MENERIMA PENGURUS PUSAT DAN PENGURUS DAERAH HIPMI, DI ISTANA NEGARA, JAKARTA, 22 JULI 2008

 
bagikan berita ke :

Selasa, 22 Juli 2008
Di baca 993 kali

SAMBUTAN
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PADA ACARA
MENERIMA PENGURUS PUSAT DAN PENGURUS DAERAH
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
DI ISTANA NEGARA, JAKARTA
PADA TANGGAL 22 JULI 2008

 

 

Bismillaahirrahmaanirrahiim,

 

Assalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh,

 

Salam sejahtera untuk kita semua,

 

Yang saya hormati para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu,

 

Pimpinan dan pengurus, baik pusat maupun daerah, HIPMI, yang saya cintai,

 

Marilah pada kesempatan yang baik dan insya Allah penuh berkah ini, sekali lagi, kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena kepada kita masih diberi kesempatan, kekuatan, dan kesehatan untuk melanjutkan karya kita, perjuangan kita, tugas kita serta pengabdian kita kepada masyarakat, bangsa, dan negara tercinta. Kita juga bersyukur hari ini dapat melakukan tatap muka untuk bersama-sama meningkatkan peran dan pengabdian kita dalam rangka meningkatkan perekonomian nasional, meningkatkan dunia usaha, dan akhirnya meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia.

 

Saya juga ingin menggunakan kesempatan yang baik ini untuk mengucapkan selamat kepada Saudara Ketua Umum badan pengurus pusat HIPMI, Saudara Erwin Aksa dan para pengurus yang telah terpilih untuk mengemban amanah dan tugas yang tidak ringan ini, dengan harapan semoga Saudara dan jajaran pengurus pusat HIPMI dalam mengemban tugas 3 tahun ke depan selalu mendapatkan bimbingan Tuhan Yang Maha Kuasa dan berhasil mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan. Saya juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada Ketua Umum PBP HIPMI periode 2005-2008, Saudara Sandiaga Uno, dan pengurus yang lain atas peran dan pengabdiannya dalam rangka memajukan organisasi yang Saudara-saudara cintai dan tentu juga kami semua banggakan.

 

Saya mendengar dengan seksama apa yang menjadi tekad, komitmen, dan pikiran dari HIPMI, dan tentu mencerminkan tekad, komitmen, dan pikiran para pengusaha muda. Kalau dulu barangkali memerlukan waktu 25-35 tahun sejak HIPMI didirikan pada tahun 1972 agar pendirinya, founding fathersnya, pengurus-pengurusnya menjadi politisi tingkat nasional, menjadi Menteri, dan lain-lain, saya ingin lebih cepat lagi, tidak perlu menunggu 25, 30, 35 tahun. Lebih cepat lebih baik. Persiapkan diri Saudara sebaik-baiknya jangan mengambil jalan pintas, tetapi dengan persiapan yang baik, tahan banting mengatasi masalah-masalah, tidak cengeng, mandiri, ulet, berpikir positif, bersikap optimis, berjiwa terang, insya Allah akan menjadi tokoh-tokoh yang berhasil di dunia usaha, di dunia politik, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Ini doa yang tulus, harapan yang tulus dari seorang yang sedang mengemban amanah dan juga para Menteri yang ada dalam jajaran Kabinet Indonesia Bersatu.

 

Saudara-saudara,

 

Satu hal yang saya senang bahwa nuansa dari yang disampaikan Saudara Erwin Aksa tadi adalah nuansa optimisme. Kalau kita optimis, kalau para pengusaha optimis, Saudara sudah menang sekarang ini, Saudara sudah menabung, sudah melakukan investasi untuk keberhasilan di waktu yang akan datang. Tapi kalau pesimis, tidak yakin diri, mengeluh, terlalu menyalahkan pihak-pihak lain, maka sesungguhnya sejak sekarang sudah kalah dan yang sekarang kalah hampir tidak mungkin akan menang di waktu yang akan datang. Oleh karena itu, saya garis bawahi sikap optimisme seorang pejuang, pengusaha, seorang entrepreneur, meskipun dalam dunia yang penuh dengan pancaroba, romantika, dan dinamika sekarang ini.

