Pengarahan Presiden RI kepada Calon Perwira Remaja TNI, Yogyakarta, 12 Juli 2011

 
bagikan berita ke :

Selasa, 12 Juli 2011
Di baca 857 kali

PENGARAHAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
KEPADA CALON PERWIRA REMAJA TNI

TANGGAL 12 JULI 2011

DI AKADEMI ANGKATAN UDARA, MAGUWOHARJO, YOGYAKARTA

 

 

 

Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Salam sejahtera untuk kita semua,

 

Yang saya hormati,

Para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu II,

Panglima TNI, KAPOLRI, KASAD, KASAL, dan KASAU,

Komandan Jenderal Akademi TNI, Gubernur Akademi Militer, Gubernur Akademi Angkatan Laut, dan Gubernur Akademi Angkatan Udara,

Para Perwira Teras jajaran TNI-Polri, dan Kementerian Pertahanan, Para Taruna,

Para Kadet, Para Karbol, calon perwira remaja TNI yang saya cintai dan saya banggakan,

 

Marilah pada kesempatan yang baik dan semoga senantiasa penuh berkah ini, kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah SWT, karena kepada kita, masih diberikan kesempatan, kekuatan, dan insya Allah kesehatan untuk melanjutkan tugas dan pengabdian kita kepada bangsa dan Negara tercinta.

 

Malam ini, saya bergembira, karena bisa menyampaikan pesan dan harapan saya, kepada khususnya para calon perwira remaja TNI, yang Insya Allah dua hari lagi akan saya lantik menjadi perwira-perwira TNI. Saya berharap apa yang saya sampaikan pada malam hari ini, betul-betul dicamkan dan kemudian dijalankan pada saat kalian semua nanti menjalani karir, mengemban tugas sebagai perwira di jajaran Tentara Nasional Indonesia. Apa yang akan saya sampaikan nanti, akan sangat berpengaruh kepada sukses atau tidak sukses kalian dalam menempuh perjalanan karir sebagai perwira-perwira profesional di jajaran Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara. Bahkan, akan berpengaruh pula, pada puncak pengabdian kalian nanti, bukan hanya kepada Tentara Nasional Indonesia, tetapi juga kepada bangsa dan negara.

 

Tentu, pada saat Prasetya Perwira, yang akan kita laksanakan insya Allah pada tanggal 14 Juli nanti, saya akan menyampaikan amanat kepada kalian semua, dan tentu kepada jajaran Tentara Nasional Indonesia. Oleh karena itu, yang saya sampaikan pada malam hari ini, tidak akan saya sampaikan pada saat saya melantik kalian semua nanti sebagai perwira-perwira remaja yang baru di jajaran TNI. Pesan dan harapan ini, secara substansial juga pernah saya sampaikan tahun lalu kepada calon-calon perwira Kepolisian Negara Republik Indonesia, yang juga menempuh pendidikan di Akademi Kepolisian. Tentu saja, implementasi dan aplikasinya berbeda, karena kalian akan memasuki wilayah pengabdian yang sangat khas, yaitu pengabdian di jajaran militer.

 

Sepuluh hal penting yang akan saya sampaikan. Kalian bisa catat, simpan, pedomani, dan laksanakan sepanjang pengabdian dan karir kalian nanti.  Pertama, jaga idealisme kalian sebagai perwira Tentara Nasional Indonesia. Kalian mesti bertanya, mengapa kalian masuk menjadi perwira militer? Kalian pasti punya cita-cita, punya tujuan, dan punya idealisme. Dalam perjalanan karir, hampir pasti kalian akan mengalami banyak tantangan, ujian, dan cobaan, mengalami masa pasang dan surut, ups and downs. Di situlah mental kalian diuji, apakah kalian menyerah, apakah kalian kemudian berkompromi dengan prinsip dan idealisme, atau kalian tetap melihat ke depan, sesuai dengan cita-cita, tujuan, dan idealisme, menjadi perwira-perwira militer, mengabdi di jajaran Tentara Nasional Indonesia.

