Presidential Lecture Presiden RI pada Indonesian Young Leaders Forum, di Jakarta, Tgl 18 April 2013

 
bagikan berita ke :

Kamis, 18 April 2013
Di baca 788 kali

PRESIDENTIAL LECTURE

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PADA

    INDONESIAN YOUNG LEADERS FORUM

DI RITZ CARLTON, JAKARTA

TANGGAL 18 APRIL 2013

 

 

Bismillaahirrahmaanirrahiim,

 

Assalaamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh,

 

Salam sejahtera untuk kita semua,

 

Para Tamu Undangan yang saya hormati, Pimpinan dan segenap Keluarga Besar HIPMI yang saya cintai,

 

Alhamdulillaah, hari ini kita dapat kembali menyelenggarakan acara yang sangat penting, Indonesian Young Leaders Forum. Saya dengan terlebih dahulu memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada HIPMI, atas prakarsanya untuk menggelar acara seperti ini. Ini menunjukkan bahwa HIPMI peduli pada masalah-masalah strategis yang dihadapi oleh bangsanya. Dan, yang tidak kalah pentingnya, ini juga apresiasi saya kepada HIPMI, HIPMI bukan hanya mengintip atau menjemput masa depan semata, tetapi sesungguhnya ingin membangun dalam arti shaping and creating our future. Ini karakter manusia yang maju, tidak hanya mengikuti saja dinamika dan perkembangan zaman, tetapi ingin berbuat to do something, agar masa depan itu berjalan sebagaimana yang kita harapkan.

 

Saya ingin menambahkan satu hal, sebelum melanjutkan pidato kunci saya ini. Kepada Bung Okto, acara-acara yang bagus seperti ini di waktu yang datang agar mengundang para calon presiden. Betul, niat kita baik, kalau beliau-beliau hadir, bisa ikut memikirkan bersama keadaan negara kita. Dan, jika insya Allah salah satu dari beliau akan memimpin negara kita, mulai akhir tahun depan dan ke depannya lagi, maka kebijakan, strategi, dan program-programnya akan jauh lebih tepat, karena beliau juga mendengar apa yang dirasakan oleh rakyat, utamanya oleh para pengusaha muda.

Menurut Majalah Indonesia 2014, ada 36 calon presiden. Oleh karena itu, bagus kalau diundang beliau-beliau, sekali lagi, dengan niat dan tujuan yang baik. Mungkin jumlahnya bertambah, sekarang saya belum tahu, belum mengikuti lagi.

 

Saudara-saudara,

 

Tema dari acara ini, sudah disampaikan tadi oleh Bung Okto, adalah upaya bersama kita untuk menjaga stabilitas nasional agar dengan stabilitas itu, bangsa ini sungguh siap untuk memasuki era baru dalam kerja sama kawasan, yaitu diberlakukannya ASEAN Economic Community, mulai akhir tahun 2015 mendatang.

 

Saya senang dengan tema ini, dan tadi pimpinan HIPMI juga sudah menjelaskan mengapa stabilitas penting. Sekaligus, mengapa kesiapan Indonesia dalam memasuki era ASEAN Economic Community juga sangat penting. Barangkali HIPMI memikirkan bahwa tahun ini dan tahun depan akan menjadi tahun politik, tahun Pemilu yang hampir pasti suhu politik akan meningkat, bahkan memanas. Sementara itu, kita semua tahu, dua tahun terakhir ini, tahun 2013 dan tahun 2014 adalah dua tahun terakhir sebelum kita memasuki era ASEAN Economic Community. Oleh karena itu, saya sungguh senang, tulus, dan mengucapkan penghargaan yang tinggi, bahwa HIPMI mengajak seluruh rakyat Indonesia, mengajak segenap komponen bangsa untuk benar-benar mengerti, menyadari, dan peduli, bahwa 2015 perekonomian global akan berubah secara signifikan. Dan, tentu agar Indonesia menjadi bangsa yang beruntung dan menang dalam kompetisi regional maupun global, maka satu-satunya opsi adalah kita harus siap untuk menghadapi era baru itu.

