun termasuk Indonesia juga akan bekerja dengan sebaik-baiknya untuk mengatasi masalah itu. Saya katakan waktu itu bahwa agar pertanian berkembang di seluruh dunia, agar panen makin cukup di seluruh dunia, perlu kerjasama, misalnya, di bidang teknologi, di bidang investasi, di bidang pendanaan, di bidang kerjasama penelitian dan pengembangan agar dari tahun ke tahun produksi pangan kita termasuk padi terus meningkat sehingga dunia ini cukup pangannya. Saya sampaikan juga waktu itu di Pertemuan Hokaido itu agar ada kerjasama yang adil, negara-negara maju jangan mempersulit, bagaimana produk-produk pertanian kita masuk pada pasaran global agar petani di negara berkembang termasuk petani di Indonesia juga mendapatkan peningkatan kesejahteraan karena perdagangan yang adil, produk-produk pertanian itu. Semua itu tanpa saudara minta menjadi kewajiban saya yang sedang mengemban amanah di negeri ini untuk memperjuangkan di tingkat global.

 

Saudara-saudara,

 

Tetapi kita tidak boleh hanya menggantungkan nasib kita pada kerjasama global. Kita tidak boleh terlalu atau sangat berharap bahwa dunia, kerjasama global akan sangat menolong. Kita juga menolong bangsa-bangsa lain. Yang lebih penting dan yang terutama mari dengan kejadian sekarang ini, dengan permasalahan energi dan pangan global ini, melakukan sesuatu yang sungguh-sungguh, yang serius, yang betul-betul dilaksanakan secara instensif, besar-besaran di seluruh Indonesia agar khususnya masalah pangan negara kita makin aman, makin berketahanan, dan bahwa suatu saat bisa membantu negara-negara lain setelah bangsa kita sendiri dicukupi kebutuhannya untuk meningkatkan perekonomian kita dan meningkatkan kesejahteraan para petani. Yang ingin saya sampaikan adalah dan ini telah saya sampaikan beberapa kali, tiga bulan terakhir ini di berbagai forum, mari krisis pangan dunia ini kita ubah menjadi peluang. Kalau ini disebut musibah global, mari kita ubah menjadi berkah, terutama bagi bangsa kita, Indonesia yang dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Kuasa sumber daya alam yang besar, termasuk sumber-sumber pertanian kita. Kalau kita bersikap seperti itu, berfikir seperti itu, dan bertindak seperti itu, hampir pasti, yang diceritakan oleh Saudara Gubernur tadi, produksi pangan di Sumatera Utara termasuk prospek untuk peningkatannya yang disampaikan oleh Menteri Pertanian tadi di seluruh Indonesia, peningkatan produksi padi, jagung dan kedelai padi dan produksi-produksi yang lain akan betul-betul mencapai sasaran yang kita harapkan. Sasarannya tiada lain, yang tadinya ada komoditas yang kurang menjadi cukup, mandiri, swasembada dan kemudian bergerak menuju ke tingkat surplus, tingkat lebih. Kalau lebih kita punya stok, kalau ada apa-apa tiba-tiba bencana datang dan ini dan itu kita bisa mengatasi, syukur-syukur kalau surplusnya tinggi, bisa kita jual dengan harga jual yang baik, petani mendapatkan kesejahteraan, negara juga mendapatkan penerimaan yang lebih baik.

 

Itu cara berfikir, cara bersikap, dan cara bertindak harus kita ambil. Saya mengajak semuanya tentu dengan dipelopori oleh para pemimpin mulai dari saya, para Menteri, Gubernur, Bupati, Walikota, Camat, Kepala Desa, termasuk pemimpin-pemimpin informal, pemimpin masyarakat, pemimpin adat, pemimpin agama, untuk betul-betul menjalankan reformasi besar-besaran, revitalisasi besar-besaran, pembangunan besar-besaran di bidang pertanian ini. Sanggupkah saudara? Setujukah saudara caranya kita justru membangun lebih giat lagi? Terima kasih.

