Perkuat Edukasi dan Layanan Informasi Publik, Kemensetneg dan Museum Nasional Jalin Kolaborasi Strategis
Di tengah arus globalisasi yang semakin pesat, wisata sejarah tidak hanya berfungsi sebagai sarana rekreasi, tetapi juga menjadi pilar utama dalam mencerminkan identitas bangsa serta menanamkan nilai-nilai kebangsaan dan keberagaman. Namun, minat masyarakat Indonesia terhadap wisata berbasis sejarah masih tertinggal dibandingkan dengan negara lain. Kondisi ini menegaskan perlunya revitalisasi strategi edukasi dan kolaborasi multidimensi guna meningkatkan kesadaran akan pentingnya warisan budaya di tengah derasnya arus globalisasi.
Menjawab tantangan tersebut, Kementerian Sekretariat Negara (Kemensetneg) dan Museum Nasional berkolaborasi untuk memperkuat edukasi sejarah serta meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap warisan budaya bangsa. Sebagai bagian dari inisiatif tersebut, delegasi Kemensetneg yang dipimpin oleh Kepala Biro Hubungan Masyarakat, Eddy Cahyono Sugiarto, melakukan rapat pembahasan kolaborasi tersebut di Museum Nasional, Jakarta, pada Rabu (12/3).
Kolaborasi yang dibangun ini semakin relevan mengingat peran strategis Kemensetneg sebagai back office Presiden dan Wakil Presiden, utamanya dalam mendukung suksesnya program prioritas Asta Cita. Oleh karena itu, kerja sama dengan berbagai instansi, termasuk Museum Nasional, menjadi penting untuk memastikan manfaat yang lebih luas bagi masyarakat. Museum Nasional sendiri menyambut baik rencana sinergi ini sebagai bagian dari upaya mendukung diseminasi program prioritas nasional.
Tidak hanya sebatas perencanaan, kolaborasi ini juga akan diwujudkan dalam berbagai kegiatan yang memungkinkan kedua lembaga bersinergi dalam menjalankan peran masing-masing. Dalam sambutannya, Eddy Cahyono Sugiarto menegaskan pentingnya kerja sama ini. "Kami berharap kolaborasi ini dapat segera terealisasi guna mengintegrasikan tujuan bersama dan memberikan manfaat yang lebih luas bagi masyarakat," ungkapnya.
Senada dengan hal tersebut, M. Rosyid, Kepala Indonesia Heritage Agency/Penanggungjawab Museum Nasional menyampaikan bahwa sebagai "Jendela Budaya Indonesia," Museum Nasional memiliki peran krusial dalam memperkenalkan kekayaan budaya dan sejarah bangsa kepada publik, termasuk tamu kenegaraan. Namun, dalam aspek keprotokolan, museum masih menghadapi sejumlah keterbatasan.
“Oleh karena itu, kami mengajukan permohonan kepada Kemensetneg untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam bidang keprotokolan guna meningkatkan standar layanan, terutama dalam penyambutan tamu negara dan pengelolaan acara resmi, tidak hanya itu, berbagai program dan kerja sama pun bisa kita jajaki bersama” tutur Rosyid.
Menanggapi permintaan tersebut, Kemensetneg menyatakan kesiapan untuk memfasilitasi pembelajaran mengenai keprotokolan dan kehumasan, yang selama ini telah menjadi acuan dalam benchmarking. Diharapkan, berbagi wawasan mengenai standar keprotokolan dapat membantu Museum Nasional dalam memberikan layanan yang lebih profesional dan berkelas internasional.
Selain peningkatan kapasitas dalam bidang keprotokolan dan juga kehumasan, kerja sama lintas instansi juga menjadi kunci dalam menghadapi tantangan program yang kompleks dan melampaui tugas pokok masing-masing institusi. Kemensetneg menyadari bahwa kolaborasi dengan berbagai pihak, khususnya lembaga yang memiliki pendekatan edukatif terhadap generasi muda seperti museum, merupakan langkah strategis.
Sebelumnya, Kemensetneg telah menjalin kerja sama dengan Museum Bank Indonesia dan berbagai museum lainnya dalam rangka memperkuat ekosistem edukasi sejarah bagi masyarakat.
Sejalan dengan hal tersebut, Faisal Fahmi, Pranata Humas Ahli Madya Biro Humas Kemensetneg, menutup diskusi dengan menekankan pentingnya peran bersama dalam meningkatkan kesadaran masyarakat akan sejarah dan budaya bangsa.
"Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya edukasi sejarah dan apresiasi budaya bukan hanya tanggung jawab satu pihak, melainkan tanggung jawab bersama," ungkap Faisal. Oleh karena itu, diharapkan kolaborasi antara Museum Nasional dan Kemensetneg dapat menjadi langkah konkret dalam memperkuat ekosistem edukasi sejarah serta mendorong partisipasi masyarakat dalam melestarikan warisan budaya bangsa. (YJS/HIL- Humas Kemensetneg)