Presiden Prabowo Subianto menegaskan bahwa tujuan utama pendirian Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah untuk mewujudkan kesejahteraan seluruh rakyat. Hal tersebut disampaikan Kepala Negara dalam sambutannya pada acara Akad Massal 50.030 Unit Kredit Perumahan Rakyat (KPR) Sejahtera Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) dan Serah Terima Kunci Tahun 2025 yang digelar secara hybrid di Perumahan Pondok Banten Indah, Kota Serang, Provinsi Banten, Sabtu (20/12/2025).
Presiden mengajak seluruh elemen bangsa untuk mensyukuri perjalanan Indonesia yang telah mampu bersatu selama 80 tahun kemerdekaan. Kepala Negara mengingatkan bahwa kemerdekaan Indonesia diraih melalui perjuangan panjang dan penuh tantangan, termasuk perang kemerdekaan yang melibatkan berbagai kekuatan dan kepentingan di dalam negeri maupun asing.
“Begitu kita proklamasikan kemerdekaan, kita hadapi perang, perang yang di kita, perang kemerdekaan di kita itu khas karena yang berperang itu tidak dua pihak. Waktu kita menyatakan proklamasi ada pihak Jepang masih di sini, kemudian Inggris datang, habis itu Belanda kembali, ada juga yang berideologi komunis bikin laskar, ada yang berideologi negara agama bikin laskar, baru Republik Indonesia,” ujar Presiden Prabowo.
Menurut Kepala Negara, keberhasilan bangsa Indonesia bertahan dan tetap utuh tidak terlepas dari kepemimpinan para pendiri bangsa yang mampu menyatukan berbagai kelompok dalam semangat persatuan. Meski demikian, tantangan terhadap kedaulatan bangsa terus berlangsung, termasuk berbagai upaya intervensi dan gerakan separatis setelah pengakuan kedaulatan.
“Bersyukur akibat pemimpin-pemimpin kita yang handal waktu itu masih muda. Dari berbagai kelompok Kita bisa bersatu, kita bisa atasi. Kita baru selesai merebut kedaulatan diganggu terus, diintervensi. Ini bukan sekarang, ini sejarah,” ujar Kepala Negara.
Presiden juga menegaskan bahwa Indonesia merupakan negara besar dan kaya yang tidak memiliki niat untuk mengganggu bangsa lain. Namun, karena potensi dan kekuatannya, Indonesia kerap menghadapi berbagai gangguan dari luar. Dalam konteks inilah, Presiden menekankan kembali esensi bernegara yang harus selalu berpihak pada rakyat.
“Tujuan kita merdeka adalah rakyat sejahtera. Setelah 80 tahun kita harus bertanya apa rakyat kita sudah sejahtera? Masih banyak rakyat kita yang hidup dalam keadaan yang belum bisa kita katakan sejahtera,” imbuh Kepala Negara.
Melalui berbagai program strategis, termasuk penyediaan hunian layak bagi masyarakat berpenghasilan rendah, Presiden menegaskan komitmen pemerintah untuk terus menghadirkan keadilan sosial dan meningkatkan kualitas hidup rakyat sebagai tujuan utama kemerdekaan. (BPMI Setpres)