Keterangan Pers Presiden RI Pada Rakor Perindustrian, Perdagangan, Investasi, Jakarta, 27 Juli 2012
KETERANGAN PERS
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PADA ACARA
RAPAT KOORDINASI MENGENAI
PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, DAN INVESTASI
DI GEDUNG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN, JAKARTA
PADA TANGGAL 27 JULI 2012
Â
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Salam sejahtera untuk kita semua,
Saudara-saudara,
Baru saja, rapat koordinasi yang membahas perkembangan sektor perindustrian,
sektor perdagangan, dan sektor penanaman modal selesai dilaksanakan.
Sebagaimana yang saya sampaikan tadi dalam pembukaan rapat koordinasi ini,
ketiga sektor ini sangat penting dalam menyumbang pertumbuhan perekonomian
kita. Dan bahkan lebih dari itu, ketiga sektor ini juga amat penting untuk
membangun perekonomian nasional di masa depan, yang kuat dan berkelanjutan, strong
and sustainable economy. Apalagi ketika dunia sedang mengalami masalah
perekonomian sekarang ini, kontribusi sektor perindustrian, perdagangan, dan
investasi juga amat penting. Perindustrian
bisa mengembangkan sektor riil, yang itu juga mendorong pertumbuhan.
Perdagangan bisa meningkatkan ekspor yang juga itu komponen pertumbuhan.
Sementara investasi, justru harapan kita, menjadi engine of growth
perekonomian kita di masa mendatang.
Dalam rapat koordinasi tadi, baik Menteri Perindustrian, Menteri Perdagangan, maupun Kepala BKPM
melaporkan kepada saya dan peserta rapat situasi di sektor mereka
masing-masing, kemudian tantangan yang dihadapi, dan rencana yang akan
dilaksanakan tahun ini dan tahun-tahun mendatang. Tetapi satu hal, kalau
ekonomi kita tumbuh, tumbuh baik menurut ukuran dunia yang mengalami persoalan
seperti sekarang ini, berarti sektor riil sebetulnya juga tumbuh, berarti
ekspor, investasi juga tumbuh. Namun, kita ingin pertumbuhan ini lebih
meningkat lagi, lebih berkelanjutan, dan lebih berkualitas.
Oleh karena itulah, pembahasan kita hari ini, disamping ditujukan untuk menjaga
pertumbuhan ekonomi jangka pendek, sekaligus kita juga membahas penguatan
pilar-pilar perekonomian yang disumbang dari ketiga sektor ini di masa
mendatang.
Saudara-saudara,
Saya akan menggarisbawahi hal-hal penting yang tadi dilaporkan oleh para pejabat
di tiga lembaga itu, serta apa yang saya berikan, arahan dan instruksi untuk
dijalankan, termasuk apa yang juga disampaikan oleh Wakil Presiden.
Pertama-tama, yang ini juga penting untuk menjadi perhatian kita semua, tiga
tahun lagi, tahun 2015, ASEAN akan menjadi ASEAN Community, Komunitas ASEAN.
Salah satu pilar dari ASEAN Community, sebagaimana Saudara ketahui, adalah
ASEAN Economic Community. Artinya, pada tahun 2015, semua negara anggota ASEAN
harus sudah siap untuk mengikuti tatanan perekonomian ASEAN yang baru itu.
Oleh karena itu, kita harus siap, siap menyangkut daya saing, siap menyangkut
kebijakan dan regulasi, siap menyangkut manakala terjadi integrasi perekonomian
di kawasan Asia Tenggara atau ASEAN ini. Ini juga menjadi tekanan
dalam rapat kita hari ini, dengan harapan, baik Pemerintah Pusat maupun
Pemerintah Daerah dan dunia usaha harus sungguh bekerja sama untuk
mempersiapkan diri menghadapi integrasi ekonomi ASEAN pada tahun 2015
mendatang.
Saudara-saudara,
Hal lain yang juga kita bahas dan kita anggap penting, perlunya sektor
industri, utamanya industri manufaktur, itu lebih menyumbang terhadap
penciptaan lapangan pekerjaan. Ini juga berlaku di sektor investasi, mengundang
atau menciptakan peluang investasi, baik dalam maupun luar negeri, yang juga
menciptakan lapangan pekerjaan yang lebih besar. Kemudian, isu lingkungan dalam
perdagangan global, ini juga sering menjadi perhatian. Oleh karena itu,
industrinya pun kita pastikan harus juga memenuhi standar internasional yang
berkaitan dengan lingkungan.
