Perkuat Tata Kelola Kerja Sama Pembangunan Internasional, Kemensetneg dan UNDP Gelar Lokakarya
Seiring meningkatnya kompleksitas kerja sama teknik dan pembangunan internasional, diperlukan pendekatan yang lebih terstruktur serta berbasis bukti dalam perencanaan dan pelaksanaan program. Menyikapi hal tersebut, Kementerian Sekretariat Negara (Kemensetneg) melalui Biro Kerja Sama Teknik Luar Negeri (KTLN), bekerja sama dengan United Nations Development Programme (UNDP), menyelenggarakan Workshop Problem Tree Analysis (PTA) dan Theory of Change (ToC) for Planning and Implementation of the International Technical Cooperation. Kegiatan ini dilaksanakan pada Senin (15/12/2025) di Pusat Pengembangan Kompetensi Aparatur Sipil Negara (PPKASN) Kemensetneg, Jakarta Selatan.
Lokakarya ini diikuti oleh sekitar 50 peserta yang berasal dari berbagai kementerian dan lembaga, termasuk empat pilar (regulator bodies) kerja sama pembangunan internasional Indonesia, yaitu Kemensetneg, Kementerian Luar Negeri, Kementerian Keuangan, serta Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas, dan Lembaga Administrasi Negara (LAN). Keempat pilar tersebut menjalankan peran strategis yang meliputi perumusan kebijakan, standardisasi program dan kegiatan, serta pemantauan dan evaluasi, yang menjadi tulang punggung kerangka tata kelola kerja sama pembangunan internasional Indonesia, di samping kontribusi kementerian dan lembaga terkait lainnya.
Melalui lokakarya PTA dan ToC ini, para peserta diharapkan dapat memperkuat kapasitas sumber daya manusia yang terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan kerja sama teknik serta pembangunan nasional. Kegiatan yang diselenggarakan selama dua hari ini juga bertujuan meningkatkan kapasitas kementerian dan lembaga dalam memastikan tata kelola yang efektif, sekaligus membangun pemahaman bersama mengenai perumusan arahan strategis yang berkualitas tinggi.
Kepala Biro KTLN, Noviyanti, dalam sambutannya menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya lokakarya tersebut. “Tujuan kita hari ini adalah untuk belajar. Alhamdulillah, Allah Yang Maha Kuasa mempertemukan kita semua di ruangan ini untuk mempelajari hal-hal yang fundamental dalam merencanakan sebuah kegiatan yang strategis, khususnya untuk pemerintahan,” ucap Kepala Biro KTLN, Noviyanti seraya mengapresiasi penyelenggaaraan lokakarya.
Sementara itu, Health Governance Cluster Lead UNDP, Agus Soetianto, menyampaikan bahwa logika perencanaan merupakan aspek yang harus terus diasah. Menurutnya, konteks dalam penerapan PTA dan ToC akan selalu berkembang seiring perubahan teknologi, lingkungan, dan kebijakan, termasuk berbagai implikasinya.
“Melalui lokakarya ini, kita mengasah kembali logika kita. Problem Tree Analysis bukan sekadar mengidentifikasi masalah, tetapi juga solusi. Sementara Theory of Change memungkinkan kita melakukan uji kasus terhadap intervensi kerja tim,” jelas Agus.
Dalam ekosistem tata kelola yang lebih luas, kerja sama teknis internasional memegang peran penting dalam memfasilitasi pertukaran pengetahuan, alih teknologi, serta berbagi pengalaman melalui pelatihan, penempatan pakar, program bersama, dan penguatan jejaring. Oleh karena itu, penguatan kapasitas perencanaan dan implementasi menjadi kunci keberhasilan kerja sama tersebut.
Sebagai narasumber, UNDP Consultant sekaligus Expert Monitoring, Evaluation and Learning, Aang Sutrisna, membagikan pengetahuan dan keahliannya kepada para peserta melalui pembelajaran konsep, latihan penyusunan, serta diskusi penerapan PTA dan ToC dalam perencanaan kerja sama teknik luar negeri. Aang menjelaskan bahwa penggunaan PTA dan ToC diperlukan untuk merancang intervensi yang efektif, berkelanjutan, serta selaras dengan prioritas pembangunan nasional dan komitmen internasional.
Diskusi dan Pelatihan Terapan PTA dan ToC untuk Perencanaan Program
Pada hari kedua pelaksanaan lokakarya, Selasa (16/12/2025), kegiatan dilanjutkan dengan sesi diskusi dan pelatihan terapan. Dalam sesi ini, Aang mengajak peserta untuk berdiskusi serta melakukan latihan penyusunan PTA dan ToC secara berkelompok berdasarkan studi kasus riil.
Aang mengajak para peserta untuk mendiagnosa masalah, membedakan secara cermat antara penyebab (akar), masalah inti (batang), dan akibat (dampak). Setelah mengidentifikasi masalah utama, sesi dilanjutkan dengan praktik teknik Flip Analysis, yaitu membalik pohon masalah menjadi Objective Tree (Pohon Tujuan). Tahapan krusial ini menjadi fondasi untuk merumuskan ToC, di mana peserta memetakan alur logis dari aktivitas hingga pencapaian impact dan outcome, serta menguji asumsi kunci yang harus dipenuhi agar jalur perubahan dapat berjalan efektif.
"PTA mengajarkan kita untuk tidak hanya menyentuh 'gejala' di permukaan, tetapi harus menggali dan mengobati 'akar masalah' yang sebenarnya di dalam sistem. Hanya dengan perencanaan yang dimulai dari akar masalah dan dipandu oleh ToC yang jelas, memastikan program kita relevan dengan prioritas organisasi, kita bisa memastikan bahwa program yang kita rancang benar-benar on target dan memberikan kontribusi nyata terhadap prioritas pembangunan nasional," pungkas Aang.
(DEW/FID-Humas Kemensetneg)
| Kategori : |