 

Saya tidak ingin menyampaikan hal-hal yang serba normatif karena kita semua sudah mengetahui, Saudara selaku pimpinan dunia usaha, pimpinan HIPMI, juga pasti telah mengetahuinya. Saya hanya ingin mengajak Saudara semua berpikir how to find and create opportunities. Pengusaha adalah opportunity creators, bukan hanya opportunity seekers dan keadaan sekarang ini memungkinkan untuk Saudara bisa berkreasi, berinovasi menemukan peluang-peluang baru. Beberapa bulan yang lalu, saya bertemu dengan kakak-kakak para pengusaha muda dalam hal ini, KADIN, saya berkumpul pertama kali di Yogyakarta, kemudian bertemu kembali di kantor saya, tidak begitu jauh dari tempat ini, untuk bersama-sama memikirkan membangun partnership antara pemerintah dan dunia usaha bagaimana mengubah krisis yang ada di dunia sekarang ini menjadi peluang untuk negara kita dan untuk masa depan, from crisis to opportunity.

 

Kita tahu semua bahwa perekonomian dunia mengalami slow down. Kita juga tahu akibat meroketnya harga crude itu memukul sendi-sendi perekonomian di seluruh dunia. Kita juga tahu harga pangan pun ikut melonjak karena faktor fuel maupun faktor-faktor lain. Dan kita juga tahu keuangan global masih berfluktuasi. Semua kalau kita lihat sebagai masalah, masalah. Kalau kita kita lihat sebagai krisis, krisis. Tetapi kalau kita cerdas untuk, di sela-sela, di balik, di tengah, barangkali di pinggir dari krisis, dari masalah itu, there are opportunities, kita juga akan dapat. Kebetulan sebelum Saudara datang ke tempat ini, kami baru saja melaksanakan sidang kabinet paripurna diperluas. Agendanya antara lain melihat dinamika dan perkembangan ekonomi global, regional, dan nasional. Dan tadi Menko Perekonomian yang merangkap Menteri Keuangan mempresentasikan RAPBN tahun 2009 yang akan kita bicarakan dengan DPR RI termasuk beberapa aspek untuk menyukseskan perekonomian kita tahun ini dan tahun depan.

 

Kemudian, tepat pula saya bisa menyampaikan kepada Saudara-saudara, para pengusaha muda, tentang global opportunities, national opportunities di bidang perekonomian dan dunia usaha ini, dengan atau setelah saya menghadiri pertemuan puncak G8, out reach G8 diperluas di Hokaido, Jepang, dua minggu yang lalu. Mengapa ini saya sampaikan? Saya ingin memberikan inspirasi to inspire you all bahwa sesungguhnya there are a lot of opportunities yang apabila cerdas, tekun, inovatif, kreatif, bisa mendapatkan semuanya itu. Negara, pemerintah dengan sendirinya mengemban tugas untuk membikin clean perekonomian, iklim dunia usaha makin baik, dengan segala sisi-sisi kepemerintahan dan kenegaraan yang harus terus-menerus kita perbaiki dan kita tingkatkan kinerjanya.

 

Yang ingin saya sampaikan adalah sebagaimana saya sampaikan di Jogja, beberapa saat yang lalu, tidak ada ceritanya Indonesia sebagai negara yang dianugerahi oleh yang Maha Kuasa, natural resources, human resources yang begini besar, itu bangkrut. Meskipun, katakanlah, ada krisis minyak, bahan bakar, ada krisis pangan, ada global economic recession dan hal-hal yang berkaitan dengan itu. Tidak ada ceritanya, asalkan kita pandai mengelola, mendayagunakan dengan Undang-Undang, dengan manajemen, dengan cara-cara yang baik, semua sumber daya yang kita miliki, sumber daya alam, maupun sumber daya manusia. Mari kita pegang yang pertama itu dulu.

