Presiden SBY: Komunitas Negara Islam Harus Percaya Diri

 
bagikan berita ke :

Rabu, 30 Mei 2007
Di baca 1144 kali

Presiden perlu melakukan press briefing untuk sekali agi menjelaskan maksud dan tujuannya datang ke Kuala Lumpur. Selain untuk menghadiri World Islamic Economic Forum (WIEF) ke-3, Presiden juga melaksanakan berbagai kegiatan untuk meningkatkan kerjasama bilateral Indonesia-Malaysia.

Dalam kesempatan ini, Presiden SBY mengangkat sekali lagi hal-hal penting yang disampaikan olehnya pada pidato kunci khusus WIEF ke-3. Di dalam pidato tersebut, SBY menekankan kepada seluruh komunitas negara-negara Islam untuk membangun rasa percaya diri, semangat yang disertai dengan kemitraan yang lebih kokoh agar sebagai individu maupun kolektif, bisa meningkatkan kemajuan dan pembangunan yang berguna bagi rakyat di masing-masing negara. "Sesunggunya SDM atau potensi dari negara-negara yang tergabung di dalam OKI sangatlah besar apabila didayagunakan dengan baik," kata Presiden.

SBY juga mengatakan bahwa saat ini banyak sekali isu dan permasalahan yang dihadapi bersama pada tingkat global. Oleh karena itu semuanya harus menjadi bagian dari suatu solusi, dan bukan menjadi bagian dari masalah. "Kerja sama perlu ditingkatkan untuk kepentingan sebesar-besarnya bagi kita," ujarnya. Presiden memiliki harapan yang sangat besar agar WIEF penuh dengan tactical cooperations. "Kerja sama kita tidak hanya pada tingkat forum saja, namun sampai kepada tingkat lapangan," SBY menambahkan.

Menyangkut kerja sama bilateral dengan Malaysia, Presiden SBY menjelaskan bahwa ia telah melaksanakan pertemuan dengan PM Malaysia Dato’ Seri Abdullah Badawi pada Senin (28/5) malam. Kerjasama kedua negara berkembang secara positif. "Sebagai contoh, di bidang perdagangan dan investasi, kemajuannya juga cukup baik. Tahun 2001 nilai investasi mencapai 2,6 miliar dolar AS, sedangkan pada tahun 2006 naik menjadi 7,3 miliar dolar AS. Dalam hal investasi, Malaysia adalah investor terbesar negara dengan total 2,2 miliar dolar AS," paparnya.

Dengan PM Malaysia, Presiden juga membahas mengenai tenaga kerja Indonesia yang jumlahnya sudah mencapai 1,2 juta orang. SBY dan Badawi bersepakat untuk melakukan kerja sama yang baik dan saling mendukung di dalam bidang tenaga kerja. "Pihak Kedutaan besar akan terus melakukan pemrosesan administrasi, termasuk perlindungan hukum tenaga kerja kita. Sementara tenaga kerja kita juga harus mengikuti hukum dan peraturan di negeri ini," Presiden menjelaskan.

Kedua pemimpin juga membahas keinginan Indonesia untuk memperluas tempat pelayanan tenaga kerja, dikarenakan fasilitas dan tempat yang lama sudah tidak memadai. Menyangkut hal tersebut, SBY mengatakan bahwa pemerintah Malaysia sangat mendukung keinginan pemerintah Indonesia dalam hal tersebut.

Pada kesempatan ini SBY mengatakan keprihatinannya terhadap warga Indonesia yang terlibat dalam tindak kejahatan di Malaysia. Kepada PM Malaysia, SBY meminta agar Mandatory Consuler Notification dapat dilakukan sehingga Kedubes dan Konsulat Jenderal mendapatkan informasi mengenai WNI yang melakukan tindak kejahatan. "Hal tersebut dilakukan agar semuanya mendapatkan bantuan dan proses hukum yang adil," kata Presiden kepada para wartawan.

Selain itu, Presiden juga membahas tentang kelanjutan kerjasama untuk memberikan fasilitas pendidikan kepada TKI di Malaysia, terutama yang berada di daerah perkebunan Sabah. Tak hanya itu, Presiden juga menyinggung tentang manfaat dari pembangunan Join Commission on Palm Oil. Hal tersebut dilakukan karena Malaysia dan Indonesia merupakan produsen kelapa sawit dengan jumlah 85 persen dari total produksi dunia. "Oleh karena itu, kita perlu membahas mengenai pelaksanaan kerja sama di bidang promosi dan kerja sama dalam menghadapi gerakan anti kelapa sawit," kata SBY.

Dalam pertemuan tersebut, PM Malaysia menyampaikan mengenai pembangunan Special Economic Zone serta Extradition Treaty. SBY juga menjelaskan supaya tidak terjadi kekeliruan persepsi mengenai Defense Cooperation Agreement (DCA).

Usai memberikan press briefing, Presiden SBY beserta rombongan langsung menuju Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Kuala Lumput untuk melakukan peninjauan. Turut hadir dalam rombongan, antara lain, Menko Perekonomian Boediono, Menakertrans Erman Soeparno, Menhu dan kHAM Andi Mattalata, Menlu Hassan Wirajuda, Mendag Mari Elka Pangestu, Seskab Sudi Silalahi, dua anggota Wantimpres Ali Alatas dan Syahrir serta dua Jubir Presiden Dino Patti Djalal dan Andi A. Mallarangeng.

 

Sumber:
http://www.presidensby.info/index.php/fokus/2007/05/29/1885.html

Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
0           0           0           0           0