Pengantar Presiden RI pada Sidang Kabinet Terbatas Bidang Perekonomian, Jakarta, 8 Agustus 2011

 
bagikan berita ke :

Senin, 08 Agustus 2011
Di baca 739 kali

SAMBUTAN PENGANTAR

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PADA

SIDANG KABINET TERBATAS BIDANG PEREKONOMIAN

DI KANTOR PRESIDEN, JAKARTA

TANGGAL 8 AGUSTUS 2011

 

 

 

Bismillaahirrahmaanirraahiim,

 

Assalaamu'alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh,

 

Salam sejahtera untuk kita semua.

 

Saudara Wakil Presiden, para peserta Sidang Kabinet Bidang Perekonomian yang saya hormati,

 

Alhamdulillah hari ini kita dapat kembali melaksanakan Sidang Kabinet Bidang Perekonomian dengan agenda membahas perkembangan ekonomi dunia, sekaligus mengantisipasi dampaknya bagi perekonomian kita, sekaligus membahas sejumlah kebijakan ekonomi yang tengah kita jalankan sekarang ini.

 

Sebagaimana yang Saudara ketahui, hari Jum'at yang lalu, di ruangan ini, kita juga melaksanakan sidang karena pada hari itu terjadi gejolak di Eropa, di Amerika Serikat, dan dalam batas tertentu juga di Asia. Sebabnya Saudara sudah paham semua, tetapi mengapa kita perlu sedini mungkin melakukan langkah-langkah antisipatif agar manakala apa yang terjadi di Eropa dan di Amerika itu meluas, sebagaimana yang pernah terjadi pada tahun 2008-2009, kita siap.

 

Sebagaimana kesiapan kita pada tahun 2008 dan 2009 itu, karena apa yang kita lakukan bersama pada masa-masa sulit waktu itu, telah menjadi bagian dari sejarah, karena kecepatan kita di dalam mengantisipasi, kebersamaan kita, dan kebijakan serta solusi yang kita lakukan, sekali lagi, kita bisa meminimalkan dampak dari krisis global itu, ekonomi kita selamat, dan kita bertahan. Kita ingin mengulangi lagi apa yang kita lakukan dua-tiga tahun yang lalu itu.

 

Saudara-saudara,

 

Hari Jum'at yang lalu itu kita telah membahas utuh perkembangan ekonomi global terkini, sekaligus status atau keadaan ekonomi Indonesia. Dengan rasa syukur, saya mengatakan bahwa ekonomi kita dalam keadaan baik, jauh lebih baik dibandingkan tahun 2008, dan tentu, jauh lebih baik ketika krisis datang di negeri ini, pada tahun 1998 dan tahun 1999.

 

Makro-ekonomi kita baik, komponen pertumbuhan terjaga, sektor riil terjaga, dan sejumlah fundamental ekonomi juga dalam keadaan baik. Sebagai contoh, cadangan devisa, nilai tukar, dan sejumlah fundamental ekonomi yang lain, termasuk debt to GDP ratio, rasio utang terhadap GDP kita. Satu-satunya yang perlu kita cermati dan antisipasi adalah turunnya index harga saham gabungan kita yang relatif tajam. Tetapi, tidak perlu sangat khawatir, ini terjadi secara global, itu terjadi pula di Amerika, di Eropa, dan di Asia. Oleh karena itu, kita pahami betul mengapa ada gejolak terhadap index harga saham gabungan itu.

 

Dengan pemahaman bahwa ekonomi kita dalam keadaan baik, oleh karena itu, tidak perlu ada kepanikan apapun, kecemasan apapun, meskipun kita harus terus mengantisipasinya, sistem harus bekerja penuh, baik di jajaran Kementerian Perekonomian ataupun menteri-menteri teknis yang lain, pada tingkat saya, pada tingkat Wapres, agar segala sesuatunya bisa kita kelola dengan baik.

 

Saudara-saudara,

 

Itulah perkembangan perekonomian global terkini, hingga hari ini, dan apa saja yang kita lakukan untuk mengantisipasinya. Dalam kesempatan yang baik ini, perlu saya sampaikan kepada Saudara semua, dengan belajar pengalaman banyak negara, termasuk negara-negara yang ekonominya kuat, negara maju, Amerika Serikat dan negara-negara di Eropa, misalnya, kebijakan fiskal sangat penting, makro-ekonomi sangat penting, kebijakan tentang pinjaman, juga sangat penting.