 

Kalau negara lain mengalami krisis, ingat, karena mereka tidak punya minyak. Kita punya, dan harga semakin tinggi, penerimaan negara dari minyak dan gas juga semakin tinggi. Memang ada persoalan yang serius karena kita memberikan subsidi pada komoditas bahan bakar minyak itu. Tentu untuk menghapus subsidi itu bertabrakan dengan aspek-aspek keadilan dan sosial untuk tahapan bangsa Indonesia sekarang ini dalam state of development sekarang ini, dalam pemahaman tentang daya beli rakyat kita untuk mengkonsumsi kebutuhan sehari-hari termasuk BBM. Tetapi, meskipun ada persolan APBN, persoalan subsidi, tapi kita mesti bisa menemukan peluang-peluang baru, misalnya bagaimana menjadikan sumber daya energi yang sifatnya non fosil, terbuka, misalnya power plant yang bersumberkan angin, hydro geothermal, dan lain-lain. Itu juga usaha, itu juga bisnis, itu juga peluang. Bagaimana kita mengembangkan bahan bakar sintetis secara kimiawi, teknologinya sudah ada, saya sudah ke situ. Riset yang bagus, usaha yang bagus, ada jalan untuk itu, itu juga opportunity. Kita dikaruniai banyak sekali komoditas pertanian yang tidak konflik dengan pangan, sangat mungkin kita switch, kita produksi menjadi bahan bakar nabati, bio fuel. Itu juga bisnis, itu juga peluang, bio mass, jarak.

 

Saya baru bertemu dengan Presiden Dullah, beliau berkunjung ke Indonesia dan saya diundang oleh beliau untuk kerja sama system partnership, bagaimana sukses berhasil dalam mengembangkan bio fuel yang tidak mengganggu pangan. Itu bisa terjadi dan kita bisa mencontoh cara-cara seperti itu, itu bisnis. Kita masih punya peluang untuk meningkatkan production minyak dan gas, itu bisnis, deep sea exploration itu bisnis, dan banyak lagi. Ada masalah yang kita hadapi dan pemerintah terus mencari solusinya. Tapi, mari kita cekatan dan melihat, bisa melihat apa saja di balik semuanya itu. Yang bisa kita lakukan di dalam negeri atau kita bisa bangun partnership dengan pihak-pihak lain. Pangan, pangan alhamdullilah, negara kita dianggap tidak mengalami krisis pangan oleh Food and Agricultural Organization. Kemarin di Hokaido, dalam pertemuan G8+8, saya mendapatkan priviledge dan kehormatan untuk menjadi leads ketika ada sesi membahas tentang food security, energy security dan global economic environment. Baik, karena Indonesia dianggap, begitupun kita juga mengalami masalah stabilisasi harga tapi dibandingkan negara-negara lain yang sejenis, kita dianggap bisa mengatasi dan bisa untuk terus meningkatkan ketahanan pangan kita, kecukupan pangan kita.

 

Yang ingin saya sampaikan bukan itu. Kita sepakat bahwa kalau begitu, kalau jumlah manusia di bumi ini 6,4 milyar, kelompok menengah makin tinggi, they consume more food dibandingkan sebelumnya maka berarti kita memiliki kepentingan menambah supply of food, production of food, distribution of food. Kita perlu membangun partnership, global partnership untuk ada investment, ada technology sharing, ada research and development agar yang ditingkatkan oleh negara-negara itu, meningkatkan produksi pangannya, itu masuk dalam satu integrated system yang kita sebut dengan global supply chain, global logistic. Dengan demikian, satu komoditas pertanian yang diproduksi dalam jumlah yang besar tidak perlu khawatir tidak lagi jual, kemudian harganya jatuh karena semuanya connected dengan global logistic, dengan supply chain yang ada. Ini tentu memungkinkan untuk kerja sama kita dengan Malaysia, kita dengan negara sahabat, kita dengan pihak lain dan di atas segalanya, untuk mengembangkan produksi dalam negeri sendiri.

