Sambutan Pembukaan Pertemuan Tahunan Tingkat Nasional Bako Humas Pemerintah Tahun 2007

 
bagikan berita ke :

Kamis, 30 Agustus 2007
Di baca 2571 kali

TRANSKRIPSI
SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PADA ACARA
PERESMIAN PEMBUKAAN PERTEMUAN TAHUNAN TINGKAT NASIONAL BADAN KOORDINASI KEHUMASAN
(BAKOHUMAS) PEMERINTAH TAHUN 2007
HOTEL SAHID RAYA BALI, 30 AGUSTUS 2007

 

Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamu’alaikum warahmatulahi wabarakatuh,
Selamat pagi,
Salam sejahtera untuk kita semua,
Om swastiastu,

Yang saya hormati Saudara Menteri Komunikasi dan Informatika dan para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu, Saudara Gubernur Bali dan para Pimpinan dan Pejabat Negara yang bertugas di Provinsi Bali, baik dari unsur Eksekutif, Legislatif, Yudikatif maupun TNI dan Polri, para Pimpinan Perguruan Tinggi, para Pengelola Hubungan Masyarakat atau Public Relations, Peserta Pertemuan sekalian yang saya muliakan,

Pada kesempatan yang baik dan semoga senantiasa penuh berkah ini, saya mengajak Hadirin sekalian untuk sekali lagi memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena kepada kita semua masih diberi kesempatan, kekuatan, dan Insya Allah kesehatan untuk melanjutkan karya, tugas, dan pengabdian kita kepada masyarakat, bangsa, dan negara.

Kita juga bersyukur hari ini dapat berkumpul di tempat ini untuk bersama-sama menghadiri Pembukaan Pertemuan Tahunan Tingkat Nasional Badan Koordinasi Kehumasan atau Bakohumas Pemerintah yang sebagaimana disampaikan oleh Menteri Komunikasi dan Informatika memiliki tujuan dan sasaran yang sangat penting.

Saudara-saudara,
Tema yang dipilih dalam Pertemuan Tahunan ini sungguh tepat, karena kita ingin meningkatkan fungsi Humas untuk membangun citra yang positif, baik di dalam maupun di luar negeri, baik itu citra bangsa Indonesia secara keseluruhan maupun citra Pemerintah yang sedang mengemban amanah untuk memajukan kehidupan saudara-saudara kita di seluruh tanah air.

Mengapa saya katakan penting dan relevan? Karena negara kita sering dirugikan oleh persepsi yang keliru, miss perceptions, padahal tidak seperti itu.

Sebagai contoh, karena kita mengalami krisis yang dahsyat waktu itu dan akibat krisis banyak sekali kejadian-kejadian yang memang waktu itu sungguh memprihatinkan, baik itu gangguan sosial, politik, maupun keamanan sampai sekarang pun masih ada masyarakat dunia yang mempersepsikan, yang mencitrakan Indonesia secara tidak adil. Dianggap Indonesia ini masih belum aman, penuh kerusuhan, bahkan terorisme. Dianggap Indonesia ini hukumnya amburadul, tidak ada hukum sama sekali. Dianggap Indonesia ini tidak menjalankan demokrasi yang baik, pelanggaran HAM terjadi dimana-mana. Indonesia masih dianggap negara yang paling korup, korupsi merajalela dan tidak ada upaya untuk menghentikan, untuk memberantas korupsi itu dan banyak lagi persepsi-persepsi, berita-berita yang tidak faktual, yang tidak berdasar.

Oleh karena itu, sikap kita, tentu kita harus introspeksi. Yang memang belum baik, kita perbaiki semuanya itu, tetapi pencitraan negatif yang berlebihan harus kita lawan, kita counter dengan cara-cara yang baik, sehingga tidak ada jarak yang terlalu lebar antara image and reality, persepsi dengan keadaan yang sesungguhnya di Indonesia. Ini juga pekerjaan Humas, pekerjaan Public Relations yang sangat penting, yang harus kita lakukan secara bersama.