 

Terbukti, sekuat apapun ekonomi sebuah negara, kalau defisit yang dialaminya sangat tinggi, rasio utang terhadap GDP juga sangat tinggi, dan sejumlah yang disebut imbalances antara produksi dengan konsumsi, antara supply dengan demand maka ekonomi itu tidak aman sebenarnya. In the long run, fundamentalnya tidak kokoh benar, dan ini terjadi, sejarah telah menunjukkan.

 

Oleh karena itu, apa yang kita lakukan sekarang ini, Saudara-saudara, memperbaiki debt to GDP ratio, misalnya, dari lebih dari 50%, tujuh tahun yang lalu, menjadi kurang dari 25% sekarang ini, tentu langkah yang tepat. Dan kita ingin terus turunkan di masa depan.

 

Demikian juga komponen pinjaman luar negeri, yang kita niati untuk kita terus perkecil, sekecil mungkin, ini juga arah yang benar. Kemudian, meningkatkan penerimaan negara, baik dari pajak maupun non-pajak, dengan mengatur pembelanjaan yang tepat sehingga tidak perlu harus tinggi defisitnya dan justru harus menuju ke anggaran berimbang, ini juga tepat.

 

Kita ingin, Saudara-saudara, belajar dari pengalaman negara lain, belajar dari apa yang kita lakukan sekarang ini, arah seperti itu, mari kita lakukan percepatan untuk membikin kita punya APBN, betul-betul sehat, berimbang, dan tepat pada sasaran yang hendak kita tuju.

 

Demikian juga kebijakan tentang pinjaman, yang harus kita lakukan perubahan secara signifikan, menuju ke debt to GDP ratio yang makin baik atau sungguh baik, sekaligus, memastikan bahwa APBN kita sehat karena sesungguhnya apa yang kita belanjakan itulah yang kita terima, atau saya balik, apa yang kita terima itulah yang sesungguhnya kita belanjakan.

 

Utang itu di masa krisis sering menjadi solusi, tetapi kalau tidak kita perlukan, tidak harus dan tidak boleh kita masuk dalam budaya berhutang, inilah yang ingin kita lakukan, kita adakan percepatan dalam satu, dua, tiga tahun mendatang. Dan saya sudah membahas bersama Wakil Presiden, bersama Menko Perekonomian, nanti akan dibahas secara khusus di jajaran Menko Perekonomian, roadmap, termasuk timeline, bagaimana kita menuju anggaran berimbang dalam waktu yang tidak terlalu lama, sekaligus memperbaiki angka debt to GDP ratio kita, meskipun jauh lebih baik dibandingkan periode sebelumnya. Dengan demikian, negeri ini akan memiliki sebuah bangunan APBN dan kebijakan fiskal yang jauh lebih sehat, lebih baik, di masa depan.

 

Dalam sidang kabinet ini, nanti akan di-update oleh Menko Perekonomian dengan tim, setelah itu nanti kita break, untuk kita lanjutkan dengan pertemuan konsultasi dengan Gubernur Bank Indonesia dengan jajaran, secara terbatas, karena dalam keadaan apapun, baik keadaan normal apalagi keadaan krisis, paduan kebijakan dan langkah antara otoritas moneter dengan otoritas fiskal itu sangat penting.

 

Jika policy mix antara monetary policy dan fiscal policy bisa kita jaga, insya Allah, makro-ekonomi kita dan seluruh bangunan ekonomi kita akan kita pertahankan kesehatannya dan terus menstimulasi pertumbuhan, pertumbuhan yang kita perlukan untuk, di samping meningkatkan kesejahteraan rakyat, juga menciptakan lapangan pekerjaan, mengurangi kemiskinan, dan benefit-benefit yang lain.

 

Itulah, Saudara-saudara, agenda sidang kita hari ini. Dan, setelah break ini nanti saya berikan kesempatan kepada Menko Perekonomian dengan Menteri terkait untuk melaporkan perkembangan perekonomian global terkini, termasuk perekonomian kita, termasuk pula situasi menjelang Idul Fitri atau pada bulan suci Ramadhan yang sedang berlangsung ini.

 

Demikian Saudara-saudara, dan nanti jam 14.00 saya minta break sebentar, sekarang saya akan berkomunikasi melalui telepon dengan Perdana Menteri Thailand yang baru, Ibu Yingluck Shinawatra, dalam kapasitas saya, baik sebagai Presiden Indonesia maupun sebagai Chairman of ASEAN tahun 2011 ini.

 

Demikian pengantar saya, terima kasih.

 

 

 

Asisten Deputi Naskah dan Penerjemahan,

Deputi Bidang Dukungan Kebijakan,

Kementerian Sekretariat Negara RI