 

Idealisme adalah energi, semangat, daya dorong, dan kekuatan. Kalau cita-cita kalian ingin menjadi perwira yang berhasil, ingin menjadi Jenderal, Laksamana, dan Marsekal, maka hendaknya the spirit, semangat, tekad dan cita-cita itu, jangan pernah padam. Kalau dalam idealisme kalian tidak akan berkompromi dengan sikap, nilai, dan perilaku yang tidak baik, yang bertentangan dengan moral dan etika, jaga pula prinsip dan idealisme seperti itu. Ingat, perjalanan kalian akan panjang. Hanya dengan energi, dengan semangat, dengan daya dorong, dengan keteguhan, dengan determinations, semua rintangan, tantangan, dan ujian itu akan bisa kalian atasi. Sekali lagi, pegang teguh idealisme.

 

Yang kedua, sejak kalian memulai tugas dan dinas pertama, di jajaran TNI Angkatan Darat, TNI Angkatan Laut, dan TNI Angkatan Udara, maka kalian harus punya semangat berbuat yang terbaik, doing the best. Jangan asal-asalan, jangan sekedar melaksanakan tugas. Tetapi, berusahalah yang terbaik, berbuatlah yang terbaik, why not the best. Dalam arti, setiap jenis tugas dan pekerjaan dilaksanakan dengan baik sesuai dengan harapan, sesuai dengan standar, sesuai dengan sasaran yang hendak dicapai. Kalian dua hari lagi akan menjadi Letnan. Selama kurang lebih sepuluh tahun akan dimatangkan, untuk menjadi junior officer, Kapten. Dalam ilmu perang, dalam pertempuran, Kapten itulah yang seungguhnya bertempur, captain fights the battles. Oleh karena itu, profesionalitas, keterampilan bertempur, harus dimiliki oleh seorang Kapten. Matangkan diri kalian nanti dengan doing the best selama sepuluh tahun pertama.

 

Sukses sepuluh tahun pertama, kalian akan mendapatkan tanggung jawab, mengemban tugas, memiliki peran yang lebih tinggi, untuk menjadi Mayor, Letkol, Kolonel. Di situ, kalian akan memimpin pasukan dalam tingkatan yang lebih besar, atau menjalankan tugas yang setara dengan itu. Oleh karena itu, dalam maxim militer ada istilah colonel directs the battles. Harus punya ilmu memimpin, ilmu manajemen, yang itu akan kalian matangkan dalam kecabangan masing-masing sepuluh tahun berikutnya lagi.

 

Andaikata, kalian lulus, dua puluh tahun ujian pertama, maka kalian akan mendapatkan opportunity, mendapatkan peluang untuk mengabdi sepuluh tahun berikutnya lagi. Kalian akan menjadi Jenderal, Laksamana, dan Marsekal. Bintang satu, nasib baik, prestasi bagus, bintang dua, dan seterusnya. Di situ, dalam konteks peperangan dan pertempuran dikatakan general engages the war. Sudah berpikir secara strategis, sudah mengembangkan art, science dalam menjalankan tugas peperangan. Sepanjang perjalanan karir, sepuluh tahun pertama, menjadi Captain, sepuluh tahun kedua menjadi Kolonel, sepuluh tahun berikutnya lagi menjadi Jenderal, jangan menunggu waktu untuk berbuat yang terbaik, misalnya "Nanti saja kalau saya sudah Mayor, baru akan saya lakukan, saya akan berbuat yang terbaik, saya akan belajar lebih giat." Salah. Sejak awal harus berikhtiar, berupaya, dan berbuat yang terbaik. Jadi yang kedua, adalah berbuatlah yang terbaik, do the best.

 

Yang ketiga, kalian harus bisa membangun daya saing kalian masing-masing. Kompetisi dalam karir itu positif, itu sehat, itu konstruktif, sepanjang kompetisi itu dijalankan dengan sportif, dan berkompetisilah dengan standar. Kalau seorang Kapten, yang dianggap baik menguasai pengetahuan taktik dan teknik militer, kepemimpinan, pelatihan, tugas sebagai instructure, seperti-seperti itu, maka, kompetisi terhadap standar, kalian harus mencapai nilai yang setinggi-tingginya, bukan yang penting lebih baik dari yang lain. Padahal barangkali yang lain itu tidak baik. Jadi, berkompetisilah dengan standar. Jangan berkompetisi, ingin menonjol, ingin menjadi yang terbaik, dengan menjegal rekannya, menjegal kawannya. Itu, kalau kalian menang, menang semu. Kalau kalian merasa berhasil, berhasil itu tidak riil. Tapi kalau kalian berkompetisi kepada standar, pada ukuran, maka akan baik, akan fair, dan akan berguna bagi organisasi. Kalian akan punya modal, punya capital, untuk terus dijadikan kekuatan sepanjang karir kalian.