Di dalam negeri juga demikian. Tentu saya yang sedang mengemban amanah berikut Pemerintah yang saya pimpin, Pusat dan Daerah terus berikhtiar, memiliki niat yang baik, bekerja mengatasi masalah, membangun kembali kembali negeri kita pasca krisis dengan intensitas yang tinggi. Tetapi sering kali, apa yang Pemerintah niatkan, yang Pemerintah lakukan beserta hasil-hasil yang dicapai, itu tidak diketahui, tidak sampai kepada ujung masyarakat kita di seluruh tanah air. Meskipun saya harus mengakui cukup banyak hal-hal yang belum dapat kita capai dengan alasan-alasan tertentu, akibatnya Pemerintah dilihatnya selalu kurang, selalu tidak optimal, tidak memikirkan rakyat dan lain-lain. Menghadapi itu, sekali lagi, yang memang belum baik dari Pemerintah, sasaran-sasarannya belum dicapai, harus kita capai sekuat tenaga, sedangkan sesuatu yang jelas hasilnya gamblang konsepnya baik, niatnya harus kita sampaikan. We have to tell the truth, jangan dibolak-balik karena di atas segalanya adalah kebenaran. Katakan yang benar-benar, jangan berbohong. Berbohong itu ada batasnya, cepat atau lambat akan ketahuan.

Oleh karena itu, sekali menghadapi citra yang kadang-kadang negatif melihatnya harus dewasa, matang kita, introspeksi, kita perbaiki yang memang belum baik, selebihnya kita jelaskan bahwa Pemerintah Pusat maupun Daerah telah berikhtiar dengan tujuan yang mulia, dengan hasil yang Alhamdulillah kita syukuri, termasuk hal-hal yang belum dapat kita capai. Oleh karena itu, saya dukung Saudara Menteri dan semua penyelenggara dari Pertemuan Tahunan ini atas pilihan tema yang saya anggap tepat dan untuk kita jalankan secara bersama.

Saudara-saudara,
Tadi sebelum saya masuk ruangan ini, saya berkomunikasi dengan salah satu Duta Besar kita, Duta Besar Republik Indonesia untuk Afganistan karena ada berita bagus, ada yang perlu kita syukuri. Baiklah dalam kesempatan yang baik ini saya jelaskan, yaitu pemberitaan di media massa satu, dua hari ini tentang bebasnya sandera warga negara Korea Selatan oleh kelompok Taliban di Afganistan. Disebut-sebut di situ Diplomat kita juga ikut terlibat dalam proses negosiasi dan pembebasan sandera itu. Ini bagus untuk saya sampaikan, supaya kita ini juga pandai bersyukur, pandai berterima kasih, tidak merasa kecil terus, ada yang dapat kita lakukan untuk masyarakat dunia, untuk negara-negara sahabat.

Pada saat saya berkunjung ke Korea Selatan pada tanggal 24-25 Juli yang lalu, waktu itu beberapa warga negara Korea Selatan sedang dalam penyanderaan satu, dua hari, baru saja disandera oleh kelompok Taliban, katakanlah yang ada di Afganistan, sehingga suasananya memang tidak begitu menggembirakan Presiden Roh Moo-hyun, Perdana Menteri Korea Selatan dan pejabat-pejabat yang menerima kunjungan saya juga membatalkan berbagai acara yang sifatnya pertunjukan ataupun hiburan. Meskipun kunjungan saya dan pertemuan saya dengan Presiden Korea Selatan berhasil, dalam arti banyak sekali yang kita capai dalam pertemuan dan kunjungan itu, tetapi memang suasana penyanderaan warga negara Korea Selatan juga mewarnai hari-hari itu.

Oleh karena itu, karena kita sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia dan kita yang dikenal sebagai bangsa yang cinta damai dan sering melakukan proses negosiasi, perundingan, bertindak sebagai katakanlah penengah, saya mengatakan Insya Allah Indonesia juga ingin berkontribusi. Harapan itu nampak kuat, ada pada Pemerintah Korea Selatan. Dan singkat kata, sekembali saya ke Jakarta, saya menelpon Duta Besar kita yang ada di Kabul, di Afganistan yaitu Saudara Erman Hidayat. Saya minta penjelasan situasinya seperti apa, kemudian mereka itu kira-kira berada dimana, lantas apa yang diinginkan oleh penyandera, apa yang dilakukan oleh Pemerintah Afganistan sendiri, Presiden Karzai, sahabat saya, demikian juga apa yang sedang dilakukan oleh Korea Selatan atau pihak ketiga dalam upaya pembebasan itu. Kepada saya dilaporkan oleh Dubes, kondisi yang aktual, peluang-peluang dan hambatan-hambatan untuk pembebasan itu. Saya meminta kepada Dubes kita, �Tolong lakukan sesuatu untuk membantu, untuk kebaikan, untuk kemanusian dengan cara-cara yang baik dan tentu dengan koordinasi sebaik-baik dengan Pemerintah setempat, yaitu Pemerintahan Presiden Karzai�.

