Sambutan Presiden Joko Widodo pada Puncak Hari Lahir Ke-101 Tahun Nahdlatul Ulama dan Hari Lahir Ke-78 tahun Muslimat Nahdlatul Ulama

 
bagikan berita ke :

Sabtu, 20 Januari 2024
Di baca 236 kali

di Stadion Utama Gelora Bung Karno Senayan, Provinsi DKI Jakarta


 

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Bismillahirrahmanirrahim. Alhamdulillahirrabbilalamin, wassalatu wassalamu’ala ashrafil anbiya i wal-mursalin, Sayidina wa habibina wa syafiina wa maulana Muhammaddin, wa’ala alihi wa sahbihi ajma’in amma ba’du.

 

Yang saya hormati, yang saya muliakan Ibu Negara keempat Ibu Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid;
Yang saya hormati, yang saya muliakan Rais Aam PBNU Romo Kiai Haji Miftachul Akhyar;
Yang saya hormati Ketua Umum PBNU Bapak Kiai Haji Yahya Cholil Staquf;
Yang saya hormati Ketua PP Muslimat NU Doktor Hajjah Khofifah Indar Parawansa beserta seluruh jajaran pengurus wilayah dan cabang, serta keluarga besar Muslimat NU yang saya hormati dan yang saya cintai;
Yang saya hormati Ketua Umum MUI Bapak Kiai Haji Anwar Iskandar;
Yang saya hormati guru saya Habib Luthfi bin Yahya;
Yang saya hormati para Menteri, Panglima TNI, dan Kapolri, [Pj.] Gubernur DKI Jakarta;
Hadirin dan undangan yang berbahagia.

 

Pertama-tama, saya ingin mengucapkan selamat harlah ke-78 kepada seluruh keluarga besar Muslimat NU. Semoga Muslimat NU selalu guyub, rukun, bersatu untuk kepentingan umat, bangsa, dan negara. Saya tahu ibu-ibu itu biasanya lebih semangat, lebih militan dari bapak-bapak. Bener ndak, Bu? Betul ndak? Dan, saya tahu ibu-ibu yang hadir di sini berasal dari seluruh pelosok tanah air Indonesia. Dari Jawa Timur? Dari Jawa Timur, dari Jawa Barat, dari Jawa Tengah, dari Banten, dari Lampung, Sumatra, dari Kalimantan, dan juga banyak yang dari luar negeri. Tadi Ibu Khofifah menyampaikan dari London, dari Saudi, dari Amerika. Ibu-ibu sehat semuanya? Alhamdulillah.

 

Atas nama masyarakat, bangsa, dan negara saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Muslimat NU yang selalu menjaga NKRI, merawat Pancasila, yang selalu merawat persatuan, kerukunan untuk Indonesia Maju. Muslimat NU memang luar biasa.

 

Kita patut bersyukur kepada Allah subhanahu wa ta’ala karena Indonesia sampai saat ini mampu melewati berbagai tantangan-tantangan dunia, tantangan-tantangan di dalam negeri. Kita ingat COVID-19 hampir dua tahun lebih menerpa seluruh dunia, tapi kita mampu mengatasi, baik kesehatan maupun ekonomi. Negara lain sampai saat ini ada 96 negara yang masih belum bisa mengatasi ekonominya, kesehatannya bisa diselesaikan tapi ekonominya belum bisa menyelesaikan. 96 negara terpuruk dan bahkan masuk menjadi pasiennya IMF. Kita sekali lagi patut bersyukur. Dan bahkan kita termasuk lima terbaik dunia untuk urusan ekonomi. Patut kita syukuri, semua ini berkat peran seluruh komponen bangsa, termasuk ibu dan bapak-bapak sekalian.

 

Pemerintah di tengah keterbatasannya terus berupaya hadir untuk masyarakat. Misalnya, ini tahun 2023, subsidi dan bansos yang telah kita gelontorkan itu sebesar Rp443 triliun. Gede sekali ini. Di antaranya untuk KIS kartu sehat BPJS, jadi yang ke rumah sakit tidak bayar lagi. Siapa yang sudah merasakan? Kemudian Kartu [Indonesia] Pintar dan KIP Kuliah. Siapa yang putra-putrinya merasakan? Benar, Ibu-ibu? Iya, nanti maju. Kemudian PKH, Kartu Sembako. Iya, ini tidak semua, itu yang diberikan untuk PKH itu 9,9 juta keluarga, bukan semuanya diberikan 280 juta. Kalau ibu-ibu muslimat NU kan sudah sejahtera. Ini semua diberikan untuk menjaga daya beli masyarakat. Dan, momentum ini harus terus kita pertahankan, harus terus kita tingkatkan untuk menggapai cita-cita kita, Indonesia emas di tahun 2045.