Kita juga menggarisbawahi pentingnya hilirisasi atau pengembangan industri
hilir. Beberapa saat yang lalu, saya mengatakan Indonesia tidak hanya ingin
menjual bahan-bahan galian, tetapi kita ingin membangun industri pertambangan,
industri mineral.
Oleh karena itulah, peran industri, peran investasi, sangat penting untuk
menciptakan keadaan seperti itu, sehingga nilai tambahnya ada, saudara-saudara
kita bisa bekerja, ekonomi di daerah bergerak, demikian juga pajak kepada
negara akan lebih meningkat.
Kita juga menggarisbawahi upaya untuk terus meningkatkan industri pupuk agar
pertanian kita terus dapat kita jaga dan kita kembangkan, dan juga industri
petrokimia. Industri baja, ini juga sangat penting, dan kita senang karena
sudah ada investasi dan sekarang sedang berjalan untuk meningkatkan kapasitas
produksi baja di negeri ini. Ini berkaitan dengan industrialisasi juga
menyumbang implementasi dari MP3EI, yang Saudara semua sudah mengetahuinya.
Saudara-saudara,
Disampaikan oleh Menteri Perindustrian, bahwa untuk mengembangkan industri di
negeri kita, untuk lebih menarik bagi dunia investor, baik dalam maupun luar
negeri, seringkali diperlukan insentif fiskal yang tepat. Ini tentu menjadi
bagian dari policy kita. Dan yang penting, sekali kebijakan itu kita
jalankan, benefit-nya atau manfaatnya riil. Dengan demikian, secara
menyeluruh, akhirnya negara diuntungkan. Rakyat pun juga mendapatkan
manfaatnya.
Kita juga menggarisbawahi pentingnya mengembangkan industri perkapalan, sebab
masa depan Indonesia ketika ekonomi di seluruh tanah air sudah tumbuh, maka
agar logistik kita makin efisien, dan ketika perdagangan dalam negeri juga meningkat,
maka transportasi laut itu menjadi amat penting. Oleh karena itu, kita juga
mendorong bangkitnya industri perkapalan.
Â
Industri kecil dan menengah, ini terbukti menjadi sabuk pengaman di kala negara mengalami krisis. Dan berkaitan dengan usaha mikro, kecil, dan menengah, sebagaimana Saudara ketahui, pemerintah terus meningkatkan jumlah Kredit Usaha Rakyat. Hitungannya bukan hanya belasan triliun, tapi puluhan triliun tiap tahunnya, dan mudah-mudahan ini betul-betul lebih memperluas lagi kemungkinan atau peluang berusaha bagi industri kecil dan menengah, sebagaimana pula bagi usaha mikro, kecil, dan menengah.
Saudara-saudara,
Juga dilaporkan kepada saya, dan saya mendukung penuh apa yang dilakukan oleh
Kementerian Perindustrian bersama Badan Koordinasi Penanaman Modal, untuk
bekerja sama dengan pihak luar negeri. Jadi, tentunya ini semacam kerja sama
kita dengan partner kita di negara lain, untuk mengembangkan industri information
technology di Indonesia. Kalau ini bisa berkembang, maka dalam dua, tiga,
empat, lima tahun, kita memiliki tiga manfaat, memiliki tiga keuntungan.
Pertama, akan tercipta lapangan pekerjaan yang lebih luas. Dan ini baik bagi
yang disebut intellectual unemployment, mereka yang terdidik tapi belum
mendapatkan pekerjaan. Kemudian, produknya akan sangat berguna untuk pendidikan
kita, untuk pemerintahan kita, atau bisnis kita. Kemudian, komponen itu bahkan
bisa kita ekspor dengan branding Indonesia.
Dan yang terakhir, kita bahas pentingnya untuk meningkatkan kapasitas dan
modernitas industri gula di negeri kita. Memang diperlukan lahan yang tidak
sedikit, sekitar 400 ribu. Kita akan terus mengupayakan ketersediaan lahan itu.
Saya sudah menyampaikan kepada Kepala BPN, bekerja sama dengan
provinsi-provinsi untuk mendapatkan lahan itu, agar lebih besar lagi kapasitas
produksi gula yang bisa kita hasilkan, sekaligus untuk regenerasi mesin industri
gula. Dan, BUMN juga telah melakukan langkah-langkah ke arah itu. Itulah hal-hal penting yang
berkaitan dengan sektor perindustrian, yang tadi dilaporkan oleh Menteri
Perindustrian, dan telah kita bahas dan saya berikan arahan.