Nampaknya Diplomat kita, Kedutaan Besar kita terus berikhtiar untuk ikut memfasilitasi proses negosiasi itu. Dan Alhamdulillah ternyata tadi pagi, Dubes melaporkan kepada saya, posisi Indonesia sebagai penengah dalam perundingan itu disetujui dan bahkan diminta oleh kedua belah pihak, oleh pihak Korea Selatan dan oleh pihak Taliban, juga didukung oleh Pemerintah Afganistan dan difasilitasi oleh ICRC yang biasanya memang tempatnya, angkutannya, kesehatan dan lain-lain. Tetapi dalam perundingan, dalam negosiasi itu, juru rundingnya, penengahnya betul-betul Diplomat kita, yaitu Saudara Heru Wicaksono yang disertai dengan satu penterjemah, Saudara Daud warga negara Afganistan.

Singkat kata, dengan genuine, dengan diplomasi yang bagus dicapailah kesepakatan-kesepakatan, antara lain Pimpinan Taliban sendiri menghargai proses ini karena rasa hormatnya kepada Pemerintah dan Bangsa Indonesia dan juga mereka ingin melakukan sesuatu sebelum bulan Ramadhan ini dan akhirnya proses itu berjalan dengan baik. 12 orang sandera telah dilepaskan, kalau tidak salah yang lainnya akan segera menyusul. Proses teknisnya tentu ya kita ingin saksikan ke depan. Tapi satu hal yang patut kita syukuri, saya bangga, saya ucapkan terima kasih dan selamat saya, bahwa putera Indonesia juga terus aktif untuk berbuat sesuatu yang positif bagi Saudara-saudara kita yang ada di luar negeri. Dan misi ini, misi kemanusiaan bukan misi politik. Harus kita lakukan seperti itu. Oleh karena itu, saya kira kita bisa berbuat lebih baik lagi, lebih banyak lagi, baik di dalam maupun di luar negeri. Ini pengantar yang perlu saya sampaikan pada kesempatan yang baik dan membahagiakan ini.

Saudara-saudara,
Kembali kepada topik kita, negara kita sekarang ini sedang mengalami transformasi yang besar, di dalamnya ada reformasi dan demokratisasi. Suasana kebebasan dan keterbukaan, sebagaimana disampaikan oleh Saudara Gubernur tadi, mekar, tumbuh, berkembang, amat luasnya di negeri kita ini. Di satu sisi kita syukuri, karena dengan demokrasi, kebebasan, dan keterbukaan, maka Pemerintahan yang baik, good governance akan dapat dicapai, rakyat akan bisa menyampaikan pandangan dan aspirasinya yang itu baik untuk pengambilan keputusan dan penetapan kebijakan, juga dapat melakukan kontrol sosial, social control bagian dari kehidupan demokrasi, bagus. Jangan kita pernah berpikir untuk membalik lagi proses demokrasi, keterbukaan, dan kebebasan ini.

Yang kita cegah dan hindari adalah ekses yang negatif, apabila kebebasan dan keterbukaan itu digunakan secara keliru, absolut, seperti tidak harus menghormati kebebasan dan hak pihak lain. Ini yang harus kita cegah. Sebab kalau kebebasan itu digunakan tanpa akhlak, tanpa manfaat dan tidak menghormati kebebasan pihak lain, maka akan buruk. Mari proses demokratisasi yang tengah mekar ini, kita selamatkan, kita dorong kebebasan dan keterbukaan yang positif untuk kemajuan dan kehidupan demokrasi kita seraya mencegah dan katakanlah mengatasi segi-segi negatif dari yang saya sampaikan tadi.