 

Berbicara kompetisi, berbicara membangun daya saing, ambillah contoh pada saat kalian melaksanakan lomba, atau pertandingan olahraga. Kalau kalian berlomba, lari 10 km, pesertanya ada 100 orang. Untuk menang, untuk sampai di sasaran, dengan waktu yang paling pendek, apakah 40 menit, apakah 45 menit, apakah 50 menit, maka yang harus kalian lakukan adalah berlatih, agar pada garis finish kalian bisa menempuh dengan kecepatan atau dalam waktu yang singkat. Dalam berlatih itu, banyak yang bisa dilakukan, termasuk menjaga kesehatan, termasuk mengenali medan, termasuk kapan pemanasan, kapan mulai cepat, kapan sprint, 1-2 km sebelum finish, misalnya. Semua itu bisa dicapai, kemenangan itu, dengan cara-cara seperti itu. Itu yang ksatria. Bukan dengan mengganggu peserta yang lain, dengan menabur beling, dengan mengasih makanan yang bisa membikin sakit perut, dan banyak cara-cara, yang penting yang lain tidak mencapai finish, ataupun terganggu sepanjang perjalanannya. Karir juga begitu. Do the best, bangun daya saing, kemudian berkompetisilah secara sehat. Itu yang ketiga. Bangun daya saing.

 

Yang keempat, bangun kemampuan kalian sebagai perwira-perwira militer di era modern. Peperangan dan dunia militer telah mengalami evolusi, sejak abad ke-18, sejak era Napoleon, Clauswitz, Alexander The Great, dan terus sepanjang perjalanan, Perang Dunia I, Perang Dunia II, sampai sekarang. Bahkan, era 90-an, 2000-an, dunia militer, utamanya di negara-negara maju, telah memasuki yang disebut dengan era revolusi militer, Revolution in Military Affairs. Apa artinya? Perwira di era modern, di negara manapun juga, dituntut untuk memiliki knowledge, science, and skills yang compatible dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

 

Oleh karena itu, agar tidak tersisih, agar kalian tidak asing pada kehidupan militer yang makin ke depan akan makin sarat dengan kecanggihan tekonologi, maka bangunlah pengetahuan, wawasan, dan keterampilan militer kalian. Knowledge is power, jangan menunggu, begitu menjadi Letnan Dua, sejak itu kembangkan kalian punya kemampuan. Negara, dalam hal ini TNI, memberikan kesempatan kepada kalian, untuk mengikuti pendidikan-pendidikan reguler, masing-masing angkatan. Sampai pada tingkat Sesko Angkatan, Sesko TNI, bahkan pada tingkat nasional, ada pendidikan Lemhannas, dan sejumlah pendidikan kejuruan.

 

Tetapi, pengalaman menunjukkan kalau hanya itu, biasanya belum cukup. Oleh karena itulah, diperlukan upaya pengembangan diri, self development, belajar, membaca, menimba pengalaman, dan sebagainya. Jadi, bangunlah kemampuan kalian, your capability, agar ketika mendapatkan tugas yang lebih berat, dengan tantangan yang lebih besar, kalian juga akan senantiasa berhasil. Jadi, yang keempat, bangun kemampuan diri masing-masing.