 

Saudara-saudara,

 

Sebelum saya melihat langsung, seperti apa sebenarnya gambaran kita untuk memasuki Asian Economic Community tahun 2015, dan juga kemudian nanti mengapa stabilitas penting untuk kita jaga dan pertahankan. Saya mengajak Saudara untuk melihat terlebih dahulu, yang disebut dengan regional and global economic landscape, atau big picture tentang perekonomian dunia saat ini, tentunya termasuk perekonomian kita dan perekonomian kawasan.

 

Namun, sebelum kita memotret keadaan perekonomian dunia, kawasan, dan nasional ini, saya ingin berbagi dengan Saudara-saudara. Saat ini banyak pikiran dari negara-negara sahabat, utamanya negara-negara Eropa dan kemudian diwujudkan dalam satu policy, yang disebut dengan Go East Policy. Sebagian bahkan menjadi go to Indonesia policy, riil. Contoh, setiap tahun saya menerima kunjungan tamu-tamu negara, apakah Presiden, Perdana Menteri, dan jabatan yang setingkat yang jumlahnya kian meningkat. Dan hampir pasti dalam pembicaraan saya dengan para pimpinan negara-negara sahabat itu adalah ingin benar kerja sama perekonomian antara negara itu dengan Indonesia betul-betul ditingkatkan, baik perdagangan maupun investasi. Itu riil, itu nyata.

 

Yang kedua, menyangkut peran ASEAN di dunia, dan peran Indonesia di ASEAN. Tamu-tamu kita juga memahami bahwa ketika banyak kawasan di dunia yang mengalami resesi perekonomian, mereka berharap, mereka memandang bahwa ASEAN dan Asia Timur itu menjadi jangkar, menjadi zone of growth dalam perekonomian global. Dan mereka tahu, memang beda antara ASEAN dengan Uni Eropa.

 

Dua tahun yang lalu saya berbincang-bincang dengan Kanselir Jerman, Ibu Angela Merkel. Kami berbicang-bincang di Cannes, di Perancis, pada saat menghadiri pertemuan puncak G-20. Waktu itu Saudara ingat, Eropa sedang susah, pengambilan keputusan tidak mudah, karena situasi di Eurozone pada khususnya, dan Uni Eropa pada umumnya. Sampailah dialog kami dengan Angela Merkel, yang bunyinya kira-kira begini, "ASEAN saya kira lebih mudah untuk mengambil keputusan, tetapi kami ternyata harus memiliki, melalui proses yang panjang, mengajak bicara semua parlemen, negara-negara anggota Uni Eropa, utamanya Eurozone". Dan  itulah yang menginspirasi kita semua dalam semua pertemuan puncak ASEAN, saya mengatakan bahwa kalau ada pikiran ASEAN harus menjadi negara Uni Eropa, tolong dipikirkan hati-hati.

 

Kalau saya pribadi, lebih menyukai ASEAN seperti ini, tapi dalam bentuk community, the community of ASEAN, daripada sebagai union. Jadi I prefer to have ASEAN community dibandingkan ASEAN Union, sepanjang ASEAN yang tadinya menjadi loose assosiation, sekarang menjadi more structured, kemudian more rules-based, dan kemudian ada policy coordination yang lebih baik. Dan kita punya tradisi the ASEAN way. Oleh karena itu, dialog singkat saya dengan Angela Merkel ini membuka sesuatu yang penting bagi masa depan ASEAN. Mari kita pertahankan karakter dan jalan yang ditempuh ASEAN seperti sekarang ini, sepanjang makin ke depan memberikan keuntungan bagi seluruh anggota ASEAN.

 

Ini saya sampaikan, karena para pengusaha muda, Saudara akan memimpin perekonomian di negeri ini. Saudara akan aktif dalam mengembangkan ASEAN di tahun-tahun mendatang, maka saya menyampaikan struktur ASEAN seperti apa yang kita kehendaki untuk tidak begitu saja mencontoh model lain sebagaimana yang saya ceritakan tadi.