Sebagai contoh, tadi Pak Nuh mengatakan akan segera terbit Undang-Undang untuk Kebebasan Informasi Publik. Memang dalam istilah human right, istilah a freedom of speech atau kebebasan dalam arti umum, itu ada disebut right to know, hak masyarakat untuk mengetahui. Dalam negara yang fasis, yang otoritarian tidak dimungkinkan untuk mendapatkan informasi yang semestinya diketahui oleh masyarakat. Di satu sisi, ada juga kewajiban negara untuk melindungi hal-hal yang patut dirahasiakan. Inilah yang harus kita kembangkan dua-duanya, hak masyarakat untuk mengetahui sesuatu, right to know, dan tentu hak negara untuk merahasiakan sesuatu yang memang patut dirahasiakan.

Sebagai contoh, dalam sebuah operasi militer, misalnya kita harus menyerang musuh, kita menyerang dua hari yang akan datang di sebuah tempat, dengan operasi udara, operasi laut, dan operasi darat. Rakyat tahu bahwa kita dalam keadaan berperang misalnya, konflik. Rakyat juga tahu bahwa kita tentu bukan hanya bertahan sekali-kali atau juga melakukan serangan. Di situ, apabila rakyat bertanya melewati insan pers misalkan kepada Menteri Pertahanan kita atau Panglima Divisi yang memimpin operasi militer, �Jenderal kapan serangan dilakukan? Sasarannya dimana? Pakai apa? Lewat mana? Berapa kekuatan kita?� Maka Sang Jenderal dilindungi untuk tidak memberikan keterangan-keterangan tentang itu. Ini tidak bertentangan dengan right to know, karena kalau itu dibuka, sama saja kita setor nyawa. Begitu dijelaskan hari ini, dua hari yang akan datang, jam 6 pagi, kita akan menyerang pulau x karena musuh di situ. Udara jam sekian, lautnya jam sekian, daratnya jam sekian, kekuatan sekian, begini, begitu. Ini contoh.

Tetapi bisa saja dalam proses itu, ada rakyat, lewat DPR, �Saudara Menhan, bagaimana sebetulnya strategi kita, kebijakan kita untuk menghadapi lawan, untuk mempertahankan kepentingan nasional kita?� Perlu dijelaskan. �Tidak boleh, ini urusan kami.� Tidak, karena menggunakan anggaran negara. Itu rakyat perlu tahu yang bayar pajak. Konstitusi kita juga mengamanahkan, bahwa penggunaan kekuatan militer oleh Presiden perlu mendapatkan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat dan sejumlah ketentuan-ketentuan. Dan dalam konteks itu, perlu kita jelaskan, tetapi tidak sacrificing, tidak disclosing, yang kita sebut dengan rahasia negara. Ini juga harus kita letakan, jangan sampai seolah-olah freedom and openess ini apa saja harus terbuka.

Saudara-saudara,
Mengait ke situ, kita saksikan tahun-tahun terakhir ini barangkali mulai 1998 itu betapa luas dan tingginya yang kita sebut dengan freedom of speech. Betul? Ada freedom of the press, teman-teman pers juga ada di sini. Lagi-lagi kita sambut dengan baik sebagai bagian dari social control. Yang kita cegah adalah apabila dalam penggunaan freedom of speech dan freedom of the press itu yang dibicarakan itu berita yang tidak benar, tidak akurat, manipulatif, itu akan membawa masalah, akan menimbulkan kegoncangan dalam kehidupan kita. Oleh karena itu, saya tidak pernah berhenti menyerukan kepada siapa pun, gunakan freedom of speech, freedom of the press sebaik-baiknya. Dengan demikian, tidak ada satu pihak pun yang dizalimi oleh kebebasan itu. Sekali lagi, ada etika, ada moralitas, ada akhlak di dalam menggunakan kebebasan oleh siapa pun.

Saudara-saudara,
Saya lanjutkan lagi, bangsa yang sedang membangun diri pasca krisis, bangsa yang tengah mekar kehidupan demokrasinya, kehidupan politiknya, kadang-kadang ya di sana, sini masih ada hal-hal yang belum tepat. Kita kenal biasanya ada yang disebut black campaign, propaganda-propaganda yang tidak berdasar di pusat, di daerah. Ini kita hadapi. Oleh karena itu, jangan kenapa ada begini, ya ada. Ini dialami oleh negara mana pun, negara berkembang utamanya yang sedang mengalami proses demokratisasi yang penting bagaimana kita menghadapi sesuatu dengan tepat, mencari jalan keluarnya untuk tidak merugikan kehidupan demokrasi kita, tidak merugikan kehidupan bangsa kita dan tidak menganggu misi Pemerintah untuk menjalankan amanahnya.