 

Yang kelima, jaga etika profesionalisme. Jaga kode kehormatan kalian sebagai perwira profesional. Saya pernah berkata, bahwa dulu kala, yang disebut kaum profesional, itu ada tiga. Satu adalah core kedokteran, para dokter, adalah seorang profesional, karena ketika menjalankan tugasnya, yang ditangani adalah soal hidup dan mati, nyawa orang lain. Oleh karena itulah, dia harus menjadi seorang profesional, memegang teguh kode etik. Dengan demikian, ketika menjalankan tugas, diharapkan tidak terjadi sesuatu yang tidak semestinya. Yang kedua, yang disebut kaum profesional adalah lawyers, ahli hukum. Dia berkenaan dengan kebenaran dan keadilan. Konsekuensinya besar manakala dia tidak profesional. Bayangkan, keadilan tidak tegak, kebenaran dijungkirbalikkan. Oleh karena itu, lawyers pada waktu itu juga dikategorikan sebagai kaum profesional.

 

Sedangkan yang ketiga adalah perwira militer. Kalian bertugas untuk bangsa dan negara. Kalian bertugas untuk Sang Merah Putih. Kalian kapanpun harus siap mengambil resiko yang paling tinggi, mengorbankan jiwa dan raga kalian di medan tugas. Itulah kode etik profesional seorang militer, rela berkorban demi bangsa dan negara. Oleh karena itu, bagi perwira militer, yang disebut dengan etika professional adalah kehormatan di atas segalanya, pantang gagal dalam tugas, mission must be accomplished. Kadang-kadang kalian dituntut untuk mengambil resiko, dan bekerja, bertugas, melampaui panggilan tugasnya. Terutama tugas-tugas di daerah pertempuran, beyond the call of the duty. Kalian harus siap menjadi kaum professional sejati. Tidak menghitung untung rugi. Itulah kontrak kalian, itulah sumpah kalian. Dua hari lagi kalian akan menjadi perwira professional, di bawah atau disaksikan Sang Merah Putih, yang mewakili negara dan rakyat. Jadi, yang kelima adalah jaga etika profesionalisme kalian.

 

Yang keenam, kalian harus bermental tangguh, tidak cengeng, tidak mudah menyerah, tidak lari dari kenyataan, tangguh, ulet, berani menghadapi sesuatu, mengambil solusi, dan kemudian dijalankan. Kalian masuk akademi, baik di Angkatan Darat, Angkatan Laut, maupun Angkatan Udara, pada hakekatnya sukarela, tidak ada yang memaksa kalian. Oleh karena itu, sebagai seorang yang sukarela, yang volunteer, menjadi perwira TNI  yang tahu tidak mudah pekerjaannya, tetapi juga mulia, tetapi juga penuh kehormatan. Kalian diharapkan memiliki mental yang tangguh. Saya senang masuk Ksatrian Akademia Angkatan Udara, ada motto yang saya baca tadi, yang intinya ingin menjadi prajurit-prajurit Dirgantara yang tanggap, tanggon, dan trengginas. Tanggap berarti memiliki intelektualitas yang tinggi, skill, knowledge, professionalism. Capabilities Tanggon memiliki mental yang membaja, yang tangguh, yang tough. Dan trengginas, memiliki fisik, dalam arti luas bisa mengemban tugas-tugas militer di berbagai medan, di berbagai situasi, di berbagai keadaan. Itu yang keenam.

 

Yang ketujuh, saya berharap kalian memiliki kepercayaan pada diri sendiri yang kuat. Percaya pada diri sendiri. Jangan membiasakan mencari gantolan. Jangan senang atau ingin hanya menggantungkan kepada sponsor. Gantolannya diri kalian sendiri, sponsornya diri kalian sendiri. Kalau sedang tugas dilaksanakan dengan baik, terus belajar, punya kemampuan, ulet, dan sebagainya. Itulah sponsornya, itulah gantolannya. Kalau kalian membiasakan diri, memiliki sikap mental, cari sponsor, mencari gantolan, sponsor dan gantolan itu pada saatnya tidak ada, kalian akan kehilangan segalanya kalau itu yang dikembangkan. Kalian sendiri. Percaya pada diri sendiri harus dimaknai seperti itu.

