Presiden: Arsip Nasional Adalah Memori Kolektif Sebuah Bangsa

 
bagikan berita ke :

Selasa, 01 September 2009
Di baca 684 kali

Jakarta: Arsip nasional, baik lembaga, kegiatan, maupun arsip itu sendiri, sangat penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Bagi yang awam mendengar arsip, biasanya yang dibayangkan adalah kertas yang disimpan di lemari atau di rak-rak. Sesungguhnya arsip dan pengelola arsipnya disebut arsiparis adalah profesi yang mulia.

Demikian dikatakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam sambutannya saat meresmikan Diorama Sejarah Perjalanan Bangsa di Kompleks Arsip Nasional Republik Indonesia, Jl. Ampera Raya No. 7, Cilandak Timur Jakarta Selatan, Senin (31/8) siang.

Di luar negeri, apalagi di negara-negara maju yang pandai memelihara, menyimpan, dan menggunakan arsip-arsip kesejarahannya itu telah melakukan tata kelola kearsipan yang baik. "Dengan demikian ketika bangsa dan negara itu bergerak kedepan menuju masa depan yang tidak terbatas, maka apa yang dilakukan bangsa itu dalam lintasan perjalanan kehidupannya semuanya terarsipkan dengan baik," terang SBY.

Arsip nasional dalam dimensi dan pengertiannya yang luas menurut Presiden SBY adalah merupakan memori kolektif dari sebuah bangsa atas apa yang telah dilakukan bangsa itu. "Kedua, arsip merupakan identitas, jati diri dari bangsa itu sepanjang proses peradaban dan sejarah perjalanannya. Ketiga, arsip merupakan warisan yang sangat penting, yang harus terus dipelihara. Kemudian di era modern, arsip juga merupakan bagian dari akuntabilitas, pertanggungjawaban bagaimana sebuah bangsa dan pemerintah menjalankan tugas-tugas penyelenggaraan negara dan pemerintahan dengan benar," ujar SBY. "Betapa luas pengertian dari arsip dan upaya untuk menjaga kelestarian arsip nasional seperti itu. Saya memaknai arsip dalam dimensi dan pengertiannya yang luas sebagai living memory dari sebuah bangsa," tambahnya.

Presiden SBY juga mengajak masyarakat untuk memahami untuk apa sesungguhnya kita harus memelihara dan mendayagunakan arsip. "Pertama, kita ingin kebenaran sejarah selalu tegak. Kedua, kita ingin baik masa kini maupun masa depan, studi, kajian, penelitian, penulisan baik itu sejarah maupun untuk kepentingan akademis yang lainnya itu merujuk pada sumber-sumber yang benar. Ketiga, kalau bisa kita kelola dengan baik, itu bisa menjadi bagian dari wisata sejarah, wisata warisan. Pendek kata, semua bisa kita gunakan untuk kepentingan masa kini dan masa mendatang," seru SBY.

Kedepan, Presiden SBY mengajak para penyelenggara negara, jajaran pemerintahan, ahli sejarah, budayawan, dan seluruh rakyat Indonesia untuk membangun suatu kesadaran, budaya untuk bisa memelihara warisan, dokumen, dan arsip perjalanan bangsa kita. "Mari kesadaran ini juga kita bawa di arena pendidikan. Kepada anak-anak yang tengah menempuh pendidikan, bangun nilai, cara pandang, dan kesadaran sebagai bangsa besar yang menghargai sejarahnya dan pandai memelihara semua dokumen dan arsip. Mari kita lakukan langkah-langkah mekanisme sistem, pemeliharaan dan penggunaan arsip dokumen sejarah yang benar. Gunakan teknologi yang tersedia. Dengan demikian daya tahan dan keawetan dapat kita jaga," SBY menerangkan.

"Bagi yang masih menyimpan secara pribadi arsip, dokumen yang berkaitan dengan sejarah yang terjadi di negeri ini, saya berharap dapat diserahkan kepada negara. Copinya tentu bisa dimiliki, tapi tolong sesuai dengan ketentuan undang-undang, aslinya diserahkan kepada negara," tegas SBY.




Sumber:
http://www.presidensby.info/index.php/fokus/2009/08/31/4614.html

Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
0           0           0           0           0