Presiden Jokowi Menerima Pokja Gambut UGM

 
bagikan berita ke :

Selasa, 03 November 2015
Di baca 790 kali

Rektor UGM Prof. Ir. Dwikorita Karnawati kepada pers mengatakan bahwa mereka menyampaikan penelitian tentang lahan gambut yang dilakukan sejak 1974 dan yang terakhir penelitian pada tahun 2014-2015. “Dari hasil kajian tersebut, kami sampaikan bahwa resep atau semacam paket upaya untuk mengatasi atau mencegah kebakaran atau kerusakan lahan gambut ke depan,” ucap Rektor UGM. Demikian sebagaimana Tim Komunikasi Presiden Ari Dwipayana.

 

Dalam pengelolaan lahan gambut ini, Rektor UGM menjelaskan perlunya integrasi beberapa aspek, yakni rekayasa sosial, rekayasa teknis, dan aspek politik pembangunan ekonomi dalam hal pengelolaan Hutan Tanaman Industri (HTI) ataupun perkebunan. “Dari ketiga aspek yang terintegrasi tadi perlu dibungkus dengan aspek legal, peraturan, atau bahkan mungkin penegakan peraturan, harmonisasi peraturan, perbaikan peraturan serta tata ruang,” ujar Rektor UGM.

 

Tata ruang ini perlu ditekankan bagaimana kondisi topogragfi lahan gambut tersebut guna mengontrol tata air dan juga restorasi di lahan gambut. “Dan akhirnya kita mengharapkan terwujudnya pembangunan kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan,” tutur Rektor UGM.

 

Dosen Fakultas Pertanian UGM yang juga pakar gambut, Prof. Dr. Ir. Azwar Ma'as menjelaskan, bahwa gambut itu tumbuh di rawa dan tumbuh di daerah tropis yang berasal dari sisa-sisa tanaman hutan. Kayu yang rubuh, tetapi proses penguraiannya tidak sempurna karena tergenang air. “Lama-lama menumpuk. Nah tumpukan ini yang kita kenal bahwa gambut itu punya kubah. Kubah ini mempunyai simpanan air sangat besar,” ujar Azwar.

 

Seperti saat ini, dimana tidak terjadi hujan maka kubahnya telah dicacah sehingga semuanya menjadi kering. “Apalagi el nino, itulah penyebab kebakaran karena kubahnya tidak dikonservasi,” kata Azwar.

 

Untuk menyelamatkan lahan gambut dari kebakaran, Azwar menjelaskan, bahwa satu-satunya jalan yaitu dengan mengembalikan fungsi kubahnya. Artinya lahan gambut memiliki simpanan air yang cukup untuk menghadapi musim kemarau. “Setelah kubah diselamatkan, di bawah kubah itu jangan lagi ada saluran-saluran yang langsung terhubung ke sungai,” ucap Azwar. 

 

Dosen Fakultas Kehutanan UGM Oka Karyanto mengatakan, bahwa Presiden memerintahkan untuk melakukan pemetaan detail seluruh kawasan gambut di Indonesia, bukan kedalamannya tapi topografi detail sehingga gerakan penyekatan kanal dan perbaikan restorasi air itu akan segera dilakukan dalam waktu beberapa bulan ke depan. 

 

Dari sisi teknis, masalah tata kelola air menjadi fokus perhatian dari Pokja Gambut UGM. Lahan gambut saat ini mengalami over-drainage sehingga sangat rentan terbakar.  Oleh karenanya yang harus dilakukan segera adalah restorasi kanal berbasis topografi. Dalam pembuatan kanal hendaknya diperhatikan zonasi air dengan membuat ketinggian air dalam level tertentu sehingga pengelolaan air dalam kanal sesuai dengan topografinya.

 

Sementara itu dari sisi sosial, Pokja Gambut UGM menyampaikan rekomendasi kepada Presiden untuk dibuatkan skenario rekayasa sosial. Rekayasa sosial itu intinya adalah larangan untuk membakar hutan terutama dalam pembukaan lahan baru.

 

Rekayasa sosial yang direkomendasikan oleh Pokja Gambut UGM didahului dengan melakukan pemetaan sosial budaya sehingga sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat setempat. Karena beberapa komunitas dalam masyarakat Indonesia  memiliki tradisi nomaden dan berladang berpindah. Jika konsep rekayasa sosial yang ditawarkan adalah mengajak hidup menetap dalam permukiman maka hal itu harus diikuti oleh akses dan kontrol sumberdaya produktif. Hal itu harus dilakukan bersamaan karena tanpa akses pada sumberdaya produktif maka proses penyediaan pemukiman tidak akan efektif.

 

Pokja UGM juga merekomendasikan agar kebijakan ekonomi yang ditetapkan di lahan gambut adalah yang berbasis agribisnis. Lahan gambut sebaiknya dimanfaatkan hanya untuk jenis tanaman yang adaptif terhadap lahan gambut. Sedangkan untuk zona konservasi yang direstorasi dipilihkan tanaman yang adaptif seperti sagu, rotan, dan tanaman hutan rawa.

 

Dalam pertemuan itu, Presiden juga mengharapkan agar masyarakat kecil diberi kesempatan untuk mengelola gambut dengan baik seperti di Riau, Papua, dan Kalimantan Tengah. “Untuk diberi ruang gerak sebagai model bahwa dengan pengelolaan tanpa pengeringan kanalisasi dengan komoditas-komoditas yang tidak kalah berharganya dengan sawit dan HTI,” ujar Oka.

 

Selain itu, Presiden juga meminta agar bencana asap yang terjadi di Papua dipikirkan secara serius, karena dampak bencana asap di Papua akan membuat beberapa lokasi terpencil sulit dijangkau pesawat. “Suplai logistik bisa terhenti,” ucap Azwar.

 

Turut mendampingi Presiden dalam pertemuan ini, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya serta Basuki  Hadimuljo Menteri PU dan Perumahan Rakyat. (Humas Kemensetneg)

 

 

Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
0           0           0           0           0