 

Saya ingin ada yang maju. Tunjuk jari yang hafal, sebentar, saya tunjuk nanti, yang hafal Pancasila? Sebentar, sebentar, sebentar. Yang semangat akan saya tunjuk, yang semangat, ya, itu ibu yang lompat-lompat. Iya, iya, ibu. Iya ibu, ibu, ibu, iya ibu. Enggak, ibu yang ini, ini yang ini, ini, ini. Yang itu, iya, iya, yang ya, betul. Pelan-pelan, Bu. Iya, ibu. Yang hafal Pancasila. Yang semangat. Yang ketiga, yang pernah mengurus stunting. Benar? Yang pernah mengurus stunting, yang tahu mengenai stunting? Iya, nanti saya tunjuk, ini dua dulu. Silakan dikenalkan namanya.

 

Muslimat NU 1 (Ibu Rohana)
Perkenalkan nama saya Rohana, Pengurus Cabang dari Kabupaten Ogan Komering Ulu, Baturaja, Sumatra Selatan.

 

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ogan Komering Ulu. Ibu siapa tadi?

 

Muslimat NU 1 (Ibu Rohana)
Ibu Rohana, Pak.

 

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ibu Rohana dari Ogan Komering Ulu. Langsung, Pancasila, satu.

 

Muslimat NU 1 (Ibu Rohana)
Pancasila.
Satu, Ketuhanan Yang Maha Esa;
Dua, Kemanusiaan yang adil dan beradab;
Tiga, Persatuan Indonesia;
Empat, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan;
Lima, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

 

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ini Muslimat NU, kalau Pancasila tidak tidak perlu diragukan lagi. Saya, saya, saya beri sepeda, Bu. Saya ndak tahu sepedanya bawa ndak. Oh, bawa, sini. Silakan, Ibu kenalkan.

 

Fatayat NU Temanggung (Ibu Vitanora Purnamasari)
Perkenalkan nama saya Vitanora Purnamasari.

 

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ibu Vita, dari?

 

Fatayat NU Temanggung (Ibu Vitanora Purnamasari)
Fatayat NU Temanggung.

 

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Fatayat NU Temanggung. Silakan, Bu Vita, langsung sampaikan, Mbak Vita. Pancasila, satu.

 

Fatayat NU Temanggung
Pancasila.
Satu, Ketuhanan yang maha esa.
Dua, persatuan….
Maaf, grogi, Pak.

 

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ibu-ibu, sebentar. Ibu-Ibu kalau pas duduk di sana semuanya gampang Pancasila tetapi begitu naik panggung, grogi blank hilang semuanya. Benar?

 

Fatayat NU Temanggung
Benar. Saya soalnya kagum banget sama Pak Jokowi.

 

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Iya, silakan diulang Ibu Vita. Pancasila, satu.

 

Fatayat NU Temanggung
Pancasila.
Satu, Ketuhanan Yang Maha Esa;
Dua, Kemanusiaan yang adil dan beradab;
Tiga, Persatuan Indonesia;
Empat, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan;
Lima, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Maaf ya, Pak Jokowi.

 

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Betul. Jadi sekali lagi, kalau yang namanya Pancasila saya tidak meragukan Muslimat NU, Fatayat NU, saya tidak meragukan lagi. Terima kasih, Bu, terima kasih, terima kasih. Sepedanya diambil, Bu. Yang terakhir, yang tahu mengenai stunting? Yang tahu mengenai stunting, iya ibu, maju.