Cara mengatasi semuanya itu dan tepat sekali dengan forum ini, klop dengan tugas, peran, dan fungsi Saudara adalah mari kita lakukan penjelasan kepada masyarakat, Humas, Public Relations yang efektif. Apabila terlalu jauh, ada lagi pranata yang menyelesaikan, yaitu rule of law. Kebebasan harus bergandengan dengan rule of law, freedom and rule of law. Itu ciri-ciri negara demokrasi dimana pun juga, termasuk negara-negara yang super liberal pun selalu bergandengan antara freedom dengan rule of law.

Negara-negara yang otoriter, yang otoritarian, ada sesuatu bisa diciduk, tanpa proses hukum, dihukum. Mungkin pers dibredel, dicabut, dibubarkan. Era itu sudah kita lampaui dengan segala pelajaran yang kita petik. Era sekarang adalah era demokrasi, era rule of law. Kalau ada sesuatu yang tidak benar, bukan diciduk, bukan dipanggil kopkamtib misalnya, dulu, ya jelaskan, ada proses somasi, ada hak jawab, ada itu, kalau keterlaluan barangkali bisa proses hukum dan sebagainya. Semua ada aturannya, ada etikanya, ada mekanismenya. Oleh karena itu, dalam alam demokrasi cara kita menyelesaikan dengan cara-cara itu, bukan dengan kekuatan yang lain, bukan dengan kekuasaan yang tidak compatible dengan dinamika dan persoalan-persoalan yang muncul dalam era demokrasi ini.

Saudara-saudara,
Kepentingan Pemerintah, kepentingan negara, our interests sesungguhnya adalah kita ingin menjelaskan kepada masyarakat niat kita, kebijakan, rencananya, dan program kita dan apa yang kita lakukan secara nyata, yang mengalir dari niat yang baik, the why, ada program pengentasan kemiskinan, program peningkatan produk pertanian, program untuk meningkatkan pendidikan. Niatnya perlu disampaikan, the why, mengapa, kebijakan dasarnya seperti apa, alokasi anggarannya juga seperti apa dan aksi-aksi nyata di lapangan pun perlu diketahui. Kalau ini sampai kepada masyarakat seluruh Indonesia, mereka akan tenteram, Pemerintah saya, negara saya memikirkan nasib dan masa depan saya. Mereka juga tahu membangun negara tidak seperti membalik telapak tangan, mereka juga tahu selalu ada masalah-masalah. Tapi kalau ini tidak sampai ke mereka, masuk rumor, masuk desas-desus, masuk black campaign, Pemerintah zalim, tidak pernah memikirkan sekali pun tentang saudara-saudara dan sebagainya. Our interests, kepentingan kita, sampaikan kepada rakyat niat baik kita, kebijakan kita dan tindakan kita.

Kita juga punya kepentingan untuk mengabarkan kepada rakyat kita, apa yang dapat Pemerintah capai, konkret. Satu, dua, tiga, empat, tahun ini atau tiga tahun yang lalu atau 10 tahun terakhir. Sekaligus jujur pula kita yang ini belum, yang ini belum. Contohnya, waktu saya berpidato di depan DPR RI tanggal 16 Agustus yang lalu, Pidato Kenegaraan dan ketika saya juga berpidato di depan Dewan Perwakilan Daerah 23 Agustus yang lalu, saya sampaikan apa yang kita capai. Makro ekonomi cantik, sektor riil mulai bangkit, kemudian sejumlah capaian. Tapi saya katakan, kita belum sepenuhnya bisa menurunkan angka kemiskinan dan angka pengangguran, meskipun 3 tahun terakhir susut, tapi angkanya masih tinggi. Dan inilah yang harus kita lakukan upaya dan kerja keras untuk bisa mengurangi itu. Saya harus terbuka, jujur, dan mengakui. Penjelasan ini sangat penting, supaya masyarakat juga percaya, rakyatnya percaya, mesti ada dong yang dicapai, juga mesti ada yang belum dicapai oleh Pemerintahnya, termasuk Pemerintah Daerah, para Gubernur, Bupati, dan Walikota. Kita juga punya kepentingan apa yang dipikirkan oleh publik kita, oleh rakyat kita, oleh masyarakat kita. Kita dengar, kita olah dan bagaimana meresponnya. Meresponnya tidak harus hanya, ah dia ngangkat itu, kita jawab. Apa yang perlu kita lakukan?

