Sambutan Presiden RI - Pembukaan Rakernas Akuntansi dan Pelaporan Keu..., Jakarta, 20 September 2016

 
bagikan berita ke :

Selasa, 20 September 2016
Di baca 1286 kali

SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PEMBUKAAN RAPAT KERJA NASIONAL AKUNTANSI DAN

PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH TAHUN 2016

ISTANA NEGARA, JAKARTA

20 SEPTEMBER 2016




Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh,

Selamat pagi,

Salam sejahtera bagi kita semua,


Yang saya hormati para Pimpinan Lembaga Negara,

Yang saya hormati para Menteri Kabinet Kerja,

Yang saya hormati para Gubernur, Bupati, Wali Kota,

Hadirin sekalian yang berbahagia,


Pengelolaan keuangan negara bukan semata-mata masalah teknis akuntansi. Sekali lagi, bukan masalah teknis akuntansi saja, melainkan masalah nilai-nilai utama yang harus kita pegang dalam keseharian kita sebagai penyelenggara negara.


Esensi dari transparansi dan akuntabilitas keuangan negara adalah pertanggunganjawaban moral, pertanggunganjawaban konstitusional terhadap rakyat dalam menggunakan uang milik rakyat. Esensinya ada di situ.


Penggunaan setiap rupiah uang rakyat harus dipastikan, harus dipastikan sepenuhnya digunakan untuk kepentingan rakyat, dan benar-benar dirasakan manfaatnya langsung oleh rakyat. APBN, APBD yang besaran nilainya saya kira dari tahun ke tahun semakin besar, ini harus lebih difokuskan pada belanja-


belanja yang produktif, yang mendorong ekonomi rakyat, baik berupa pembangunan infrastruktur, pengentasan kemiskinan, dan lain-lain.


Untuk itu, saya ingin menegaskan komitmen pemerintah untuk mengelola keuangan secara efektif, secara transparan, secara akuntabel, dan berorientasi pada hasil, bukan berorientasi pada prosedur, tapi berorientasi pada hasil. Prosedurnya mengikuti, iya. Tapi orientasinya adalah hasil.


Dan prinsip-prinsip ini harus bisa diwujudkan secara konkret dalam laporan keuangan yang berkualitas, andal, dan tepat waktu.


Tetapi saya juga pesan kepada Ibu Menteri Keuangan, Pak Menko Perekonomian. Kita ini juga jangan terlalu bertele-tele rezim akuntansi kita.


Ini—mohon maaf—karena saya melihat sekarang ini hampir 70%, mungkin 60%-70%, birokrasi kita ini setiap hari ngurusnya ngurus SPJ. Kalau lembur sampai malam, saya tanya, “Apa ini yang dikerjakan?” “SPJ, Pak.” Kantor yang lain saya tanya, “Lembur apa?” “SPJ, Pak.”


Maaf, kalau orientasi kita ke situ, menurut saya keliru. Semua orang akan meminta meja, semua orang akan meminta kursi. Untuk apa? Untuk tulis-menulis menyiapkan SPJ.


Saya enggak tahu. SPJ itu juga apa, saya enggak ngerti. SPJ itu apa, Bu? Surat Pertanggungjawaban. Isinya apa? Enggak ngerti saya.


Tapi biasanya, kalau saya lihat di meja-meja, itu ngurusi kuitansi dan ngurusi gambar-gambar, foto-foto, gitu.


Itu yang menurut saya mulai harus kita pikirkan bagaimana menyiapkan sebuah laporan yang simpel, tetapi orientasinya adalah hasil. Gampang dicek, gampang dikontrol, gampang diawasi, gampang diperiksa, bukan laporan yang tebal-tebal.


Mohon maaf, energi kita juga jangan habis di SPJ-SPJ. Saya berikan contoh. Sekarang banyak guru dan kepala sekolah yang tidak fokus konsentrasi pada kegiatan belajar mengajar karena ngurus SPJ. Saya lihat di sekolah-sekolah itu, SPJ. Saya lihat di ruangan guru, kuitansi-kuitansi, SPJ itu pasti.