 

Yang kedelapan, jangan pilih-pilih tugas dan jabatan. Saya ulangi lagi, jangan pilih-pilih tugas dan jabatan. Bukan jabatan yang membikin orang menjadi besar, tetapi orang-lah yang membikin jabatan jadi besar, apapun. Kalau kalian tahu perjalanan karir saya, banyak jabatan-jabatan barangkali yang tidak diminati oleh banyak perwira. Saya lalui karena itu perintah, karena itu tugas. Tetapi, ternyata pada akhirnya, banyak jabatan-jabatan yang dianggap remeh itu, menambah bekal saya, menambah pengetahuan saya, menambah pengalaman saya. Biasanya, kalau di Angkatan Darat, yang diinginkan adalah yang serba Komandan, yang pangkatnya ada merahnya, Danton, Danki, Danyon, Dandim, Pangki atau Pangdam, terus yang merah-merah begitu. Kalau hanya itu, atau kalian terlalu pilih-pilih seperti itu, tidak akan lengkap.

 

Harus dilewati jabatan staf, harus dilewati jabatan di pendidikan, sebagai instruktur, sebagai pelatih, bahkan variasi jabatan dan penugasan yang lain. Juga jangan pilih-pilih tempat. Di dalam Jawa, di luar Jawa, sama saja. Sekali lagi, bukan tempat dan jabatan yang membikin kalian besar dan berhasil, tetapi karena kalian berhasil, kalian bisa mengubah keadaan, kalian bisa melakukan yang terbaik, maka jabatan yang kalian tempati, akan muncul, akan dilihat oleh banyak orang. Ingat, rencana Tuhan selalu lebih indah dari rencana manusia. Banyak yang ingin, "saya ingin jabatan A." Tuhan tidak kasih. Komandan atau atasan menugasi yang lain. Laksanakan yang lain itu. Banyak dalam praktek justru yang tidak kalian harapkan, yang tidak kalian sukai, justru kalian lebih berhasil , dibandingkan memilih-milih jabatan tertentu. Ingat pesan saya ini. Jangan pilih-pilih tugas dan jabatan. Apapun laksanakan tugas itu.

 

Untuk menambah keyakinan kalian, saya ingin memberi contoh, perjalanan karir saya waktu bertugas di TNI, sebelum menjadi Danton, menjadi Danki, menjadi Pasops, menjadi Danyon, menjadi Danbrig, menjadi Danrem, menjadi Pangdam, yang merah-merah seperti itu, tetapi saya juga menjadi staf, staf di tingkat Brigade, staf di Kodam Asops, staf di Mabes TNI, di territorial, dan staf di sosial politik, sebagai instruktur di  Pusat Infanteri, sebagai dosen di Seskoad. Banyak yang tidak suka jadi dosen, jadi pelatih, jadi Komid, saya pernah menjadi staf pribadi, koordinator staf pribadi, KASAD, Panglima TNI, Menhan, banyak yang tidak suka. "Ngapain ke situ?" Saya pernah menjadi speech writer di Dinas Penerangan Angkatan Darat. Sampai ditertawakan orang, "Ngapain di penerangan lulusan Akademi Militer?" Saya lima tahun kurang lebih di Timor Timur, Danton, Danki, Danyon, bertugas di sana. Pindah kesana, pindah kemari. Kadang-kadang jabatan yang tidak dianggap jabatan yang prestisius, tetapi saya jalankan dengan sepenuh hati karena itu tugas organisasi, itu perintah atasan. Ternyata, pada akhirnya, tentu di samping tugas di luar negeri, tugas waktu itu menjadi salah satu pimpinan di MPR. Ternyata, pada akhirnya, ragam tugas, termasuk tugas-tugas yang dianggap tidak prestisius, tidak menjadi idaman ataupun harapan banyak orang, justru memperkaya, melengkapi wawasan, pengetahuan, dan pengalaman saya. Barangkali, kalian nanti ada tugas yang sepertinya aneh-aneh, tetapi percayalah itu semua kalau betul-betul dilaksanakan dengan baik, ditekuni, itu justru nilai tambah ataupun kekayaan dan kelebihan. Itu yang kedelapan.

