Presiden SBY Peduli Kearsipan Nasional

 
bagikan berita ke :

Senin, 31 Agustus 2009
Di baca 843 kali


“Presiden SBY sangat memberikan perhatian tentang kearsipan ini. Menata dan mengelola negara dengan baik juga termasuk dalam menata kearsipan, menata dan menyimpannya dengan baik sehingga menjadi pembelajaran ke depan serta menjadi landasan untuk membangun peradaban bagi generasi bangsa ke depan,” kata Juru Bicara Presiden, Andi A Mallarangeng, usai mendampingi Presiden SBY.

Kepada Presiden, Djoko menjelaskan bagaimana dan apa saja yang telah dilakukan Arsip Nasional saat ini dan ruang lingkupnya. Beberapa hal-hal penting juga sempat ditanyakan Presiden, seperti tentang Supersemar dan Palagan Ambarawa. "Presiden juga meminta agar Arsip Nasional bekerjasama dengan Setneg dan Setkab untuk memelihara, mengumpulkan, dan menyimpan arsip-arsip yang berkaitan dengan Kepresidenan dari masa ke masa,” ujar Andi,

Presiden SBY terus memberikan dorongan kepada Arsip Nasional agar terus mengembangkan kegiatan-kegiatan pengumpulan berbagai macam arsip yang ada di pemerintahan mulai dari jaman pra kemerdekaan sampai sekarang. “Termasuk tentang pemilihan umum dan sebagainya. Presiden juga berkenan untuk meresmikan Diorama Sejarah Perjalanan Bangsa tanggal 31 Agustus 2009 nanti di Gedung ANRI,” Andi menjelaskan.

Sementara itu Djoko Utomo mengatakan, Arsip Nasional mengelola arsip dengan baik dan memberikan akses seluas-luasnya kepada publik. “Jangan sampai para peneliti pergi ke luar negeri untuk meneliti. Contohnya ternyata arsip mengenai VOC itu yang ada di Indonesia adalah yang terbesar di dunia, yaitu 2,5 km. Sementara di Belanda 1,3 km, Afrika Selatan 600 meter, Srilanka 400 meter, dan India 60 meter. Arsip Nasional juga bekerjasama dengan negara-negara lain seperti Belanda, Australia, Singapura, Yaman dalam rangka menarik arsip yang dulu diberkaskan di Indonesia dan sekarang ada di luar negeri serta mengkopi arsip-arsip tentang Indonesia yang ada di luar negeri,” ujar Djoko,

Djoko menegaskan, Arsip Nasional memiliki komitmen untuk memberikan akses seluas-luasnya kepada anak bangsa untuk kemaslahatannya. "Tidak ada pembatasan pengaksesan arsip, kecuali memang itu rahasia,” Djoko menambahkan.

Dalam pertemuan tersebut Presiden SBY sempat menanyakan tentang arsip Supersemar. “Yang asli memang belum ketemu, tetapi memang ada. Mudah-mudahan ini seperti teks Proklamasi. Teks Proklamasi ada dua, satu yang ditulis tangan dan ditandatangani yang baru diserahkan kepada negara tahun 1992. Sedangkan teks Proklamasi yang diketik Sayuti Melik yang dibaca setiap tanggal 17 Agustus diserahkan kepada negara tahun 1960. Mudah-mudahan yang ini juga seperti itu,” terang Djoko.




Sumber:
http://www.presidensby.info/index.php/fokus/2009/08/28/4609.html

Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
0           0           0           0           0