Agar pertanian kita makin maju, agar produksi pangan kita makin tinggi, maka yang sudah saya tetapkan sebagai kebijakan pada tahun 2005 yang lalu, yaitu revitalisasi pembangunan pertanian, perikanan, kehutanan dan pedesaan, mari kita lanjutkan. Mengapa kita lanjutkan? Baru kita jalankan dua setengah tahun, hasilnya nyata. Apalagi kalau kita teruskan dengan lebih sungguh-sungguh lagi, dengan anggaran yang lebih besar, dengan infrastruktur yang lebih lengkap, dengan semangat dan kerja keras kita semua saya yakin ridho Tuhan, akan semakin baik hasilnya di waktu yang akan datang. Revitalisasi kita lanjutkan. Yang kedua, lahan. Lahan-lahan mari kita tata kembali. Tidak boleh jumlahnya makin mengecil dan akhirnya tidak cukup. Banyak lahan tidur di negeri ini. Banyak lahan terlantar di negeri ini. Yang punya hak untuk menggunakan lahan tidak digunakan dengan baik, kurang bertanggungjawab, akhirnya kita semua merugi. Ini tidak boleh kita biarkan, harus kita tata kembali, setiap jengkal tanah di negeri ini harus kita manfaatkan. Yang harus kita lindungi agar iklim kita selamat, kita lindungi. Yang boleh kita gunakan, kita gunakan, baik untuk pertanian, untuk perkebunan, untuk perikanan, untuk industri dan penggunaan-penggunaan yang lain. Pupuk dan benih, saya tahu bahwa agar produksi meningkat, produktifitas meningkat, pupuk dan benih tidak boleh kurang. Asal tahu saja, saudara-saudara, bahwa meskipun APBN kita menghadapi tantangan karena besarnya subsidi yang kita keluarkan untuk BBM, karena harga minyak dunia yang menggila seperti ini, tetapi saya sudah memutuskan dan ini akan terus dikoordinasi, dibicarakan dengan DPR–RI, saya sampaikan minggu lalu kepada Menko Perekonomian, kepada Gubernur Bank Indonesia sebagai konsultasi saya dan Menteri Pertanian juga sudah bertindak jauh untuk betul-betul APBN tahun 2009 cukup memberikan alokasi untuk subsidi benih dan subsidi pupuk.

 

Tahun 2007, subsidi bantuan yang kita berikan untuk pupuk ini berjumlah 8,7 triliun. Tahun 2008 kita tingkatkan, hampir 2 kalinya, menjadi 14,6 triliun. Tahun 2009, rencana, mudah-mudahan DPR-RI mendukung dan menyetujui karena untuk petani, pertanian kita, agar kita tingkatkan 20,6 triliun. Supaya gamblang, ini iklim keterbukaan, yang diperjuangkan Pemerintah, rakyat harus tahu. Yang dibicarakan antara Pemerintah dengan DPR, semuanya itu rakyat juga harus tahu. Dengan demikian, baik untuk rakyat mendapatkan informasi yang sejelas-jelasnya bukan kabar yang tidak jelas, yang keliru, yang menyesatkan, saya minta seluruh Indonesia, Gubernur, Bupati, Walikota, jelaskan semuanya program ini kepada rakyat kebijakan-kebijakan kita, langkah-langkah kita, solusi yang kita ambil mengatasi ratusan masalah dewasa ini. Kami dipilih oleh rakyat, Presiden, Gubernur, Bupati, Walikota. Kami juga harus menjelaskan kepada rakyat apa yang kami lakukan sesuai dengan aspirasi dan keinginan rakyat.