Saudara-saudara,
Menyangkut perdagangan, ini juga sektor yang amat penting. Sebenarnya, trend perdagangan di Indonesia
baik. Dari tahun ke tahun, meningkat. Sebagai contoh, ekspor kita pada tahun
2011 sudah mencapai US$203,5 miliar. Ini naik 29%, dibandingkan tahun
sebelumnya. Tetapi, sekali lagi, karena ekspor impor ini adalah bagian dari
perdagangan internasional, manakala ada masalah di dunia, di luar negeri, tentu
berpengaruh pada capaian ekspor kita.
Oleh karena itu, kita sudah melihat kuartal pertama ekspor kita menurun, saya
perkirakan kuartal kedua juga menurun, tetapi saya masih berharap karena ada
berita gembira investasi justru
meningkat. Kalau ini setara, maka mudah-mudahan secara utuh pertumbuhan ekonomi
kita di kuartal kedua pun masih bisa kita jaga. Saudara masih ingat, kuartal
pertama tumbuh 6,3%, tergolong amat tinggi pada situasi sekarang ini. Kalau
kita bisa menjaga kuartal kedua juga masih tumbuh 6,3%, tentu itu akan baik
bagi perekonomian kita.
Saudara-saudara,
Kita juga ingin meningkatkan volume perdagangan kita, utamanya ekspor kita ke
negara-negara sahabat. Meskipun, sekali lagi, berbeda dengan beberapa negara,
misalnya Singapura, Taiwan, Hong Kong yang mereka lebih menganut export-oriented
economy, ekonomi yang memang berpilarkan pada ekspor, negara kita tidak.
Kita ingin lebih seimbang, mengingat ekonomi dalam negeri kita juga besar,
penduduk kita banyak, dengan daya beli yang makin tinggi. Kita ingin
menyeimbangkan antara ekspor dengan apa yang kita perdagangkan di dalam negeri.
Meskipun demikian, kita bertekad, dan tadi Menteri Perdagangan juga sudah
menyampaikan, akan terus mencari peluang-peluang baru pada pasar global. Menghadapi kesiapan ASEAN
Economic Community 2015 sama, dengan yang kita bahas menyangkut perindustrian
tadi.
Kemudian, era sekarang ini, Saudara-saudara, hampir semua negara di dunia
melakukan atau masuk dalam free-trade agreement, baik secara bilateral
maupun secara regional dan multilateral. Kita sudah punya kebijakan dasar,
bahwa yang kita ingin tuju bukan hanya free-trade agreement, tapi comprehensive
economic partnership yang lebih luas. Dikandung maksud, ada trade,
tapi juga ada investment. Trade itu sendiri ada ekspor dan impor dan
juga ada investasi.
Pendek kata, apa yang sedang berkembang di dunia, dan Indonesia tentu sebagai
anggota G20 dan ekonomi terbesar di ASEAN,
tentu tidak bisa tidak ikut dalam kerja sama yang nyata-nyata membawa
keuntungan.
Oleh karena itu, kita pastikan apa pun kerja sama itu, dengan negara mana pun,
dalam regional grouping apa pun, kita pastikan kita siap dan agreement-nya
betul-betul membawa manfaat yang riil.
Kita juga membahas pentingnya penguatan perdagangan domestik, yang semua
optimis bahwa perdagangan domestik ini meningkat. Setiap saya berkunjung ke
daerah, para gubernur melaporkan kepada saya, perdagangan antarpulau,
antardaerah itu meningkat, meningkat pesat.
Oleh karena itu, ini juga peluang yang baik di masa depan. Pesan saya, dan
tolong para Menteri, para Gubernur, Bupati, Walikota juga memperhatikan, ketika perdagangan
dalam negeri meningkat dengan tajam, pastikan yang memperoleh keuntungan bukan
hanya para traders, para pedagangnya, tetapi perhatikan pula
kesejahteran para petani, para nelayan, para perajin yang mereka juga menjadi
sumber bergeraknya perdagangan dalam negeri. Kalau itu bisa diciptakan, maka
ekonomi kita akan jauh lebih adil dibandingkan sekarang ini.
Kita juga membahas masalah bahan pokok. Di mata rakyat, bahan pokok inilah yang
menjadi kepedulian dan kebutuhan sehari-hari mereka. Oleh karena itu, kita bukan
hanya berpikir jangka pendek, tapi kita pun berpikir jangka menengah dan jangka
panjang. Jangka pendek, tentu kita melakukan stabilisasi harga manakala ada
fluktuasi atau pergerakan atau kenaikan harga bahan pokok kita, dengan berbagai cara, dengan
menggunakan bermacam instrumen. Yang penting, paling tidak, tidak terus
menanjak. Dan kemudian, manakala harga di tingkat dunia sudah kembali normal,
kita pun juga harus normal,
dan justru lebih baik lagi.
