Percayalah untuk Membangun Masa Depan

 
bagikan berita ke :

Senin, 06 Oktober 2008
Di baca 850 kali


Harapan tersebut disampaikan Wapres saat menghadiri Pertemuan Saudagar Bugis Makassar (PSBM) X di Makassar, kemarin. PSBM digagas Jusuf Kalla saat menjabat sebagai Ketua Kadinda Sulsel pada tahun 1993 karena melihat kiprah pengusaha Bugis Makassar yang kehilangan jati diri.

Menurut Wapres, jika melihat ke belakang terasa betapa pengusaha Bugis mempunyai masa lalu yang gemilang. Namun kegemilangan itu kemudian sirna dan hampir tidak terlihat lagi bekasnya.

"Pengalaman yang saya petik dari Bangsa Perancis, mereka tidak hanya bangga dengan sejarah masa lalunya. Mereka juga bangga dengan apa yang diraih sekarang ini dan lebih bangga lagi dengan masa depannya," kata Wapres.

Hal itulah yang harus dikembangkan juga oleh pengusaha-pengusaha Bugis Makassar dan juga daerah-daerah lain. "Kita jangan hanya bangga kepada masa lalu saja, sebab kebanggaan masa lalu hanya sejarah dan itu adanya di museum. Kalau kita hanya melihat ke belakang, maka kita pasti akan selalu terantuk," kata Jusuf Kalla.

Semangat untuk bisa meraih masa depan yang lebih baik, menurut Wapres harus diimbangi kemampuan untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Karena itu ia menekankan pentingnya pendidikan yang baik agar pengusaha bisa menjawab tantangan di masa depan.

Semangat, rasa percaya untuk mampu menjawab tantangan, dan harga diri untuk tidak tergantung dari bangsa lain, menurut Wapres semakin penting untuk menjawab tantangan ekonomi sekarang ini. Apalagi dengan terjadinya krisis keuangan yang melanda Amerika Serikat yang pasti mengimbas ke seluruh dunia.

"Besar atau kecil setiap negara pasti akan merasakan dampak dari krisis keuangan yang melanda Amerika," kata Wapres.

Bagi perekonomian Indonesia sendiri pengaruhnya setidaknya akan terjadi pada dua hal yakni terganggunya ekspor dan terbatasnya kredit dari luar negeri yang bisa didapatkan untuk mendorong pertumbuhan.

"Pengalaman krisis tahun 1998, di samping persoalan, krisis adalah kesempatan. Bagi petani di Sulawesi misalnya, krisis 1998 adalah berkah karena mereka mendapatkan harga yang baik bagi produk pertanian mereka," kata Wapres.

Berbeda dengan China misalnya, yang ekspornya bertumpu kepada produk manufaktur, ekspor Indonesia lebih beragam. Indonesia masih mempunyai energi, mineral, dan produk-produk primer yang meskipun menurun, tetapi permintaan akan produk-produk itu akan tetap ada.

Karena itu Wapres memuji Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo yang mendorong petani untuk meningkatkan produktivitas petani di daerahnya. Menurut Limpo, dalam 3 kuartal tahun ini pertumbuhan ekonomi Sulsel mencapai 9,14 persen. Tabungan masyarakat tercatat Rp 27 triliun dan angka ini pasti akan meningkat seiring dengan tambahan peningkatan produksi beras 2 juta ton serta komoditas lain seperti jagung.

"Kunci untuk bisa menjawab krisis adalah meningkatkan produktivitas. Itulah yang juga harus dilakukan saudagar Bugis Makassar," kata Wapres.


Sumber:

http://www.mediaindonesia.com/index.php?ar_id=MzQ2OTE=

Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
0           0           0           0           0