Kemarin saya meresmikan Patung Proklamator Soekarno-Hatta sebagai penghormatan kita yang tinggi kepada kedua tokoh bangsa kita, pemimpin besar kita, Bung Karno dan Bung Hatta di Cengkareng, di Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, dalam perjalanan ada sekelompok yang berunjuk rasa, ada berapa spanduk begitu, berunjuk rasa ke bandara sebetulnya, karena ada sebuah terminal yang dianggap ada pungli, KKN dan sebagainya. Saya sampaikan kepada Direktur Utama PT Angkasa Pura II Persero, ada Menhub juga di situ, dengarkan, terima perwakilan mereka, apa yang mereka keluhkan, cek. Kalau betul, perbaiki, kalau tidak betul, berikan penjelasan. Kita perlu Pemerintah untuk seperti itu. Sebagian benar, sebagian tidak benar. Kalau benar, terima. Kalau tidak benar, �Eh ini enggak benar.� Gimana ceritanya? �Ya, Pak, saya hanya disuruh saja Pak. Yang nyuruh sana Pak.� Begitu. Bisa saya begitu. Tapi ada juga benar, begitu kita cek, benar. Ini Pemerintah kita, rakyat kita, negeri kita. Mari kita bikin komunikasi seperti itu.
Oleh karena itu, saya sungguh berharap pekerjaan-pekerjaan tadi dunia Humas, dunia Public Relations bisa menjalankan peran, fungsi, dan tugasnya secara lebih efektif, sebagaimana tema yang dipilih dalam pertemuan hari ini. Membangun positive image, ini bukan hanya di dalam negeri, tapi juga ke luar negeri. Saya ini kalau sedang berkunjung ke luar negeri, apakah bilateral atau multilateral musti menjadi juru penerang untuk menggambarkan Indonesia, the true Indonesia, bukan yang kadang-kadang dipersepsikan secara buruk. Dan setelah saya bicara satu jam, setengah jam, ada pertemuan terjadi sesuatu yang mendasar, ternyata mereka lebih memberikan penghargaan, lebih hormat lagi kepada Indonesia.

Tentu tidak cukup seorang Presiden, meskipun kalau orang bertanya, siapa sebetulnya spokeperson Indonesia ini? Siapa yang menjalankan fungsi PR tertinggi di Indonesia ini? Ya Presiden, ya saya. Berarti saya termasuk Anggota Bakohumas, Pak. Di Provinsi ya Pak Gubernur, ya Menteri, ya semua, Pak Bupati, Pak Walikota. Tetapi ada agency, saudara-saudara yang dididik secara khusus, dilatih secara khusus, diorganisasikan secara khusus, dibiayai secara khusus untuk menjalankan fungsi Public Relations ini. Saya sungguh berharap setelah hari ini, Saudara yang tugasnya terus dilaksanakan dengan baik, lebih baik lagi, much much better dibandingkan yang Saudara lakukan selama ini. Saya yakin bisa kita lakukan bersama-sama.

Nasehat saya, arahan saya untuk semua pejuang dan pejabat Humas adalah, boleh dicatat karena ini, ceritakan kepada siapa pun directions Presiden SBY dalam menyukseskan proses Humas ini.

Yang pertama, sampaikan kebenaran, tell the truth. Saya tidak ijinkan Saudara menyampaikan berita yang tidak benar, apapun tujuannya tidak boleh. Tell the truth. Hidup ini amat dinamis, Pemerintahan ganti berganti, pemimpin datang dan pergi, tetapi kalau yang kita sampaikan kebenaran, berita-berita yang benar, bukan kebohongan, Allah akan melindungi kita semua, Tuhan Yang Maha Kuasa akan memberikan tuntunan dan hidup kita akan tenteram. Oleh karena itu, semua biasakan setiap saat menyampaikan sesuatu yang benar, apalagi keluar dari mulut kita, mulut Saudara. Masyarakat bisa lupa, Tuhan tidak pernah lupa mencatat apa yang Saudara sampaikan, kalau itu bohong, kalau tidak benar.