Kita juga membahas, ini urusan perdagangan, Saudara sering mendengar
kadang-kadang komoditas perdagangan kita sulit masuk di pasar negara-negara
tertentu, seperti itu. Tetapi kalau kita tidak waspada, di negeri kita
diterobos oleh barang-barang yang dijual oleh negara-negara lain.
Oleh karena itu, kalau tidak kita lakukan sesuatu, kita rugi dua-dua: menembus
pasar global tidak mudah, tetapi kita bisa kebanjiran komoditas dari luar
negeri. Oleh karena itulah, kita tingkatkan kemampuan sumber daya manusia,
serta metodologi, regulasi agar benar-benar Indonesia tidak menjadi korban dari
unfair trade yang masih terjadi.
Pendek kata, kalau ada barang yang masuk ke Indonesia, karena memang
perdagangan itu antara impor dan ekspor, kita mengekspor barang, kita juga
mengimpor barang, maka negara kita tidak dirugikan. Dan itu tidak bisa tanpa
kemampuan sumber daya kita untuk mengawasi lalu lintas perdagangan seperti itu.
Pengawasan pasar juga menjadi pembahasan tadi, yang artinya kita ingin agar
stabilitas harga itu bisa kita jaga, kecuali ada kondisi yang ekstrim, misalkan
iklim yang berubah luar biasa atau situasi dunia seperti sekarang ini yang
menyangkut komoditas kedelai dan sejumlah komoditas pertanian yang lain, yang
memberi persoalan bagi hampir semua negara.
Perlindungan konsumen juga menjadi perhatian, bukan hanya urusan LSM, tetapi
Pemerintah pun harus betul-betul memberikan perlindungan sebesar-besarnya
kepada konsumen kita.
Yang terakhir dari perdagangan, kita ingin, Saudara-saudara, logistik di negeri
kita ini, termasuk perdagangan di tanah air kita, ini betul-betul efisien,
sehingga sistem distribusi nasional, sistem transportasi nasional, termasuk
pengembangan sektor-sektor, apakah pertanian, industri, dan jasa, harus makin
menunjang terciptanya logistik nasional yang makin baik.
Oleh karena itu, kita melalui MP3EI sudah mengembangkan semuanya itu. Kita
ingin, Saudara-saudara, Indonesia atau bagian timur Indonesia yang sekarang
membeli barang dan jasa dalam harga yang mahal, dengan upaya yang keras, pada
saatnya nanti makin kita bikin menjadi normal. Ini memerlukan kerja keras
semua, ya transportasi, ya perdagangan, ya aturan, dan sebagainya.
Saudara-saudara,
Yang terakhir, menyangkut investasi atau penanaman modal, Kepala BKPM telah
melaporkan tadi apa yang dilakukan sekarang ini, termasuk kabar gembira bahwa
ternyata di kala perekonomian dunia seperti ini, investasi di Indonesia masih
tumbuh dengan baik. Kita ingin menjaga pertumbuhan investasi ini dengan cara
memperbaiki iklim investasi, memberikan peluang kepada investor, dengan tentu
mengutamakan investor dalam negeri, baru kita mengajak sahabat-sahabat kita,
dunia usaha dari negara sahabat.
Saudara-saudara,
Investasi ini sangat penting, karena kalau kita ingin meningkatkan pertumbuhan,
kontribusi pemerintah itu terbatas. Meskipun alhamdulillah kita punya
APBN tahun 2013 insya Allah akan tembus 1.600 triliun lebih, jumlah yang
tidak sedikit, tetapi dikaitkan dengan keperluan investasi di negeri kita tahun
mendatang, bahkan sampai tahun 2014, maka kontribusi pemerintah itu, sumbangan pemerintah
hanya mencapai sekitar 15%. Artinya, kita memerlukan 85% lagi daya untuk
meningkatkan investasi di Indonesia.
Tercatat misalnya, tahun 2014 nanti kita memerlukan 12.460 triliun agar ekonomi
bergerak, agar kita insya Allah mencapai 7% pertumbuhan, dengan asumsi
perekonomian dunia segera membaik. Kalau tidak, ya paling tidak tetap mendekati
7%. Ini harapan kita.
Untuk itu, diperlukan investasi swasta lebih dari 10 ribu. Kita ingin BUMN kita
lebih fokus, lebih efisien, dan betul-betul menjadi kontributor utama. Saya
mengundang swasta, swasta dalam negeri, setelah itu baru swasta dari luar
negeri, untuk melengkapi besaran investasi yang kita harapkan tahun demi tahun,
bukan hanya sampai 2014 sebenarnya, tapi untuk mengimplementasikan MP3EI dengan
sasaran yang konkrit
hingga tahun 2025 mendatang.