 

Hadirin yang saya hormati,

 

Keluarga Besar HIPMI yang saya cintai,

 

Saudara juga mengetahui, standing Indonesia sekarang ini tidak perlu saya jelaskan kembali. Baik standing ekonomi kita di ASEAN, maupun di dunia. Saudara juga tahu, peran Indonesia di kawasan, baik dalam konteks ASEAN, maupun dalam konteks Asia Timur. Baik peran itu di bidang ekonomi, di bidang politik dan keamanan, maupun di bidang people to people contacts, di antara Indonesia dengan negara-negara sahabat.

 

Terus terang, Saudara juga mengetahui, terutama yang sering mendampingi saya. Ada harapan teman-teman, baik di kawasan ASEAN maupun di luar ASEAN, agar Indonesia tetap dan semakin berperan di kawasan ini. Baik itu untuk memastikan ekonomi terus tumbuh, maupun juga untuk menjaga stabilitas dan keamanan di kawasan kita.

 

Itu pengantar untuk masuk kepada global economic landscape, seperti apa yang sedang kita hadapi. Lantas ASEAN hendak ke mana? Termasuk ASEAN community, serta apa yang bisa dilakukan Indonesia ke depan nanti?

 

Saudara-saudara,

 

Semua tahu, bahwa resesi ekonomi global masih belum berakhir, masih terjadi, terutama di kawasan Eropa. Semua juga tahu, di tengah-tengah kelesuan pertumbuhan ekonomi global seperti ini, alhamdulillaah dengan pertolongan Tuhan, ekonomi di Asia Timur, termasuk di Asia Tenggara, tetap terjaga. Dan bahkan, beberapa negara mengalami pertumbuhan yang tinggi. Contoh, sesama anggota G-20, maka pertumbuhan tertinggi nomor satu dan nomor dua, ada di kawasan Asia Timur, Tiongkok dan Indonesia sendiri.

 

Ekonomi kita, Saudara sudah tahu, apa yang telah dapat kita lakukan dan apa yang belum bisa kita lakukan. Oleh karena itu Saudara-saudara, melihat kembali economic landscape pada tingkat global, maka ada satu tugas besar, bagaimanapun ekonomi ASEAN harus kita jaga pertumbuhannya, dan sekaligus ekonomi kita sendiri.

 

Bicara ekonomi Indonesia, tahun ini dan tahun-tahun mendatang, termasuk berbicara perekonomian di kawasan ASEAN dan Asia Timur, maka selalu kita melihat dua dimensi yang penting, tantangan dan peluang. Mari kita lihat satu demi satu. Peluang dan tantangan dibentuknya ASEAN Economic community, yang akan dimulai pada akhir 2015, adalah bagaimana kita menjaga dalam situasi perekonomian dunia seperti ini, agar ekonomi kawasan tetap tumbuh. Dan, not only grow, tetapi juga harus resilient, harus memiliki daya tahan yang tinggi.

 

Insya Allah pada akhir tahun ini akan ada pertemuan APEC di Bali. Indonesia menjadi host, menjadi tuan rumah sebelumnya di Vladivostok, Rusia, sebelumnya di Honolulu, di Amerika Serikat, dan setelah Indonesia nanti, pertemuan APEC dilaksanakan di Beijing, Tiongkok. Nah, khusus di Indonesia, di Bali nanti, tema kita adalah, sebagaimana yang saya sampaikan tadi, bagaimana ekonomi APEC ini tetap tumbuh, tetapi juga memiliki resilient yang makin baik.