Tell the truth, menceritakan niat Pemerintah, kebijakan Pemerintah, capaian Pemerintah, benar. Karena merujuk dari sumber yang resmi, sudah dicek data itu dan seterusnya, dan seterusnya. Demikian juga kalau mengatakan betul, ini belum sepenuh kita capai, masih habis-habisan bekerja Gubernur kami, Bupati kami, Menteri kami, Presiden kami. Jelaskan juga dengan sumber yang resmi.

Ketika sudah menjelaskan kebenaran, ada yang memperolok-olok kebenaran, �Ah bohong Pemerintah. Ah bohong ini, bohong itu.� Bertahanlah, karena defending the truth itu kekuatan, jangan goyang, karena berat. Ada juga kalau Pemerintah jelek, wah syukuran. Kalau Pemerintah baik, �Ah itu buatan, ah itu bohong itu.� Makanya jangan bohong kita. Pas betul, tapi setelah itu bertahan kuat. Ya. Itu juga yang saya lakukan, kalau saya menjelaskan sesuatu kepada apapun, saya mempertahankan sesuatu yang benar, ada datanya, ada dasarnya, rujukan konstitusinya, rujukan Undang-Undangnya, bukti-bukti yang sahih.

Yang kedua, menjelaskan kepada rakyat, Humas, Public Relations harus direncanakan dan dilaksanakan terus-menerus. Jangan penjelasan bangun tidur. Jangan cari-cari yang penting ngomong di depan pers, di depan rakyat, wah itu berbahaya. Rencanakan, mau menjelaskan apa, isu yang sedang muncul di masyarakat kita apa waktu itu, di daerah Saudara, tingkat nasional, di luar negeri, rencanakan counter opinion-nya, rencanakan image building-nya dan jalankan terus-menerus, tidak sekali jadi.

Sebagai contoh, 5 hari yang lalu, saya mendengar, saya membaca di surat kabar, saya mengikuti televisi ada kelangkaan minyak tanah di Jakarta, beberapa pangkalan. Model saya langsung telpon Dirut Pertamina, langsung telpon Menteri Energi. Ada apa itu? �Pak Presiden, kami laporkan satu, memang betul ada beberapa kelangkaan minyak tanah. Tapi prosentasenya dari jumlah agen, jumlah pangkalan itu kecil, kecil sekali ada prosentasenya.� Ok, lalu apa yang terjadi? “Yang kedua Pak, memang ada pengalihan dari minyak tanah ke Elpiji dengan diberikan kompor, tabung Elpiji, maka secara bertahap akan dikurangi supply kerosene, supply minyak tanah digantikan dengan Elpiji. Itu juga menimbulkan masalah-masalah teknis di lapangan.� Oke, hanya itu? “Ada lagi Pak Presiden. Yang ketiga, ya biasalah Pak, karena minyak tanah ini kita subsidi.� Subsidinya besar Saudara-saudara di APBN itu, subsidi kita mencapai Rp 100 triliun lebih, baik minyak tanah, listrik, pertanian dan lain-lain. Hutang kita juga sekitar Rp 100 triliun bunganya. Jadi APBN kita Rp 200 triliun, itu habis untuk itu. Oleh karena itu, kita berjuang habis-habisan menurunkan hutang seperti ini. Awal krisis dulu hutang kita 150% dari GDP. Penghasilan nasional bayar hutang, enggak cukup ini, 150%. Waktu saya mengemban amanah menjadi 54% GDP kita, Alhamdulillah sekarang 33%. Jadi sudah membaik dibandingkan, tapi tetap dalam APBN-kan masih terasa tinggi, seperti itu.