 

Kemudian untuk subsidi benih, bantuan benih untuk 2007 1 triliun, 2008 1,4 triliun, mudah-mudahan tahun 2009, satu setengah triliun khusus untuk subsidi benih. Saya hanya ingin menggambarkan, saya tahu ada kekurangan keluar, penyimpangan, ya jangan ada penyimpangan. Tidak boleh tubuh yang disubsidi dijual kesana kemari, tangkap itu, masukan ke penjara. Diatur yang baik, mana untuk perkebunan, mana untuk pertanian, harus tepat dan harus adil. Irigasi, sepuluh tahun yang lalu mengalami krisis, ada kesulitan ekonomi sehingga terus terang sekian tahun kita tidak membangun prasaran termasuk irigasi. Sejak dua tahun ini kita naikkan anggaran untuk pembangunan prasarana termasuk irigasi. Bukan hanya yang lewat Departemen Pertanian, bukan hanya yang ada di APBD, anggaran daerah tapi juga melalui sektor pekerjaan umum. Yang ini kita ingin terus tingkatkan. Memang tidak bisa serentak. Tidak bisa sekaligus. Irigasi yang harus kita bangun dari Merauke sampai Sabang, di seluruh Indonesia. Oleh karena itu kita tata sesuai dengan prioritas tapi akan terus kita tingkatkan pembangunan irigasi agar pertanian makin menghasilkan hasil yang lebih tinggi.

 

Penyuluhan, dengan penyuluhan yang kita lakukan di seluruh Indonesia bersama-sama petani dekat mereka siang dan malam, karena istri saya sering mendapatkan SMS dari penyuluh-penyuluh lapangan, SMS dari petani yang dibantu oleh penyuluh, itu juga baik. Mari kita teruskan. Berikan bimbingan penyuluhan pendampingan kaum petani dengan niat yang baik agar hasilnya menjadi lebih baik lagi. Kemudian kita harus melindungi petani. Oleh karena itu kalau pasar bergejolak kami mengeluarkan kebijakan, mengeluarkan peraturan misalnya harga pokok pembelian beras dan gabah. Kalau model kapitalisme, model neo-liberalisme, Pemerintah tidak boleh mengatur harga, tidak boleh katanya. Tapi saya tidak setuju. Kalau kita menganut teori seperti itu kalau ada apa-apa rakyat bisa menderita, petani bisa mengalami kesulitan. Itulah kita atur. Itulah ada BULOG. Itulah ada operasi pasar. Yang harus kita lakukan di satu sisi petani dilindungi, makin meningkat kesejahteraannya, tapi masyarakat luas juga memiliki kemampuan untuk membeli beras dan harga-harga pangan yang lain. Ini namanya adil. Dan inilah yang kita lakukan dalam kebijakan ke depan. Sekarang dan ke depan.

 

Saudara-saudara,

 