 

Yang kesembilan, akan banyak godaan. Orang tua menasihati kita, ada tiga "ta." Godaan harta, menginginkan harta yang di luar kepantasannya, di luar kepatutannya, di luar kemampuannya, di luar tingkatannya, biasanya tidak akan sukses dalam karir. Yang dipikirkan bukan berlatih, bukan melatih, bukan memimpin pasukan, bukan bertemu anak buah, bertemu keluarga, tetapi bagaimana mendapatkan harta secepat-cepatnya, entah halal atau tidak. Godaan pertama harta. Kalian akan patah di jalan, hampir pasti.

 

Yang kedua adalah wanita. Kalau kalian menikah, jaga rumah tangga kalian baik-baik, sayangi istri dan anak. Itu modal kalian, akan menjadi kekuatan, akan menjadi daya dorong, akan menjadi sumber untuk kalian bisa bertahan dalam menghadapi goncangan, tantangan, dan ujian. Jangan tergoda dengan yang tidak semestinya.

 

"Ta" yang ketiga tahta. Dalam arti ada proses seseorang untuk mengikuti, menapaki karir sepanjang pengabdian di lingkungan TNI. Jangan melakukan sesuatu yang tidak etis, bertentangan dengan etika, hanya untuk meraih jabatan tertentu. Semua ada aturannya, ada prosesnya, ada kepatutannya. Itulah tiga godaan; harta, wanita, tahta. Sepertinya klasik, sepertinya sudah kuno, tapi itulah yang bisa menyandung kalian dalam perjalanan karir ke depan. Bisa gagal, bisa tidak menjadi apa-apa, padahal yang lain baik, yang lain hebat, yang lain berhasil. Tetapi tersandung oleh tiga ini, kalian bisa gagal.

 

Yang terakhir, nomor sepuluh, sebagai umat, hamba Tuhan, sebagai umat beragama, tetaplah dekat kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah SWT, pengalaman menunjukkan yang saya alami bersama Ibu Negara, dalam perjalanan karir hingga sekarang ini, ketika menghadapi tantangan dan ujian yang luar biasa, kalian akan merasakan sudah bekerja keras, sudah berbuat yang terbaik, sudah berikhtiar, tetapi belum tentu apa yang kalian terima sesuatu yang benar, yang adil, maka dalam keadaan itu, berserah dirilah kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.

 

Kalian bertempur, supaya hidup, tidak gugur, dan tugas bisa dilaksanakan dengan baik, sehingga bertempur dengan baik, dengan taktik yang baik, dengan teknik yang baru, tetapi tetap mohon pertolongan Allah, pertolongan Tuhan Yang Maha Kuasa. Nafas kalian, keseharian kalian, apapun tetaplah dekat kepada Yang Maha Kuasa. Ini tidak tergantikan. Percayalah, di tengah kegelapan, di tengah kegalauan, di tengah keputus-asaan, barangklai kalau kalian memohon pertolongan Tuhan Yang Maha Kuasa, pertolongan itu akan datang, cepat atau lambat.

 

Yang kesepuluh inilah, yang saya ingin membekali kalian dengan hal-hal itu karena semua itu akan menjadi faktor yang menentukan dalam perjalanan karir ke depan. Tentu saja, para calon perwira remaja TNI sekalian, di luar yang sepuluh ini, banyak yang harus kalian lakukan. Tetapi saya yakin dan percaya, kalian bisa melaksanakan tugas dengan baik. Kalian bisa berhasil, kalian bisa menjadi pemimpin-pemimpin jajaran TNI di waktu yang akan datang. Kalian adalah pemuda-pemuda pilihan, mengikuti seleksi yang tidak mudah, digembleng di Akademi Angkatan, di Magelang, di Yogyakarta, dan di Surabaya. Penggemblengan yang keras. Oleh karena itu, saya punya keyakinan yang tinggi, dengan doa dan harapan saya, selaku Presiden, selaku senior kalian, semoga kalian semua mendapatkan bimbingan, petunjuk, dan lindungan dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Dan senantiasa berhasil dalam setiap tugas. Demikian pembekalan saya, harapan saya, dan nasehat saya kepada kalian semua calon-calon pemimpin Tentara Nasional Indonesia di masa depan. Selesai.

 

 

Asisten Deputi Naskah dan Penerjemahan,

Deputi Bidang Dukungan Kebijakan,

Kementerian Sekretariat Negara RI