 

Saudara-saudara,

 

Di waktu yang lalu selalu ada strategi ekonomi export oriented economic strategy. Asian Tigers di situ, hebatnya, Singapura, Taiwan, Hong Kong, Korea Selatan. Pasar mereka kecil, mereka ingin menembus pasar-pasar yang besar. Indonesia, meskipun kita mengalami krisis yang sangat dahsyat 10 tahun yang lalu, tidakkah kita bersyukur atas kerja keras kita semua pertumbuhan sekarang kembali pada 6%. Berapa kuartal berturut-turut Ibu Ani? Tujuh kuartal sudah 6, some persen. What does it mean? sesungguhnya ada kebangkitan ekonomi makro, mikro, termasuk sektor riil. What does it mean? Berarti our domestic markets itu get larger, lebih besar pasar domestik. Kalau pasar domestik kita besar dengan increasing production power, tadi Wapres mengorek-orek, tulis-tulis, itu diperkirakan tahun depan menjadi 2500 dollar per kepala, GDP kita, untuk diketahui. Asumsi tahun depan menjadi Rp 5300 trilyun. Untuk pertama kali dalam sejarah kita punya APBN tembus Rp 1000 trilyun, Rp 1237 trilyun. That’s bussiness, APBN, GDP, domestic market sehingga kalau kita berpikir seperti apa lantas produksi pangan besar-besaran, kebutuhan domestik seperti apa, kepentingan perdagangan luar negeri seperti apa, untuk petani seperti apa, untuk partner petani juga seperti apa, policynya seperti apa, dan seterusnya, dan seterusnya.

 

Itu opportunities. Jangan dilihat masalahnya. Infrastruktur kurang, iya, 10 tahun yang lalu kita mengalami krisis. Sejak saat itu kita terseok-seok nggak punya cukup uang untuk membangun infrastruktur termasuk merawat, memelihara yang ada. Ketika ekonomi makin tumbuh kita spend dan Saudara tahu sekarang kalau saya bicara ini struktur APBN kita, maka ada 3 pilar. Sepertiga pilar kurang lebih untuk membiayai tugas-tugas pemerintahan umum. Sepertiganya lagi, tidak persis 33%, tidak begitu, bagian yang lain adalah untuk growth stimulation termasuk di dalamnya infrastructure building, belanja modal, itu besar. Itu infrastruktur saja tahun depan bisa mencapai Rp 100 trilyun, tetapi pasti belum cukup. Saya sekeliling Indonesia, di Kabupaten, di Provinsi, Pak Presiden, tolong tambahkan bandara, jalan, pelabuhan, ini, itu, nggak cukup. Tapi kita bangun terus, bahkan saya katakan: oke, ada batas kemampuan pemerintah karena itu tadi, ada yang tugas pemerintahan umum, tugas untuk infrastructure building dan belanja modal dan ada tugas untuk social society demand, pengurangan kemiskinan, pendidikan, kesehatan, dan lain-lain. Tidak boleh kita tinggalkan karena kita sadar bukan growth oposite of growth tetapi growth with equity seperti yang disampaikan oleh HIPMI. Sejak semula kita pikirkan mereka usaha mikro, kecil, dan menengah, yang di pedesaan, di pertanian, sejak awal kita ajak bersama-sama supaya growth itu eksklusif.