 

Yang kedua, juga yang menjadi tantangan kita, bagaimana mengintegrasikan ASEAN dengan seluruh ekonomi di Asia Timur, terutama Tiongkok, Jepang, Korea Selatan, bahkan termasuk India dan juga di tingkat APEC. Saudara tahu, kalau kita bicara topik utama kita ASEAN Economic community, itu ada empat pilar penting. Kalau ingat empat pilar, ingat Pak Taufik Kiemas, beliau. Tapi kalau empat pilar kita, saya ingin mengingatkan dan ingin mengajak rakyat Indonesia untuk betul-betul, bukan hanya memahami tapi juga menjalankan. Pak Taufik ada di sini, Pancasila, NKRI, Undang-Undang Dasar 1945, dan Bhinneka Tunggal Ika. Itulah Indonesia kita, masa kini dan masa depan.

 

Sedangkan empat pilar yang saya maksudkan dalam ASEAN Economic community ini adalah, 2015 ke depan nanti, kawasan kita menjadi single market, dan production base. Ingat, Pasar Tunggal dan Basis Produksi. Kita juga ingin menjadi highly-competitive economic region. Jadi, kawasan kita harus menjadi kawasan yang secara ekonomi, berdaya saing. Juga pilar yang ketiga sangat penting, karena tingkat kemajuan negara-negara ASEAN tidak sama, diperlukan juga yang disebut dengan equitable economic development. Gap, diharapkan tidak terlalu menganga di antara sesama negara ASEAN. Itu pilar yang ketiga.

 

Sedangkan pilar yang ke empat adalah, kita ingin ASEAN ini juga mengintegrasikan ekonominya dengan ekonomi global. Jadi, we will fully integrate our economy into perekonomian dunia. Itulah empat pilar, itulah yang harus ada mulai tanggal 31 Desember tahun 2015 mendatang. Pertanyaannya adalah apakah ASEAN siap? Dan apakah Indonesia siap? Itu, nanti akan kita jawab bersama-sama di akhir pidato kunci saya ini.

 

Mari kita lihat negeri kita sendiri. Peluang dan tantangan apa yang kita hadapi? Kalau kita bicara peluang, alhamdulillaah sekali lagi, Indonesia sekarang ini tergolong sebagai ekonomi yang memiliki pertumbuhan tinggi. Saudara juga pernah mendengar, menurut sebuah studi, makin ke depan ada prospek yang makin baik menyangkut perekonomian kita. Contohnya consuming class, middle class, yang tahun lalu itu jumlahnya baru mencapai 45 juta, meskipun jumlah yang tidak sedikit dibandingkan penduduk Malaysia, penduduk Singapura misalnya. Dan sebelum tahun 2030, the consuming class itu akan meningkat menjadi 135 juta, bagi dunia usaha, that opportunity.

 

Kemudian, peluang investasi tahun yang lalu dihitung itu hanya sekitar setengah trilyun dolar Amerika Serikat. Sebelum tahun 2030 akan meningkat menjadi 1,8 trilyun dolar Amerika Serikat, that is also opportunity bagi dunia usaha, bagi Saudara-saudara semua. Sementara kita punya modal dasar, ada yang bilang, ada lima modal dasar penting, yaitu sumber daya manusia, sumber daya alam, pengalaman Indonesia dalam mengatasi krisis lama ini, hubungan luar negeri kita yang terjalin baik, dan letak strategis Indonesia. Tentu saja capital atau modal ini bisa kita tambah lagi. Itu peluang, itu our strength, our potential, dan opportunity.

 

Nah sekarang tentu, sebagaimana pula yang dialami oleh negara lain, ada tantangan yang harus kita jawab bersama, yang harus kita atasi bersama. Saya punya buku tulis, punya daftar untuk menyadarkan bahwa meskipun alhamdulillaah ekonomi kita tumbuh baik, peluang kita besar, tetapi tantangannya juga tidak sedikit. Pertama sumber daya manusia, benar ada demographic dividend, ada young workforce. Tetapi kalau tingkat pendidikannya tidak kita naikkan lima, sepuluh tahun mendatang, maka sayang sekali, kita punya human resources yang tidak berkontribusi pada kemajuan dan pengembangan ekonomi kita.

