FORUM DISKUSI : INDONESIA–AUSTRALIA RELATIONS UNDER A NEW AUSTRALIAN GOVERNMENT

 
bagikan berita ke :

Senin, 03 Maret 2008
Di baca 1145 kali

280208ce.jpg “Kalau ditanya kepada masyarakat Australia negara mana yang paling mengancam bagi Australia, maka jawabannya adalah Indonesia,” kelakar Justin Lee, Counsellor Politic Kedutaan Besar Australia dihadapan peserta diskusi Indonesia-Australia Relations Under a New Australian Government yang diselenggarakan oleh Biro Dukungan Hubungan Internasional di Gedung Utama Sekretariat Negara, Kamis (28/2) siang kemarin.
   
“Bagaimana tidak, kalau kita lihat posisi Australia ke selatannya hanya ada kutub, hanya ada penguin. Orang Selandia Baru kita bisa menang dalam bidang olahraga jadi kita tidak khawatir, sedangkan sekeliling Australia adalah Samudra Pasifik, jadi pastinya negara yang paling dekat dengan Australia adalah Indonesia,” ungkapnya dengan bahasa Indonesia yang lumayan fasih. Namun Justin menambahkan, hubungan Australia dan Indonesia sangatlah dibutuhkan dan sangat istimewa.”

     
Beberapa isu penting dalam hubungan antara Indonesia dan Australia menjadi pembahasan dalam diskusi kali ini yang dipandu oleh Johar Arifin, S.IP., M.P.M. Kepala Bagian Hubungan Bilateral, Biro Dukungan Hubungan Internasional, Deputi Menteri Sekretaris Negara Bidang Dukungan Kebijakan. Delegasi Australia sendiri mengutus tujuh perwakilannya. Selain Justin Lee ada juga Deputi Ambassador Louise Hand, Bernard Lynch, economic counsellor, dan Stuart Rechner first secretary of politics. Masalah pertahanan merupakan hal yang banyak ditanyakan peserta diskusi. Beberapa hal tersebut antara lain prasangka publik Australia terhadap masyarakat Indonesia yang dianggap pelaku teroris dan Indonesia yang dianggap melanggar HAM di negaranya sendiri, masalah hukuman bagi pelaku kejahatan narkotika dan masalah sikap Australia terhadap situasi Irak.

   
Menurut Justin, kerjasama Indonesia-Australia telah tertuang dalam beberapa Memorandum of Understanding (MoU), seperti contohnya MoU Counter Terorism yang telah berlangsung tiga tahun. Selain itu adanya Lombok Treaty yang berisi kesepakatan tentang kerjasama pertahanan Australia-Indonesia. “Lombok Treaty hanya masalah meresmikannya setelah bertahun-tahun Indonesia-Australia melakukan kerjasama, dan sekarang tinggal  bagaimana kini mengimplementasikannya,” ungkap Justin.

   
Sedangkan menurut Louise Hand, Deputi Ambassador, naik turunnya sebuah hubungan antar negara pasti terjadi. Namun hal itu di kadang terjadi bukan karena keinginan masing-masing negara. “Terkadang naik turunnya hubungan Indonesia-Australia di luar kontrol pemerintah, namun pemerintah Australia terus memberikan pengertian terhadap masyarakat Australia sendiri tentang warga Indonesia,” ungkapnya. Dan hal tersebut menurutnya bisa melalui kunjungan pejabat Indonesia yang berbicara dihadapan masyarakat atau LSM di Australia, begitu juga sebaliknya juga melalui media massa.

   
Justin Lee mengungkapkan salut terhadap pemerintah Indonesia yang dinilainya sukses dalam menghadapi masalah terorisme. “Bila kita lihat Indonesia merupakan negara yang sukses dalam menyelesaikan kasus terorisme, dan untuk itu Indonesia merupakan mitra terbaik dalam bidang keamanan,” ujarnya. Beberapa peserta juga menanyakan permasalahan tentang Papua dan Timor, yaitu tentang persepsi masyarakat Australia tentang pelanggaran HAM di Papua. Menurut Justin caranya adalah dengan penjelasan langsung oleh perwakilan Indonesia tentang sikap Indonesia dalam masalah di Papua.


Untuk hubungan antara Sekretariat Negara RI dan pemerintah Australia, Sekretariat Negara sendiri sejak tahun 2006 telah mengirimkan pegawainya untuk menempuh pendidikan master di Australia melalui program beasiswanya. Dan beberapa program pendidikan lainnya termasuk kursus-kursus.

   
Isu yang berkaitan dengan masalah ekonomi, delegasi Australia yang diwakili oleh Stuart Rechner mengatakan bahwa hubungan Indonesia-Australia sangat baik. Terbukti dengan diadakannya pertemuan Menteri Perdagangan tiap tahunnya serta menempatkan ahli-ahli ekonominya di bidang-bidang yang membantu pertumbuhan dan reformasi ekonomi di Indonesia untuk membantu Indonesia yang masih merupakan negara berkembang.


Mengenai Free Trade Agreement, menurut Stuart hal ini akan terus dijajaki antara Australia, Indonesia dan Selandia Baru. Pada kesempatan kali itu, delegasi Australia membagikan brosur mengenai beberapa kerjasama dalam bidang ekonomi yang antara lain terdiri dari pertambangan, perbankan, keuangan, jasa hukum, manufaktur  dan tak kalah penting adalah investasi.


Acara Diskusi Indonesia-Australia Relations Under a New Australian  Government ternyata sangat menarik bagi peserta yang hadir dengan banyaknya pernyataan maupun pertanyaan yang dilontarkan pejabat Setneg. Diskusi ini dihadiri selain oleh jajaran Biro Dukungan Hubungan Internasional seperti Drs. Yuhardi R. Yusuf, Kepala Biro Dukungan Hubungan Internasional dihadiri juga oleh pejabat dari Sekretaris Kabinet dan Seswapres.


Forum Group Discussion seperti ini menurut pihak penyelenggara, Biro Dukungan Hubungan Internasional, diharapkan  akan diadakan setidaknya sebulan sekali. Dengan tujuan selain meningkatkan kerjasama bilateral, juga menambah informasi mengenai apa keinginan, atau masalah yang terjadi antara dua negara tersebut. (REDAKSI)  


Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
0           0           0           0           0