 

Kembali kepada cerita saya tadi, pemerintah dengan kemampuan yang ada mengerti untuk membikin iklim lebih bagus, infrastruktur lebih lengkap sehingga ekonomi akan tumbuh di seluruh Indonesia. Tetapi yang ingin saya sampaikan adalah kembali kepada opportunity, masalah pangan, masalah energi atau minyak sekarang ini. Listrik byar pet kita tahu. Why? Karena sejak mendiang Bung Karno sampai dua tahun yang lalu jumlah listrik kita itu sekitar 25.000 Megawatt. Dulunya cukup, nggak mungkin sekarang cukup kalau pertumbuhan industri, dunia komersial, rumah tangga seperti ini. Oleh karena itulah, kita lakukan crash programe untuk menambah 10.000 Megawatt lagi. Sekarang sudah kita persiapkan menambah 10.000 Megawatt berikutnya lagi. Tapi akan selalu ada mismatch supply dan demand dan terus-menerus. Ini good news di satu sisi, ada pertumbuhan, tapi challengenya adalah, saya tidak mengatakan bad news, challengenya adalah, bagaimana kita terus membangun power plant bukan hanya dari batu bara tapi dari sumber-sumber yang lain agar cukup energi itu. Ini masalah yang kita hadapi Saudata-saudara.

 

Kemudian, kalau kita paham betul ada opportunity seperti itu dari apa yang kita lihat pada tingkat dunia, pada tingkat negeri kita sampai pemerintah melakukan kewajibannya maka saya ajak tidak melihat pengusaha senior, pengusaha muda. Semua opportunitynya sama. Mungkin lebih agresif yang muda, seperti Pak Fahmi Idris 30 tahun yang lalu, lebih agresif daripada yang sudah senior-senior. Saya ajak untuk betul-betul melihat ini, silakan ya, tidak perlu ada up down opportunity kebijakan pemerintah, ini kapling untuk HIPMI, kapling non HIPMI, kapling yang tua, kapling yang muda, tidak ada. Ini sudah, di satu sisi ada equality of the opportunity, ada market mecanism, saya tahu, tadi pidatonya, beliau, Pak, jangan sampai pro kedinasan dan departemen, saya tahu. Pak, jangan sampai pemerintah daerah nanti malah tidak memperlancar sehingga kontra produktif, saya juga tahu. Oleh karena itulah, reformasi birokrasi, good government, kita bangun terus-menerus, tapi perlu waktu tidak bisa seperti membalik telapak tangan.

 

Dengan berbagi tugas itu, saya ajak kalau pemerintah tahu dengan segala kemampuannya tidak mungkin membangun infrastructure in 10 years time padahal opportunitynya besar, mari kita bikin partnership. Infrastructure mana yang lebih bagus dilakukan oleh swasta. Infrastructure mana yang mesti menjadi tanggung jawab pemerintah, Rp 9 trilyun untuk irigasi ya tanggung jawab kami apalagi untuk persawahan, untuk pembangunan pertanian di pedesaan. Tapi seperti jalan tol, bandara, pelabuhan, seperti itu, mengapa tidak kita membangun partnership yang bagus. Ada masalah tanah, saya tahu, pemerintah juga tidak berhenti. Inilah, dalam era bebas dan era hak asasi manusia, era demokrasi yang lama kita rindukan dan datang sekarang, dan kita syukuri dan akan kita pertahankan ada ekses. Ekses setiap policy itu challenge meskipun untuk kepentingan publik, tidak semudah itu. Kita atasi bersama-sama. Tapi yang jelas pemerintah sangat sadar, pemerintah tahu bahwa kita harus menjalankan kewajiban kita, dunia usaha jalankan misi dan perjuangan dan peran itu dengan demikian akan ada sinergi yang bagus.