 

Sumber daya alam, kalau kita tidak mengubahnya menjadi industri dan yang punya nilai tambah tinggi, juga sayang. Tidak semua negara punya sumber daya alam seperti kita. Mari kita pastikan lima, sepuluh tahun mendatang nanti itu menjadi industri dan dengan nilai tambah yang tinggi. Logistik nasional sekarang di sana-sini masih terasa mahal, belum efisien. Mari terus kita perbaiki, lima, sepuluh tahun mendatang agar kita memiliki sistem logistik nasional yang lebih efisien.

 

Infrastruktur dan konektivitas, ini juga work in progress. Banyak yang harus kita bangun di tahun-tahun mendatang. Iklim bisnis dan perizinan sebagian besar bagus, bahkan bagus sekali, sebagian masih belum bagus, tidak boleh terjadi. Inilah yang mengurangi daya saing kita, karena iklim investasi, iklim bisnis, termasuk yang di daerah-daerah itu semuanya belum bagus. Masih ada juga ekses desentralisasi dan otonomi daerah, harus kita rampungkan, harus kita tata, jangan sampai ada opportunity terkunci di daerah-daerah tertentu, karena ada ekses dan pelaksanaan good governance yang tidak baik. Perbankan kita dinilai masih kalah efisien dengan perbankan negara-negara ASEAN. Ini harus menjadi perhatian kita.

 

Dan yang terakhir, masalah daya saing nasional, ini harus menjadi tugas bersama. Bukan hanya pemerintah, perusahaan-perusahaan juga harus memiliki daya saingnya. Saya sudah pernah mengatakan, pilihannya ada dua, mau jadi macan kandang atau mau jadi macan Asia. Kalau mau jadi macan Asia, sekaranglah saatnya kita berbenah diri, bersatu antara pemerintah dengan dunia usaha, untuk meningkatkan daya saing itu. Saya sudah menyampaikan, ada peluang, ada tantangan untuk kita.

 

Saya kira di ruangan ini tidak ada yang tidak setuju bahwa kita jaga dan kembangkan peluang itu, kemudian kita atasi masalah-masalah yang masih ada, sehingga kita akan berhasil dan menang dalam percaturan perekonomian di kawasan kita.

 

Saudara-saudara,

 

Dari semuanya itu, akhirnya what's to be done, apa yang harus kita lakukan. Kebijakannya seperti apa, strateginya seperti apa, kemudian juga langkah-langkahnya seperti apa. Di sini, saya ingin menggarisbawahi kembali yah saya senang dengan pandangan Bayu dan Okto tadi, adik-adik saya, bahwa mau tidak mau, suka atau tidak suka, Indonesia harus siap. Mari kita siapkan daya saing, supaya kita tidak kalah dan tidak tertinggal ketika kawasan ini sudah menjadi kawasan ekonomi. Termasuk kesiapan infrastruktur, baik fisik maupun non fisik, debottlenecking yang masih ada di banyak tempat, di kementerian-kementerian tertentu, di daerah-daerah tertentu, provinsi, kabupaten, dan kota, mari kita hentikan. Birokrasi yang suka menghambat, sudah saatnya dihentikan.

 

Dalam era demokrasi, dalam era social media, termasuk media konvensional, kalau memang ada satu simpul yang benar-benar menghambat, bunyikan saja, supaya masyarakat tahu di mana simpul yang paling menghambat itu. Kadang-kadang hukuman sosial itu lebih efektif dibandingkan hukuman yang lain. Ini sudah era digital, sudah transparan apa yang terjadi di negeri kita ini 24 jam. Kemudian perlu ada kesiapan mental dan mindset kita, termasuk mentalitas dan mindset dunia usaha, bahwa kita harus betul-betul mengejar, mengejar, dan mengejar agar 2015 nanti kita betul-betul siap. Dan, ini juga penting, janganlah kita hanya melihat segala sesuatunya sebagai ancaman, tapi lihatlah juga sebagai peluang.