Ini kesempatan yang baik dan saya sampaikan bukan hanya pada Gubernur, bukan hanya pada Bupati Simalungun, bukan hanya pada pimpinan daerah di Sumatera Utara, tapi kepada seluruh pimpinan daerah di seluruh Indonesia agar betul-betul peduli, terjun langsung dan memiliki kepemimpinan yang baik untuk memajukan pertanian kita, usahanya kebutuhan pangan yang diharapkan oleh masyarakat luas. Tidak boleh pemimpin acuh tak acuh terhadap peningkatan produksi pangan, misalnya. Saya akan memberikan penghargaan kepada semua, apakah Gubernur, Bupati dan Walikota, komunitas-komunitas yang bisa meningkatkan produksi beras di atas lima persen. Dan saya minta media masa angkatlah kalau ada berita yang baik, yang rakyat menjadi lebih percaya diri, yang rakyat tahu pemimpin-pemimpinnya bekerja siang dan malam dan berprestasi, angkatlah berita itu. Dalam demokrasi memang kekurangan-kekurangan yang buruk-buruk, yang belum berhasil, juga perlu diangkat agar kita lebih termotivasi lagi untuk mengatasi masalah itu. Tetapi kalau ada berita yang baik, angkatlah pula agar lebih adil kehidupan ini dan demikian rakyat juga mengetahui mana yang juga bisa kita capai dan mana yang belum kita capai. Mana yang harus kita syukuri, mana yang harus kita ikhtiarkan lebih keras lagi untuk mencapainya. Mana pemimpin-pemimpin yang sungguh mencurahkan pikirannya untuk kebaikan rakyatnya, mana pemimpin-pemimpin yang, terus terang, ada yang lalai, yang akibatnya mengakibatkan terdapat kesulitan di daerah-daerah tertentu. In era keterbukaan. Keterbukaan dalam arti angkat semuanya, ceritakan kebenaran. Yang baik, beritakanlah baik, yang tidak baik, beritakanlah tidak baik. Saya juga ingin memberikan penghargaan kepada para peneliti, peneliti itu bukan hanya peneliti Pemerintah, bukan hanya peneliti dunia usaha, tapi juga penelitian para komunitas petani. Benih-benih tertentu yang terbukti bisa menghasilkan, misalkan, 12 ton per hektar, setelah nanti dikukuhkan oleh Departemen Pertanian, dan diimproduksi menjadi benih yang bisa disebarluaskan, maka saya akan memberikan penghargaan kepada pahlawan-pahlawan pertanian seperti itu.

 

Saudara-saudara,

Inilah yang kita lakukan untuk memajukan pertanian, meningkatkan pangan, dan meningkatkan kesejahteraan petani. Tentang yang tadi dilaporkan oleh Menteri Pertanian yang kita saksikan tadi, ada program-program yang kita jalankan, semuanya itu langkah nyata, kebijakan dan program nyata untuk mengurangi kemiskinan, untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Kemiskinan bukan hanya milik Indonesia. Dunia ini penduduknya 6,4 milyar. Separuh dari penduduk itu yang tersebar di seluruh dunia miskin. Diantaranya ada 800 juta yang kemiskinannya tinggi. Cara mengurangi kemiskinan, ya kita lakukan langkah-langkah nyata. Tidak cukup hanya dengan teori, dengan wacana, dengan iklan dan hal-hal seperti itu. Harus kita lakukan program nyata di seluruh tanah air, terus menerus yang kita jalankan dengan sungguh-sungguh. Bagi saudara kita yang belum berdaya, yang kondisinya memang memprihatinkan dan perlu kita bantu, negara wajib membantu. Ini adalah amanah konstitusi. Negara wajib membantu kaum fakir dan miskin sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh negara. Misalnya, bagi yang tidak mampu berobat karena sakit, kita berikan berobat gratis, lewat program Jaminan Kesehatan Masyarakat. Bagi yang tidak bisa bersekolah, menyekolahkan putra-putrinya, kita bantu mereka dengan program BOS dan program-program lainnya.

 

Bagi yang sulit membeli beras dengan kemampuan sendiri, kita berikan beras khusus untuk rakyat miskin dengan harga yang murah. Bagi mereka yang terkena musibah, sulit hidupnya, tidak tahu harus berbuat apa, kita berikan bantuan bagi mereka yang mengalami musibah bencana. Kaum lanjut usia kita berikan bantuan. Kemiskinan yang ekstrim kita berikan Bantuan Langsung Tunai bersyarat. Semua itulah yang disebut dengan Bantuan dan Perlindungan Sosial. Jumlahnya belasan triliun untuk itu. Kita keluarkan dari ABPN tapi harus kita keluarkan. Ada golongan lain yang sudah lebih baik kondisinya tetapi belum berdaya betul. Inilah yang kita bikin bantuan yang namanya Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM) yang jumlahnya juga triliunan yang tadi saya serahkan untuk tahun ini kepada Gubernur Sumatera Utara hampir setengah triliun. Gunanya adalah untuk membantu kecamatan, desa-desa membangun apa yang dia perlukan sesuai dengan keinginannya sendiri dibantu oleh Pemerintah. Akan lebih hidup lagi ekonomi di situ. Dan yang ketiga, setelah kita berikan yang langsung tadi itu ibarat ikan, kita berikan PNPM ibarat kail, maka bagi saudara-saudara kita yang berusaha, usaha mikro, usaha kecil, usaha menengah, yang dulunya sulit mendapatkan pinjaman modal dari bank-bank kita karena persyaratannya macam-macam, karena agunannya tinggi, maka Pemerintah punya kebijakan Kredit Usaha Rakyat dengan pola penjaminan terutama saya harapakan diberikan usaha mikro dan kecil 1 sampai 5 juta, 10 juta sekitar-sekitar itu agar jutaan saudara kita yang berusaha mendapatkan modal dan kemudian tumbuh.