 

Sebentar. Bapak-Ibu sekalian, Ibu-ibu Muslimat NU, sebentar lagi kita akan pemilu, pemilihan presiden dan pemilihan legislatif. Proses pemilu itu sangat penting dan sangat menentukan. Tetapi, kita tidak ingin gara-gara pemilu, gara-gara beda pendapat, gara-gara beda pilihan justru kita  saling menghujat, tidak boleh. Benar? Tidak boleh saling menghina, tidak boleh saling menjelekkan. Sesama tetangga tidak saling sapa, tidak boleh. Sesama ibu pengajian tidak saling bicara, tidak boleh. Sesama warga saling berkelahi juga tidak boleh, tidak. Jangan mau kita diadu domba seperti itu, jangan mau kita  dibentur-benturkan seperti itu, jangan mau kita dipecah belah seperti itu. Setuju Ibu-ibu? Setuju? Karena apa? Karena yang lebih penting dari semua itu adalah keutuhan bangsa, persatuan bangsa, kerukunan bangsa. Betul? Ibu-ibu setuju?

 

Sekarang kenalkan, Bu, dikenalkan nama.

 

Pengurus Cabang Pangkajene dan Kepulauan
Terima kasih, syukur alhamdulillah saya sangat berterima kasih sekali dan bangga ada di sini dari Makassar memakai uang pribadi  ke sini.

 

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Dari Makassar?

 

Pengurus Cabang Pangkajene dan Kepulauan
Iya, dari Makassar.

 

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ibu namanya.

 

Pengurus Cabang Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Ibu Agustia)
Nama saya Agustia dari PC Kabupaten Pangkep, Pangkajene dan Kepulauan.

 

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ibu Agustia dari Makassar. Ibu, di Sulawesi Selatan ada stunting ndak?

 

Pengurus Cabang Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Ibu Agustia)
Ada.

 

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ada. Ada stunting.

 

Pengurus Cabang Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Ibu Agustia)
Iya.

 

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Untuk menjauhkan anak-anak kita, untuk mengurangi stunting anak-anak kita, apa yang harus dilakukan.

 

Pengurus Cabang Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Ibu Agustia)
Salah satu caranya mengatasi stunting yang ada di Pangkajene , yaitu Pak Bupati itu melaksanakan pemberian makan gizi kepada ibu-ibu hamil, terus bekerja sama dengan bunda-bunda PAUD memberikan makanan tambahan. kebetulan saya guru PAUD.

 

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Jadi memberikan makanan tambahan atau gizi bagi ibu-ibu hamil?

 

Pengurus Cabang Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Ibu Agustia)
Iya.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Betul.

 

Pengurus Cabang Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Ibu Agustia)
Terus bekerja sama dengan posyandu-posyandu.

 

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Bekerja sama dengan posyandu-posyandu untuk apa?

 

Pengurus Cabang Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Ibu Agustia)
Iya. Untuk menimbang ibu-ibu hamil, memberikan makanan tambahan. Ada namanya rumah gizi.

 

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Betul, betul. Menimbang, memberikan makanan tambahan yang bergizi. Betul.

 

Pengurus Cabang Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Ibu Agustia)
Iya, Pak. Iya.

 

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Terima kasih, Bu. Terima kasih.

 

Pengurus Cabang Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Ibu Agustia)
Iya, alhamdulillah, Pak. Saya guru PAUD, Pak. Jadi itu juga bekerja sama untuk mencegah  anak-anak stunting, ya Pak.

 

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Iya, terima kasih Ibu Agustia.

 

Pengurus Cabang Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Ibu Agustia)
Pak, bisa foto, Pak. Saya jauh-jauh dari Makassar, Pak. Lama sudah mau, iya.

 

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Iya

 

Pengurus Cabang Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Ibu Agustia)
Pangkep, fotokan dulu kodong.

 

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Iya, terima kasih, Bu. Sepedanya diambil, Bu. Terima kasih.

 

Pengurus Cabang Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Ibu Agustia)
Iya, Pak. Terima kasih banyak, Pak.

 

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Terima kasih. Ibu-ibu sekalian, marilah kita mempererat silaturahmi, menguatkan ikatan kita untuk saling menjaga, saling mengingatkan agar situasi tetap sejuk, situasi tetap rukun, kita semuanya tetap riang gembira. Dan, saya tahu Muslimat NU itu paling bisa untuk soal ini, paling mengerti. Dan, harus saya akui, ibu-ibu memang paling juara, paling juara. Terima kasih, itu saja yang ingin saya sampaikan.

 

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.




Sumber: https://setkab.go.id/puncak-hari-lahir-ke-101-tahun-nahdlatul-ulama-dan-hari-lahir-ke-78-tahun-muslimat-nahdlatul-ulama-di-stadion-utama-gelora-bung-karno-senayan-provinsi-dki-jakarta-20-januari-2024/