 

Dalam waktu dekat, saya sudah berdiskusi dengan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, kita akan membentuk Komite Nasional, khusus untuk bekerja selama dua setengah tahun ini, mempersiapkan Indonesia agar siap ketika ASEAN Economic Community diberlakukan. Ini sangat penting. siapa yang ada di situ, pemerintah, baik pusat maupun daerah. Penting, para menteri di situ, para gubernur di situ, dunia usaha di situ, ekonom. Ekonom dan pengamat memang memiliki pandangan yang kritis, bagus gitu, tapi setelah itu duduk bersama. Mari kita memecahkan masalah secara bersama, supaya pahalanya lebih tinggi lagi. Masyarakat juga harus mendukung upaya kita semampu kita, karenanya terhadap komite, terhadap upaya kita untuk mempersiapkan diri menuju ASEAN Economic Community tadi.

 

Saudara-saudara,

 

Saya senang dengan pandangan anak muda Bung Okto tadi, ini para politisi, teman-teman saya banyak yang hadir di sini. Ketika kepentingan nasional memanggil kita, maka kepentingan yang lain harus dinomorduakan, loyalty to my party ends when loyalty to my country begins. Kepentingan-kepentingan partai politik harus diletakkan di bawah kepentingan bangsa, kepentingan nasional. Ini berlaku bagi saya dan teman-teman saya yang ada di ruangan ini, maupun yang tidak ada di ruangan ini.

 

Saudara-saudara,

 

Itulah ekonomi masa depan, itulah masa depan ekonomi ASEAN, masa depan ekonomi Indonesia. Nah, sekarang mengapa kita harus bicara stabilitas. Meskipun secara implisit sudah saya jelaskan, mengapa stabilitas penting. Begini Saudara-saudara, jika politik tidak stabil tahun ini, tahun depan, tahun depannya lagi, maka perangkat perundang-undangan yang harus kita siapkan agar ASEAN Economic Community nanti bisa kita masuki dengan selamat dan menang, itu bisa terhambat, karena politik, baik undang-undang maupun peraturan yang lain, melibatkan eksekutif, legislatif, dan lembaga-lembaga lain. Mari kita selesaikan itu, dan jangan sampai terhambat gara-gara politik yang tidak stabil. Kalau politik tidak stabil, dunia bisnis juga akan terganggu. Kalau terganggu, bagaimana mau siap untuk memasuki ASEAN Economic Community yang tinggal dua setengah tahun lagi. Kalau politik tidak stabil, energi pemerintah juga terkuras untuk mengatasi urusan instabilitas politik itu, padahal bisa kita gunakan untuk kepentingan yang lain, termasuk mempersiapkan diri kita menghadapi ASEAN Economic Community.

 

Dan akhirnya, yang harus kita cegah, kalau ini terjadi, Indonesia bisa tertinggal dengan teman-teman kita, ditinggal oleh Singapura, oleh Malaysia, oleh Thailand, oleh Myanmar, oleh Laos, oleh Viet  Nam, oleh Kamboja, oleh Brunei, tertinggal kita. Belum Forum East Asia Summit. Oleh karena itu, mari, meskipun di tahun-tahun politik, jangan kita kehilangan momentum, dan kehilangan peluang yang besar.

 

Nah, sekarang pertanyaan kedua, siapa yang bisa menjaga stabilitas politik itu? Siapa yang harus menjaga stabilitas politik itu? Tentu bukan hanya pemerintah. Kalau negara menerapkan sistem otoritarian, memang pemerintah memiliki peran sentral. Tapi kalau negara itu menganut sistem demokrasi seperti negara kita ini, maka pemerintah bukan satu-satunya actor, bukan satu-satunya player untuk menjaga stabilitas politik. Di sini akan berperan para elit politik dan tokoh masyarakat, juga LSM dan pers. Pers itu sangat menentukan di dalam menjaga stabilitas sosial, stabilitas politik, maupun stabilitas keamanan, dan juga masyarakat luas. Kalau dikit-dikit terjadi benturan, kekerasan horizontal, berarti masyarakat luas yang dipimpin oleh tokoh-tokoh masyarakatnya juga tidak pandai untuk menjaga stabilitas ini. Pendek kata, kalau kita sadar bahwa stabilitas nasional harus kita jaga, semua harus berperan serta.