 

Sejak saya luncurkan bulan November tahun lalu, sampai sekarang ini sudah mengucur 8 triliun. Saya sudah mendapatkan feedback atau laporan dari daerah atau kesaksian dari mereka-mereka yang mendapatkan pinjaman ini. Mereka mengatakan terima kasih Pemerintah, karena usaha kami bisa berkembang lebih baik. Saya minta dilanjutkan program ini. Saya ingin tahun ini sebisa-bisanya para bank, pimpinan bank di seluruh Indonesia, Gubernur, Bupati, Walikota, alirkanlah agar bisa mencapai sekitar 14 triliun rupiah untuk tahun 2008 ini, total. Tetapi karena banyak sekali SMS yang masuk ke saya, masuk ke staf saya, masuk ke Ibu Negara, ada juga SMS begini: ”Ibu, kami ini ingin berusaha, tapi katanya ada kredit, buktinya kami tidak bisa bisa pinjam kredit itu. Bagaimana ini, Bu, bagaimana Pak SBY?” Dijawab oleh SBY, “Bapak, entah Bapak atau Ibu, ini usahanya apa, mau pinjam uang berapa, dari bank mana?” “Ya kan ini ingin berusaha bu, tapi kok caranya berbelit-belit, bagaimana caranya ini?” “Bapak, ini saya laki-laki bu!, saya masih muda” “De, mau usaha apa, kan ada aturannya kalau pinjam satu juta sampai lima juta, ke bank mana ini. Jawabannya apa: “Ya itulah Bu, saya ini masih bingung mau usaha apa.”

 

Nah kalau begitu, datang ke BRI Unit Desa. “Pak saya mau pinjam uang”. “Usahanya apa” “Ya belum ada”. “Kira-kira di bidang mana?” “Saya belum punya bayangan, Pak.” “Nah nanti kalau punya bayangan, pinjamnya berapa ?” “Itu pun tidak tahu, Pak”. “Ya belum bisa dipinjami”. “Tapi saya mau usaha warung pecel. Saya mau produksi krupuk. Saya mau perikanan lele. Ini Pak tempatnya. Ini yang sedang kita lakukan. Kami kurang modal lima juta, kurang modal sepuluh juta. Dicek oleh bank itu. Betul. Diproses. Jadi itu yang terjadi. Kalau dulu kan harus ada agunan. Yang dijaminkan apa? Karena yang menjaminkan Pemerintah. Tetapi harus jelas usahanya apa. Dicek dan memang ada. Dibantu. Dan sudah banyak yang kita bantu. Sekarang ini BRI sudah berapa juta nasabah. Hampir 1,950 ribu nasabah dengan total berapa triliun sekarang sudah keluar? Lima setengah triliun. Karena BRI memang urusannya rakyat kecil yang menengah ke bawah, yang kecil-kecil. BNI sudah berapa triliun yang keluar sekarang? 1 triliun karena biasanya yang pinjamannya besar-besar usaha menengah besar. Mandiri? Berapa? 1 triliun. Saya ingin beliau-beliau di sini dan ada bank yang lain, BTN, Bukopin, Bank Syariah Mandiri, alirkan lebih banyak lagi agar usaha mikro kecil dan menengah tumbuh lebih besar lagi.