 

Pajak, saya tahu kita juga telah melakukan sejumlah reformasi di bidang perpajakan, supaya fair, supaya adil, yang penghasilannya besar ya bayar pajak yang lebih banyak, penghasilannya sedikit bayar pajaknya sedikit. Jangan ada dusta di antara kita. Kita juga tahu barangkali ada penurunan fiscal rate, bagus. Memang, dalam waktu dekat kita kehilangan Rp 30 trilyun, bisa jadi tidak apa-apa. Tapi nanti in return akan ada penerimaan yang baru setelah bisnisnya berkembang. Itu menjadi paradigma kita, menjadi basis policy kita. Kita pun melakukan adjustment, melakukan revisi reformasi. Tapi harus jelas filosofinya, harus jelas tugasnya, tujuannya. Dengan demikian, membawa kebaikan bagi sesama. Yang Saudara pikirkan, yang HIPMI pikirkan, itu juga menjadi agenda kita, prioritas kita untuk kita jalankan. Kita akan bekerja all out. Tetapi sekali lagi, setelah 4 tahun saya mengelola dan memimpin jalannya pemerintahan ini, terus terang harus saya katakan saya ingin lebih cepat berlari, kadang-kadang tidak secepat itu, harus membawa sesuatu yang kita tata, kita dandani, kita dorong, kita pecut, dan sebagainya. Tapi percayalah bahwa kami mengerti apa yang harus kita lakukan untuk membikin iklim yang bagus di negeri ini, ekonomi dunia usaha dan kemudian semuanya tumbuh.

 

Ada kepentingan saya, para pengusaha muda, kalau Saudara semua tumbuh dan berkembang. Kepentingan saya apa? Kalau usaha berkembang maka lapangan pekerjaan tercipta. Saudara-saudara kita tertolong, yang masih menganggur. Kalau usaha berkembang hampir pasti tidak ada PHK karena kesulitan ekonomi atau usaha Saudara. Kalau usaha berkembang, pajak yang diterima oleh negara, pemerintah, makin tinggi. Pajak pula yang kita gunakan untuk bikin baik pendidikan, kesehatan, infrastruktur, dan lain-lain. Itulah sinergi yang saya maksudkan. Itulah bagaimana partnership yang harus kita bangun ke depan ini.

 

Saudara-saudara,

 

Cerita sedikit tentang pengalaman kemarin saya menghadiri G8+8. Saya kira semua tahu bahwa G8 itu ya negara-negara yang maju, yang menguasai perekonomian dunialah kurang lebihnya begitu. Ada Amerika Serikat, ada Jepang, ada Kanada, ada Inggris, ada Prancis, ada Jerman, ada Italia, dan ada Rusia. Sedangkan 8 yang lainnya, 8 tapi nggak pake G, itu ada China, ada India, ada Brazil, ada Meksiko, ada Afrika Selatan, ada Korea Selatan, ada Australia, last but not least ada Indonesia. Apa yang saya rasakan diskusi kita dengan para pemimpin dunia yang 16 itu ditambah dengan pemimpin World Bank, IMF, Uni Eropa, Sekjen PBB, dan lain-lain. Semua pemimpin sadar bahwa ini masalah yang dihadapai oleh semua bangsa, tidak ada yang imun terhadap kenaikan, growth BBM, pangan, climate change, termasuk economic slow down. Semua mengalami. Nah, tinggal apakah kita sudah berhenti, menyerah, marah sehingga kita tidak ke mana-mana dan tidak menjadi bangsa apa-apa atau kita pilih yang lain, toh semua juga mengalami. Sudah, bismillaah, kita bekerja lebih all out untuk mengalami masalah-masalah itu.

 

Nah, di situ sebetulnya kalau Saudara berpikir, bertindak, Saudara sudah melakukan investasi 5 tahun lagi, 10 tahun lagi, dan seterusnya. Memang kemarin, seperti stabilitas harga minyak kembali kepada yang fundamental, supply and demand. Masalah food kembali, food supply, WTO, distribusi atau global logistic, transportasi, dan sebagainya. Kemudian, masalah resesi, tentu ada, sumbatan-sumbatan pasar di luar negeri untuk ekspor kita, tapi juga selalu ada celah-celah untuk kita bisa memasarkan barang kita. Demikian juga untuk investasi untuk negara kita. Tetapi jangan terlalu masgul, jangan terlalu cemas karena meskipun ekonomi sulit selalu ada peluang. Minggu lalu, saya dengan beberapa Menteri yang di sini, bertemu di Singapura dengan partner kita. Ternyata, meskipun banyak hambatan kerja sama dengan negara sahabat itu, tetapi progresnya ada investasi, trade, dan lain-lain.