Saat ini memang dunia memandang negara kita ini sebagai negara yang demokratis, negara yang politiknya dinilai stabil, dan juga keamanan dalam negeri kita dipandang terjaga dengan baik. Tetapi, tetapi, not to be taken for granted, jangan dianggap segalanya akan baik-baik saja. Kita sendiri belum puas, masih ada konflik horizontal, masih ada saja goncangan sosial. Politik kadang-kadang, tiba-tiba situasinya memanas tanpa sesuatu yang sebenarnya membikin politik itu bisa seperti itu, artinya we must do more. Kita harus bekerja lebih keras lagi, untuk betul-betul menjaga demokrasi kita, politik kita, dan juga keamanan di seluruh wilayah Tanah Air.

 

Masih ada kasus-kasus yang sebenarnya tidak perlu terjadi. Gara-gara Pilkada, harus bakar-membakar, serang-menyerang. Ini berarti kesadaran elit politik kita belum tinggi. Mengorbankan begitu saja masyarakat, infrastruktur, yang mestinya tidak boleh terjadi. Apalagi kalau ingat anjuran adik-adik kita tadi, bahwa politisi jangan hanya memikirkan politik semata, pikirkanlah yang lain-lain, termasuk ekonomi dan ketentraman masyarakat kita.

 

Akhirnya, akhirnya, saya ingin menyampaikan pesan, ajakan, dan harapan kepada generasi muda, kepada pengusaha muda, dan khususnya kepada HIPMI. Satu, don't fight the problems, maksud saya, jangan masih ada yang mengeluh, kenapa sih ada ASEAN Economic Community, ini bikin kita nggak siap saja, jangan-jangan kita malah dirugikan, stop seperti itu. Karena ASEAN Economic Community itu telah ditetapkan oleh ASEAN, menetapkannya pun di Indonesia pada tahun 2003 di Bali. Waktu itu Presiden kita adalah Ibu Megawati, saya salah satu menteri di pemerintahan waktu itu. Itu keputusan bersama ASEAN dan Indonesia menjadi tuan rumah. Bahkan ketika Piagam ASEAN diperbaharui, ada New ASEAN Charter, dikukuhkan lagi Komunitas ASEAN ini menjadi ASEAN Political and Security Community, ASEAN Economic Community, dan ASEAN Socio-Cultural Community. Itu produk Bali, yang disebut dengan ASEAN CONCORD II. Jadi secara moral, Indonesia betul-betul harus siap dan menyukseskan. Daripada mengeluh, takut tidak siap, gamang ini itu, mari kita gunakan waktu dua setengah tahun ini untuk mempersiapkan diri kita baik-baik. Insya Allah masih bisa kita persiapkan dalam kurun waktu dua setengah tahun mendatang. Pertama.

 

Yang kedua, pesan, harapan, dan ajakan saya adalah jangan saling salah-menyalahkan. Ini masih sering saya dengar. Pusat menyalahkan daerah, daerah menyalahkan pusat. Pusat menyalahkan dunia usaha, ulangi, pemerintah menyalahkan dunia usaha, dunia usaha menyalahkan pemerintah. Pemerintah menyalahkan DPR, DPR menyalahkan pemerintah. Begitu, tidak ada habis-habisnya. Khusus untuk mempersiapkan diri kita untuk memasuki ASEAN Economic Community ini, mari kita bersinergi, mari kita bekerja sama, agar Indonesia benar-benar siap. Kalau yang kita pilih saling salah-menyalahkan, tidak ada habisnya. Tiba-tiba sudah masuk Desember tahun 2015, belum siap apa-apa kita, bahkan habis untuk berantem untuk saling salah-menyalahkan. Oleh karena itu, Komite Nasional yang insya Allah akan segera saya bentuk adalah menjadi wadah untuk menyatukan semua di antara kita, agar Indonesia siap. Itu yang kedua.