 

Dan yang terakhir memang, saudara-saudara, ada Bantuan Langsung Tunai. Ada yang mengkritik, Pemerintah itu memberikan BLT tidak mendidik, dan seterusnya dan seterusnya. Rakyat kita nanti tidak dewasa dan seterusnya dan seterusnya. Saya dengar. Memang, kalau yang kita lakukan hanya itu, dan bantuan itu salah alamat, ya tidak baik. Kita menjalankan banyak program, seperti yang saya jelaskan tadi. Yang ikan, yang kail, yang perahu. Dan BLT ini khusus karena belum lama ini Indonesia menaikkan harga BBM, saudara-saudara, sebagaimana negara lain menaikkan harga BBM, dan harga BBM di Asia Tenggara, Indonesia ini yang paling rendah, masih yang paling rendah, kecuali Brunei Darussalam, tidak apa-apa karena tidak mungkin kita menaikkan lebih tinggi lagi, atau tidak mungkin kita menaikkan terus-menerus, maka bagi yang mengalami kesuiltan yang berat akibat kenaikan BBM bulan Mei yang lalu kita berikan bantuan tambahan. Itulah yang disebut dengan Bantuan Langsung Tunai. Jadi pada kurun waktu tertentu, kepada mereka, sesuai dengan kewajiban negara, ada yang mengatakan, apa bisa kita tidak menaikkan BBM, kami sudah berusaha enam bulan untuk tidak dulu menaikkan BBM, banyak sekali yang kita lakukan, tapi karena naik terus harga minyak dunia, tidak mungkin. Kalau tidak kita lakukan, jebol ekonomi. Rusak kita punya semua kegiatan yang berkaitan dengan APBN dan ekonomi kita. Itulah yang kita lakukan.

 

Tidak ada pemimpin di negeri ini, tidak ada Pemerintah di negeri ini yang ingin menyengsarakan rakyatnya. Jadi kalau Indonesia sejak merdeka memang ada kalanya Pemerintah terpaksa dan harus menaikkan kenaikkan BBM. Sebagai contoh Presiden Sukarno menaikkan harga BBM 12 kali. Presiden Suharto menaikkan harga BBM 18 kali. Presiden Habibi karena belum mempimpin dalam waktu yang pendek, satu tahun lebih sedikit, menaikkan BBM 1 kali. Presiden Abdulrahman Wahid karena belum memimpin satu tahun lebih sedikit menaikkan BBM 1 kali. Presiden Megawati memimpin 3 tahun lebih sedikit menaikkan BBM 2 kali ditambah 7 kali penyesuaian harga BBM. Jadi ya mirip dengan 3 kali juga. Alhamdulillah mendapatkan amanah dari saudara memimpin hampir 4 tahun ini, saya terpaksa untuk menyelamatkan ekonomi juga menaikkan BBM 3 kali. Tidak ada pemimpin yang ingin tanpa tujuan tiba-tiba menaikkan harga BBM. Tidak ada. Kami punya hati nurani. Itu pun setelah kita naikkan kita lakukan apa saja untuk meringankan beban dan menyelamatkan kehidupan ekonomi kita ke depannya lagi. Ini kesempatan yang baik saya sampaikan. Saya percaya masyarakat Simalungun dengan apa saya lihat rasakan ini tergolong komunitas, tergolong masyarakat dan akhirnya tergolong bangsa yang berjiwa terang, yang berfikir positif, yang bersikap optimis untuk bersama-sama membangun negeri ini menuju masyarakat yang maju dan sejahtera.

 

Selamat berjuang !

 

Assalaamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.

 

Horas !

 

 

Biro Naskah dan Penerjemahan,
Deputi Mensesneg Bidang Dukungan Kebijakan,
Sekretariat Negara RI