Hari Minggu di Desa Sumber Batu dan Karang Tengah

 
bagikan berita ke :

Senin, 21 Mei 2007
Di baca 1464 kali

Desa pertama yang dikunjungi SBY adalah desa Sumber Batu. Di desa ini, Presiden SBY didampingi Kades H.Odang Bakri, langsung meninjau tambang batu gunung yang dikelola oleh masyarakat sekitar, Presiden menanyakan berbagai hal, mulai dari proses hingga pemasarannya. Kemudian SBY dan Ibu ni beserta rombongan kecil, dengan berjalan kaki menuju kedai kelontong milik Saut Sinaga (45) dan kedai kelontong milik Teh Aing, yang berjualan berbagai jenis barang kebutuhan.

Pada kedua pemilik kelontong itu, Presiden menanyakan berbagai hal. �Apa berjualan campuran hasilnya bagus?,� tanya SBY. �Allhamdulillah, Pak. Bisa menghidupi keluarga,� jawab Saut Sinaga. Barang-barang ini dibeli dari mana? "Dari kota, Pak,� jawab Teh Aing. Di kedai itu, Ibu Ani membeli biskuit dan roti, lalu membagikannya sebahagian ke beberapa warga. Di desa ini, Presiden mengucyurkan bantuannya kepada Koperasi Desa Sumber Batu sebesar Rp 25 juta.

Selanjutnya Presiden mengunjungi Desa Karang Tengah. Di desa ini, Presiden meninjau Sekolah Dasar Negeri (SDN)1 Karang Tengah. Satu persatu ruang kelas diperiksa secara detail oleh SBY, juga kamar mandi (wc), serta meja kursi. SBY menyatakan sangat prihatin melihat kondisi SDN ini.� Sewaktu saya sekolah dulu, sekolah saya seperti ini. Tapi sekarang kan sudah berbeda. Sekolahnya harus lebih baik,� ujar Presiden. Untuk itu, Presiden memanggil Kepala Sekolah Andreas Wasiyo, Kades H.Ahmad Sugi, serta aparat Pemda Kabupaten Bogor untuk segera melakukan renovasi agar sekolah tersebut layak digunakan.

Menurut Kepsek Andreas Wasiyo, SDN 1 Karang Tengah mulai dibangun sekitar tahun 1960. Tahun 1980 direnovasi, hingga sekarang belum ada perubahan. �Ruang kelas ada enam, jumlah murid 463 siswa,� ujarnya datar.

Saat meninjau SDN, ada kejadian menarik. Di halaman tengah SDN ini, berkibar bendera Merah Putih yang kondisi juga memprihatinkan. Kainnya lusuh, ujungnya robek, dan warna merahnya mulai pudar. Pemandangan itu tak luput dari pemeriksaan Presiden. �Kok benderanya yang dipasang yang begini? Tolong benderanya diganti yang lebih baik,� kata Presiden kepada Andreas Wasiyo. Yang diajak bicara menjawab, �Kami memang sengaja pasang yang lusuh Pak. Yang baru kami simpan untuk dipakai pada setiap upacara bendera saja. Soalnya kalau bendera baru dipasang, kadang hilang dicuri orang.� Grrr.

Usai melakukan peninjauan, Presiden menuju Balai Desa Karang Tengah untuk melakukan dialog bersama Badan Pembinaan Desa, para tokoh dan masyarakat.

 

Sumber :
http://www.presidensby.info/index.php/fokus/2007/05/20/1850.html

Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
0           0           0           0           0