 

Yang ketiga, jangan takut dan jangan gamang menghadapi ASEAN Economic Community, insya Allah kita bisa, Indonesia bisa. Saudara tahu, kita pernah diuji oleh sejarah, krisis demi krisis sejak Indonesia merdeka. Yang belum lama adalah krisis tahun 2008-2009. Kita lulus, kita survive, dan bahkan ekonomi kita terus tumbuh. Jadi jangan ada pesimisme, ada skepticism, mari kita betul-betul optimis bahwa kita bisa mempersiapkan diri kita. Kita juga punya potensi yang besar. Yang penting ini bukan optimisme kosong, yang penting mari kita perbaiki bersama yang belum beres, yang belum baik masih banyak, masih banyak, di pusat, di daerah, di banyak sektor. Mari kita bikin baik semua itu, kita beresi semua itu. Kalau kita bisa atasi, maka tidak ada alasan untuk tidak siap memasuki ASEAN Economic Community ini.

 

Yang keempat sudah saya sampaikan tadi. Sering di antara kita ini berpikirnya serba ancaman, yang dipikirkan lawan, musuh, kendala, hantaman, ancaman. Itu penting memang untuk memilih strategi yang paling baik, to make decision. Tapi kalau pikiran kita 24 jam, sehari-hari hanya diliputi, wah ini ancaman, ini bahaya, ini kendala, ini susah. Kita tidak ke mana-mana, kita bisa mati langkah, kita bisa menyerah dan kalah. Tetapi, kalau meskipun ada tantangan, meskipun ini ancaman, tapi ada opportunity, ada kesempatan, saya punya potensi, bisa lagi. Maka kita akan menjadi lebih inovatif, lebih kreatif, dan akhirnya menghasilkan sesuatu yang riil.

 

Yang terakhir, yang kelima. Pesan, harapan, dan ajakan saya tujukan kepada HIPMI. Ini sebagai gantinya pantun nih. Saya berharap HIPMI teruslah menjadi pelopor dan pengajak komponen bangsa yang lain. Contohnya, orasi Bung Okto tadi, yang bunyinya kurang lebih "kalau urusan nasional, ya kita harus bersatu, dan bekerja bersama-sama. Politik penting, tetapi jangan membikin bangsa dan negara, karena politik itu menjadi merugi". Dalam Pemilu dan pemilihan presiden, suhu politik pasti akan meningkat, menghangat, mudah-mudahan tidak terlalu panas dan tidak mendidih. Tetapi, semua harus bertanggung jawab untuk menjaga stabilitas kita. Pemilu 2000, Pemilu 2004, penyelenggaranya dulu Ibu Megawati. Pemilu 2009 penyelenggaranya saya. Rakyat kita itu bisa menjalankan demokrasi dengan baik, hormat pada rakyat kita.

 

Janganlah di Pemilu yang akan datang, para elit justru yang tidak bisa menghormati dan mengapresiasi rakyat Indonesia, yang mereka ingin betul negaranya aman, tenteram, damai. Politik boleh, tetapi jangan mengguncangkan stabilitas dan ketenteraman hidup mereka. Dan kalau HIPMI menjadi pelopor, sekali lagi, rezeki akan bertambah banyak. Urusan bisnis yang tadinya macet, insya Allah lancar. 2015 ke depan, menjadi pengusaha-pengusaha handal. Banyak yang dijanjikan oleh Allah SWT. Oleh karena itu, tetaplah menjadi pelopor pada urusan-urusan itu.

 

Itulah Saudara-saudara, Adik-adik yang dapat saya sampaikan. Selamat berjuang, selamat berkarya, sukses selalu.

 

Assalaamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.

 

 

 

Asisten Deputi Naskah dan Penerjemahan,

Deputi Bidang Dukungan Kebijakan,

Kementerian Sekretariat Negara RI     Â