Saudara-saudara,
Sama dengan yang saya sampaikan kepada Menteri Perindustrian tadi, kepada
Kepala BKPM, saya meminta juga untuk aktif dan cerdas mencari investor dalam
dan luar negeri, yang investasinya menciptakan lapangan pekerjaan yang lebih
luas. Contohnya tadi, industri
IT. Saya kira bisa diketemukan lagi manufaktur atau investasi yang, sekali
lagi, memberikan kontribusi pada job creation.
Saudara-saudara,
Kita juga ingin terus memperbaiki iklim investasi dan kemudahan berusaha, ease
of doing business. Biasanya, investor itu mencari negara atau pemerintah atau
daerah yang betul-betul memiliki iklim investasi yang baik, dan kemudahan
berusaha. Sistem terus kita kembangkan. Memang, dari saat ke saat, terus
meningkat.
Tapi, kita ingin lebih dari itu. Kita ingin benar-benar mempermudah setiap
urusan. Dengan demikian, ekonomi bergerak. Saya berharap di daerah juga begitu.
Kadang-kadang di pusat sudah oke,
di daerah terhenti karena belum baiknya iklim investasi, dan belum baiknya kemudahan untuk berusaha.
Akhirnya, yang rugi juga daerah itu sendiri.
Saudara-saudara,
Sekarang kita lihat, dengan era globalisasi dan era perdagangan dunia sekarang
ini, masing-masing provinsi mencari partner-nya di luar negeri, apakah
investasi maupun perdagangan. Ini baik, dari
dalam era desentralisasi dan otonomi daerah. Yang penting, mereka dimengertikan
bahwa ada sistem nasional yang berlaku. Kemudian, kita berikan sosialisasi,
fasilitasi, bahkan kalau diperlukan edukasi, agar kerja sama daerah dengan
negara sahabat itu membawa manfat sebesar-besarnya bagi daerah itu, dan tidak
justru dimanfaatkan sehingga yang lebih beruntung justru partner-nya,
bukan negara kita sendiri.
Kita juga membahas, dan ini sudah Saudara ketahui sebenarnya, tantangan untuk
meningkatkan produksi gas dan listrik di dalam negeri, sekaligus distribusinya. Sebab, industri tidak akan
berkembang kalau pasokan gas dan listrik juga kurang. Ini bukan hanya menjadi
prioritas, tapi terus kita jalankan dari masa ke masa.
Juga diangkat hambatan investasi yang sering terjadi karena lahan, karena
lambatnya perizinan, karena lambatnya pula implementasi untuk investasi itu
bisa dijalankan. Oleh
karena itu, kita juga terus melakukan upaya untuk mempermudah, memberikan
kepastian, agar segala sesuatunya tidak menjadi hambatan, dari segi lahan, izin
lokasi, dan tata ruang ini.
Dua hal yang terakhir adalah pembangunan infrastruktur, dan yang satunya lagi
adalah yang saya sebut dengan joint investment. Seringkali investor,
utamanya dari luar negeri mengeluh, karena infrastruktur di Indonesia masih
kurang. Saya akui memang banyak yang harus kita bangun. Karena Saudara tahu, ketika
Indonesia mengalami krisis, cukup lama kita terhenti untuk membangun dan
mengembangkan infrastruktur. Sekarang, begitu ekonomi tumbuh, terasa kurang.
Meskipun kita sudah mengerahkan segala upaya dari APBN dan APBD, tetapi tetap
ada gap dari apa yang kita harapkan dengan yang bisa kita realisasikan.
Justru di sini, kita undang investor. Seraya Pemerintah terus meningkatkan
infrastruktur, mereka pun kita ajak bekerja sama membangun infrastruktur,
terutama yang bernilai komersial.
Dan masalah joint investment, kita ingin kapasitas dan kemampuan dalam
negeri kita juga meningkat. Industri, misalnya, kalau kita hanya menerima
kehadiran industri asing, maka kita tidak akan ke mana-mana. Tapi kalau kita
rajin untuk membangun joint investment, joint production dengan kerangka
yang baik, maka akan terjadi alih teknologi, karena kita bisa bekerja sama
dalam research and development and innovation, kita pun bisa bekerja
sama di dalam produksinya, bahkan penjualannya.