 

Kemarin di Hokaido, setelah saya ikuti betul, saya berbicara, saya berdiskusi, memang ada keinginan kuat dari masyarakat global membangun global partnership, mengatasi masalah ini bersama. Saya anggap penting tapi tidak cukup. Jangan kita pernah hanya menggantungkan, ah, dunia pasti bersatu tapi mengatasi masalah ini pasti kita tertolong ekonomi, dan lain-lain. Ada sih peluang seperti itu. Tapi akhirnya, semuanya berpulang pada kita sendiri, pada pilar-pilar kita sendiri, pada upaya kita sendiri, pada perusahaan-perusahaan, usaha yang Saudara-saudara jalankan, pada negara kita, pada pasar domestik kita, dan lain-lain. Oleh karena itu, pahami situasi global, think globally, act locally, act nationally. Saya kira itu yang lebih sahih karena sekarang ini dengan kecanggihan teknologi informasi sudah tidak bisa dibedakan, ini diproduksi di mana barang ini, ini ditanam di mana. Siapa yang cekatan, siapa yang fight, siapa yang gigih, yang dapat.

 

Saudara tahu bahwa 4 tahun, 4 kali saya mengikuti pertemuan ASEAN, mengikuti East Asian Summit, APEC, dan lain-lain, sudah 4 kali. Semua ingin mengembangkan wilayah Asia Pasifik, Asia Tenggara, segi tiga antara Indonesia, Malaysia, dan Thailand, segi tiga antara Indonesia, Singapura, dan Malaysia, segi empat antara Indonesia, Brunei, Malaysia, dan Filipina. Tapi lagi-lagi ya kita sendiri, daya saing kita sendiri, kemandirian kita sendiri, kemampuan kita sendiri untuk compete dengan semuanya.

 

Saya kira inilah Saudara-saudara yang ingin saya sampaikan, selebihnya kalau itu menyangkut operasional, menyangkut mekanisme, menyangkut, Saudara-saudara lebih jago dibandingkan saya. Saya kalau jadi pengusaha mesti bangkrut, mesti tidak berhasil gitu karena barangkali bakatnya berbeda-beda. Tetapi saya sungguh berharap, jangan tunggu waktu, jangan sia-siakan kesempatan. Semuanya sudah dimiliki, wawasan, pengetahuan, ilmu, sekolah, perusahaan, capital, sudah dimiliki. Apakah besar sekali, apakah besar, atau cukup, sudah dimiliki. Dari sini Saudara melangkah dan bekerja. Saya menunggu karya selanjutnya lagi. Pemilu tahun depan kita tidak tahu rencana Tuhan, tapi siapa pun Presidennya, siapa pun pasti menunggu peran yang lebih besar dari Saudara-saudara semua untuk mengembangkan ekonomi di negeri ini dengan harapan sepert itulah.

 

Sekali lagi saya ucapkan selamat, selamat berkarya, selamat berkiprah, semoga berhasil dan saya persilakan nanti pada saatnya bisa berkomunikasi dengan para Menteri apa yang bisa dilakukan, kerja sama dengan sebaik-baiknya. Saya kita itulah di atas segalanya marilah kita menjadi manusia yang berjiwa terang, berpikir positif, dan bersikap optimis. Sekian Saudara-saudara. I trust you all.


Wassalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.

 

Biro Naskah dan Penerjemahan,
Deputi Mensesneg Bidang Dukungan Kebijakan,
Sekretariat Negara RI