Coba kita lihat di PU. Mohon maaf, PU itu harusnya konsentrasi 80% itu ngontrol jalan, ngontrol irigasi-irigasi yang rusak, ngecek jalan yang berlubang seperti apa.


Tapi, kalau kita lihat sekarang, coba kita lihat sekarang, orang takut semua terhadap yang namanya SPJ.


Coba lihat di Pertanian juga. Dulu, kalau kita lihat, setiap pagi PPL (Pengawas Pertanian Lapangan), PPL tiap pagi lihat berjalan di pematang sawah, bercengkerama dengan petani, memberikan bimbingan ke petani.


Sekarang—lihat di Dinas Pertanian, lihat di Kementerian Pertanian—semuanya duduk manis di meja, di ruangan ber-AC, ngurusi SPJ.


Ini—mohon maaf—supaya menjadi pemikiran bersama. Jangan sampai seperti tadi yang disampaikan oleh Bu Menteri. Kita terjebak pada rutinitas yang kita anggap itu benar.


Memang harusnya seperti itu, tetapi bukan konsentrasi kita menjadi tergiring ke sana, energi kita tergiring ke sana. Maaf, ini saya lihat di lapangan.


Saya ini orang lapangan. Jadi, melihat betul, “Ini apa kok sampai jam 11, kalau sudah akhir-akhir, pulang kok sampai jam 9? Ini apa ini?” Saya lihat-lihat meja-meja banyak, “Ini apa lembur-lembur sampai malam?” “SPJ, Pak. SPJ, Pak.”





Sekali lagi, orientasi kita harus orientasi hasil. Jangan sampai ini kita kehilangan energi betul karena semuanya mengarah kepada SPJ, SPJ, SPJ. Apalagi saat ini kita menghadapi sebuah tantangan untuk menerapkan pelaporan keuangan pemerintah berbasis akrual. Ini lebih sulit lagi dalam pelaksanaannya.


Dan saya menyadari bahwa setiap perubahan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan itu memang bukan hal yang mudah, bukan hal yang mudah. Perubahan ini memerlukan, semuanya saya kira memerlukan pembelajaran agar betul-betul bisa mengejar sesuai yang diinginkan oleh sistem akuntansi dan pelaporan kita.


Tapi sekali lagi, Bu Menteri, mungkin juga Pak Kepala BPK, tadi yang saya sampaikan tadi hanya ingin memberikan sebuah lemparan gagasan, apakah betul yang sudah selama ini kita lakukan. Mungkin bisa menjadi sebuah pemikiran untuk yang akan datang, sehingga orientasi kita sekali lagi adalah orientasi hasil, bukan orientasi laporan.


Terakhir, saya ingin mengingatkan kepada seluruh menteri, pimpinan lembaga, dan gubernur, bupati, wali kota beserta seluruh jajaran, jangan hanya berhenti pada mengejar predikat WTP, opini WTP. Opini WTP bukan merupakan jaminan bahwa tidak akan ada praktik penyalahgunaan keuangan, tidak akan ada praktik korupsi. Ndak, itu berbeda.


Justru, dengan predikat WTP, kita harus bekerja keras untuk membangun budaya pengelolaan keuangan yang transparan, keuangan yang akuntabel, yang lebih akuntabel.


Sekali lagi, kita harus mulai membangun sistem yang baik dengan mengembangkan digitalisasi. Prosesnya digitalisasi dan debirokratisasi, menyederhanakan, menyimpelkan.


Dan jangan lupa, kita harus membangun manusianya. Sekali lagi, kita harus membangun manusianya, SDM-nya dengan meningkatkan kompetensi kapasitas sumber daya manusia kita secara berkelanjutan.


Saya itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Akhir kata, dengan mengucap ‘Bismillahirrahmanirrahim’, Rapat Kerja Nasional Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Tahun 2016 secara resmi saya nyatakan dibuka. Terima kasih.


Wassalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.

*****

Biro Pers, Media dan Informasi

Sekretariat Presiden