Itulah hal-hal penting yang kami bahas dalam rapat koordinasi hari ini,
Saudara-saudara. Dan sekarang, saya berikan kesempatan bagi Saudara yang ingin
mengajukan pertanyaan. Dan kalau pertanyaan terbatas, saya minta maaf karena
setelah ini kami harus bergerak lagi ke Kementerian Keuangan untuk membahas
permasalahan perpajakan, permasalahan bea dan cukai, serta permasalahan
kebijakan fiskal yang juga sangat penting dalam perekonomian kita. Saya
persilakan.
Penanya
1:
Terima kasih, Bapak Presiden. Saya Wahyu dari Kompas, Pak. Pertanyaan saya terkait dengan sektor perdagangan. Ketika ada keluhan dari Himpunan Perajin Tempe dan Tahu, adanya praktik kartel kedelai. Artinya, ketika pemerintah memberikan kebijakan fasilitas bea masuk 5%, kenyataannya impor kedelai hanya dikuasai oleh segelintir orang, maka kebijakan Pemerintah rasanya seperti tidak efektif. Ada aspirasi bahwa kartel kedelai ini diberantas. Tanggapan Bapak Presiden seperti apa? Terima kasih.
Presiden Republik Indonesia:
Baik, saya menerima banyak SMS, Ibu Ani, bahkan setelah sahur dini hari juga menerima SMS, saya mendengar para menteri juga begitu, masalah tempe, sweeping perajin tempe, dan lain-lain. Saya kira pertanyaan Saudara relevan. Dan saya ingin memberikan penjelasan. Tolong sampaikan kepada rakyat Indonesia dengan gamblang, supaya saudara-saudara kita mengerti duduk persoalannya.
Saudara-saudara,
Pertama, naiknya harga kedelai sekarang ini, bukan maunya Pemerintah Indonesia,
bukan maunya kita, karena, terus terang, sumber produksi kedelai di luar negeri
mengalami masalah, utamanya di Amerika Serikat yang mengalami kekeringan amat
panjang, kekeringan terburuk maksud saya, dalam waktu 50 tahun. Akhirnya,
memukul produksi itu.
Nah, negara-negara yang mengimpor kedelai juga ikut terpukul. Yang paling berat
barangkali Tiongkok yang mengimpor 60% kedelai dari Amerika Serikat, termasuk negara-negara
lain, termasuk Indonesia, meskipun impor kita tidak sebesar itu. Jadi,
sumbernya memang situasi produksi pertanian pada tingkat dunia.
Yang kedua, akibatnya harga naik. Karena harga naik, pemerintah melakukan
upaya, yaitu stabilisasi. Dengan harapan kalau bisa efektif upaya kita ini,
kenaikan itu pada batas yang masuk akal karena tidak mungkin kita mencegah
kenaikan sama sekali, terus terang, saya harus jujur, tapi paling tidak bisa
kita stabilkan pada tingkat harga yang masih wajar. Nah di sini, instrumen yang
kita miliki adalah membebaskan bea bagi impor kedelai. Benar, Saudara, rakyat
kita, asosiasi, koperasi tahu dan tempe berharap, janganlah hanya didominasi
oleh mereka-mereka yang Saudara sebut kartel tadi, sejumlah importir kedelai.
Saya juga menyerukan kemarin, kalau sudah diberikan pembebasan bea masuk 5%,
tolonglah bersama-sama Pemerintah memikirkan rakyat kita. Jangan sampai
jatuhnya kepada perajin tempe dan tahu juga tidak terlalu banyak atau tidak
sepadan dengan pembebasan bea masuk sebesar 5% itu. Kita harapkan mereka seperti itu. Saya
meminta pengawasan semua, Saudara-saudara pers, para pelindung konsumen, agar
pihak importir pun bisa bekerja sama dan bertenggang rasa dengan kita semua.
Sementara itu, juga kita buka kesempatan bagi koperasi, asosiasi tahu dan tempe
misalnya, untuk juga bisa mengimpor kedelai langsung. Akan difasilitasi oleh
Kementerian Perdagangan. Ini juga untuk memastikan kekhawatiran semua pihak,
kalau hanya sejumlah importir saja yang mengelola, yang menguasai ini. Ini juga
akan bisa menjadi bagian dari upaya mengatasi masalah.
Kemudian begini, yang harus diberantas itu adalah kejahatan. Apabila yang
Saudara
sebut kartel tadi melakukan kejahatan, hukum ditegakkan. Tetapi kalau tidak ada
tanda-tanda melakukan kejahatan, tentu Pemerintah tidak bisa semena-mena.
Tetapi saya berharap, struktur perdagangan kedelai, utamanya struktur impor
kedelai, dibikin lebih baik lagi sehingga kekhawatiran Saudara tadi,
kekhawatiran rakyat, tidak hanya didominasi oleh segelintir orang, itu sirna
dan kemudian menjadi lebih bagus.
Sementara itu begini, Saudara-saudara. Petani kita, kalau harganya naik, mereka
senang. Saya pernah berkunjung ke beberapa tempat, termasuk di Jawa Tengah,
yang mereka menanam kedelai pernah mencapai 2,5 ton per hektar, senang karena
harganya waktu itu baik. Tapi ketika harganya turun, mereka memilih menanam
yang harganya lebih baik. Dan kita tidak bisa paksa seperti itu. Jadi
kadang-kadang, kenaikan harga kedelai bagi petani kedelai senang, tapi bagi perajin
tempe dan tahu juga susah.
Oleh karena itu, saya menghargai kepedulian asosiasi tahu dan tempe untuk
mengatur ini. Tetapi menurut saya tidak perlu melakukan sweeping. Sweeping
itu bukan solusi,
karena bukan kesalahan perajin. Ini ada situasi khusus. Pemerintah sedang
mengatasi bersama-sama. Dengan demikian, janganlah ada yang justru dikorbankan.
Mari kita carikan solusinya bersama-sama, bersama Pemerintah, dan tidak perlu
melakukan tindakan seperti sweeping. Sekali lagi, terus terang harus
saya katakan itu bukan jalan keluar yang baik.
Dan yang terakhir, bagaimanapun kita ini, ya karena kita semua, barangkali para
wartawan sama dengan saya, suka tahu dan tempe dan kecap, itu semua dari
kedelai. Produksi kedelai kita per tahun hanya 800 ribu ton, sedangkan
keperluan kita, itu lebih dari 2,5 juta ton per tahun. Jadi, kita mengimpor
antara 1,5 juta sampai 1,8 juta ton. Ini tentu tidak baik untuk jangka panjang.
Oleh karena itulah, kita bertekad untuk meningkatkan produksi kedelai dalam
negeri. Petani tentu boleh memilih. Kita tidak bisa paksa mana yang lebih
bagus. Tapi, Pemerintah sedang memikirkan upaya apa yang betul-betul, jangka
menengah dan jangka panjang, produksi kedelai kita semakin baik. Demikian.
Penanya
2
:
Selamat siang. Saya Sandra dari koran
Seputar Indonesia, Pak. Dari penjelasan Bapak tadi, ada tiga sektor yang
dibicarakan. Dari tiga sektor itu, kira-kira bisa diperjelas lagi, Bapak, tolong, apa yang ditekankan oleh
Pemerintah untuk mendorong atau menopang pertumbuhan ekonomi, setidaknya dalam
dua sampai empat tahun mendatang? Terima kasih.
Presiden Republik Indonesia:
Ya, tadi saya sebutkan, elemen-elemen
itu sebetulnya prioritas dan agenda kita. Tapi kalau mau dipersingkat, kita ingin
ekspor itu terus meningkat. Perdagangan di dalam negeri pun juga terus
meningkat. Dan kita jaga ketersediaan komoditas bahan pokok, termasuk
stabilitas harganya. Ini prioritas yang saya berikan kepada Kementerian
Perdagangan.
Kementerian Perindustrian prioritasnya adalah membangun dan meningkatkan
industri manufaktur, yang bisa menciptakan tenaga kerja lebih banyak, kemudian
bisa meningkatkan kontribusi sektor riil pada pertumbuhan kita. Dan kepada
Kementerian Perindustrian, juga menjadi prioritas untuk terus menggerakkan,
meningkatkan industri kecil dan
industri menengah. Kalau itu dijalankan, maka baik MP3EI, pertumbuhan ekonomi
maupun kesejahteraan rakyat akan bisa disumbangkan dari sektor perindustrian.
Nah
, sedangkan,
BKPM tugasnya satu;
tingkatkan terus investasi untuk negara kita. Baik investasi dari penanam modal dalam
negeri maupun investasi dari negara-negara sahabat. Sekarang bagus, tapi harus
lebih bagus lagi, insya Allah kita punya potensi, dengan cara, ini
perintah yang kedua kepada Kepala BKPM, lebih baik lagi iklim investasi di
negara kita. Dan ini bukan hanya urusan BKPM, tapi urusan semua pihak, termasuk
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
Itulah prioritas-prioritas bagi ketiga lembaga ini, untuk betul bisa menyumbang
pada pertumbuhan dan pembangunan perekonomian kita.
Â
Penanya 3:
Terima kasih. Nama saya Novi dari Investor Daily. Pertanyaan saya kepada Bapak Presiden terkait dengan investasi. Seperti Bapak jelaskan tadi, bahwa investasi kita sangat besar. Apalagi kondisi perekonomian kita adalah salah satu terbaik di Asia. Dan banyak sekali investor, baik asing maupun dalam negeri, yang ingin menanamkan modal di negeri kita. Seperti Bapak katakan tadi bahwa masih banyak kendala untuk kita bisa menciptakan suatu iklim investasi yang baik dalam pengurusan perizinan dan demikian juga dalam pembebasan lahan.
Terkait dengan kendala-kendala ini, Pak, apa yang dilakukan oleh Pemerintah
agar supaya suasana kondusif itu bisa kita ciptakan, seiring dengan
pertumbuhan-pertumbuhan dan prestasi yang telah diciptakan oleh Pemerintah?
Terima kasih.
Presiden Republik Indonesia:
Terima kasih, Saudari Novi. Yang disampaikan itu benar. Benar dalam arti, andaikata hambatan atau bottlenecking yang masih ada di negeri kita ini, baik di pusat maupun di daerah, bisa kita atasi, ya dengan izin Tuhan, pastilah pertumbuhan ekonomi kita akan meningkat lagi. Kita bekerja keras.
Menyangkut hambatan investasi, seperti kemudahan dan kecepatan izin usaha,
terus kita perbaiki, baik di pusat maupun di daerah. Dulu berputar-putar,
bertele-tele. Kita ingin percepat dan percepat. Saya ingin, BKPM sekarang telah
meningkatkan, dalam hitungan jam, proses itu sudah berlangsung. Dan dalam
hitungan hari, bergerak. Mungkin tidak harus menunggu berbulan-bulan. Dalam
waktu yang lebih singkat, selesai. Kemudian, bisa dilakukan perizinannya.
Yang kedua, masalah lahan. Lahan ini sensitif karena memang, terus terang, di
waktu yang lalu pembebasan lahan banyak yang merugikan rakyat. Rakyat hampir
tidak mendapatkan apa-apa. Tapi, era itu sudah berlalu. Kita sudah ubah, sudah
keluarkan kebijakan dan regulasi untuk betul-betul adil, manakala lahan atau tanah
itu digunakan untuk kepentingan umum. Syukur alhamdulillah, Pemerintah
dan DPR telah menghasilkan undang-undang, yang lama ditunggu sebetulnya, telah
terbit tahun ini Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012, yaitu pengadaan tanah bagi
pembangunan untuk kepentingan umum.
Dari situ memberikan kepastian, memberikan perlindungan, tapi juga mendorong
investasi ataupun pembangunan ekonomi di negeri ini. Dari undang-undang ini,
dijabarkan dalam peraturan presiden, dan saya memang melihat langsung
elemen-elemennya. Mengapa? Hanya satu saja, jangan sampai rakyat dilupakan,
bahwa meskipun untuk kepentingan umum, tapi rakyat juga punya ruang untuk
menyampaikan pandangan-pandangannya.
Nah, ternyata yang telah kita siapkan, dan dalam hitungan hari akan selesai,
itu sudah memperhatikan segalanya. Meskipun undang-undangnya sudah ada, tapi
kita pastikan turunan dari undang-undang itu benar dan efektif. Artinya, ada
proses, ada tahapan, ada
timeline atau kerangka waktu yang kalau itu
bisa diimplementasikan, jauh lebih baik dari sebelumnya, dari segi kecepatan,
dari segi kepastian, dan dari segi memperhatikan kepentingan semua.
Satu penyakit: pengalaman menunjukkan, di suatu daerah, di suatu komunitas akan
dibangun fasilitas untuk kepentingan umum. Rakyatnya setuju. Harganya pun
pantas karena doktrin saya, jangan sampai rakyat dirugikan.
Tetapi, begitu mendengar rencana, ada makelar. Itulah yang digoreng sampai
bertahun-tahun, kandas. Rakyat tidak dapat apa-apa karena sang, siapa itu, makelar atau apa pun
namanya ingin mendapat keuntungan yang berlipat ganda, dengan cara menghambat
seperti itu.
Harapan kita, dengan undang-undang dan peraturan presiden yang baru ini, yang
itu bisa kita cegah, sekaligus seruan saya, masih banyak cara mendapatkan
untung yang tidak menghambat pembangunan ekonomi di negeri ini. Kalau itu
dipilih, akan besar pahalanya.
Demikian, Ibu Novi. Terima kasih.
Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Â
Asisten Deputi Naskah dan Penerjemahan,
Deputi Bidang Dukungan Kebijakan,
Kementerian Sekretariat Negara RI