Kembali tadi itu, karena disubsidi harganya baru 2000 plus gitu, beli banyak-banyak bukan untuk rumah tangga, untuk dibelokkan ke lain, untuk dioplos. Ini oknum. Teriak sekarang, wah Pemerintah ini, segala macam, karena mereka kehilangan seperti itu. Oke solusinya apa, Pak Ari Sumarno? “Ya Pak, akan kami tambah begini, begini, kemudian begini, begini, gini.� Oke kalau begitu, laksanakan perintah saya, satu, cek terus-menerus, kontrol terus-menerus, alirkan tambahan, cegah pengoplosan dan lain-lain dan jelaskan kepada masyarakat. Sudah? Baru sebentar, baru sekali, ndak cukup.

Nah ini, PR, penjelasan harus berkali-kali, berkali-kali, sekarang pun masih ada. Ada media yang kegemarannya, kebahagiaannya memang mengambil itu lama sekali itu. Masalah kebahagiaan ini dan kebahagiannya itu hak. Jadi kalau ada berita yang positif A, B, C, D, yang negatif 1, 2, 3, yang dieksposnyakan ini, ndak apa-apa. Enggak perlu kita gusar, memang itulah keniscayaan demokrasi, kebebasan. Yang penting, Pak Dirut Pertamina, Pak Menteri Energi, Pak Menteri BUMN ya bicara terus-menerus, terus saja, lama-lamakan makin mengerti rakyat kita, tidak mudah untuk diprovokasi dan agitasi. Jadi tips nomor 2, resep nomor 2 adalah PR, penjelasan, Humas rencanakan dan laksanakan terus-menerus.

Yang ketiga, gunakan bahasa atau cara yang tepat, efektif, dan positif. Saudara yang paling tahu, ahlinya. Pilih kepada siapa Saudara bicara, target audience-nya, targetnya siapa, pilih cara yang pas, bahasa yang pas, yang efektif. Saya beri contoh, ya karena saya ini 30 tahun dulu di ketentaraan, jadi memberi contoh itu kalau contoh di dunia militer itu lebih mudah saya. Saudara kenal Napoleon? Napoleon Bonarparte, siapa itu? Bukan ikan ya, bukan ikan Napoleon itu bukan yang di Sulawesi Utara itu bukan. Tahu Napoleon? Negara mana itu? Perancis. Napoleon itu termasuk Jenderal, terakhir Kepala Negara juga yang sangat tersohor di mandala Eropa di dunia pada jamannya. Kalau perang itu menang terus, sampai akhirnya kalah. Kalahnya Napoleon itu dulu salah perhitungan ingin merebut Moskow, tapi musim dingin, logistik panjang, terputus kalah. Yang kedua, akhirnya ditaklukan di Waterloo, itu namanya di Belgia.

Tapi saya ceritakan bukan itu, bagaimana Napoleon melaksanakan fungsi PR yang baik. Setelah pasukannya melaksanakan serangkaian operasi offensive, yang saya pelajari, lelah, capek, sebagian luka-luka, sebagian motivasinya turun, padahal tinggal 3-4 kilo dari sasaran yang harus direbut. Cari akal Napoleon, gimana caranya ini? Akhirnya, wah kumpul semua di situ. Ya kira-kira bunyinya beginilah, “Para Prajurit Perancis yang tersohor dan saya cintai, siapa yang sudah lama tidak minum anggur?� “Saya.� Bagaimanakan perang gitu. “Saudara para Prajurit senang anggur?� “Senang.� Membayangkan anggur gitu. “Siapa yang sudah lama tidak makan roti panas?� “Saya.� “Senang roti panas?� “Senang.� “Siapa yang sudah lama tidak dansa-dansa sama perempuan-perempuan cantik?� “Saya.� “Senang dansa sama perempuan, gadis-gadis cantik?� “Senang.� “4 kilometer ada kota X, di situ ada roti, ada anggur, ada perempuan cantik.� Akhirnya dengan semangat yang bagus, jadilah offensive diambil kota itu dan saya enggak tahu ada enggak roti, anggur ataupun gadis-gadis cantik. Tapi itu satu cara persuasi, leadership, communication skills, bagian dari PR untuk menyampaikan sesuatu.

Kita juga bisa terapkan, makanya kalau sedang dialog dengan para petani, saya tidak bicara strategi, tidak bicara kebijakan, tidak bicara yang lain-lain. Saya suka tanya, “Saudara-saudara, senang enggak negara kita masih impor terus?� “Tidak.� “Kenapa?“ “Bikin susah, petani enggak dilindungi.� “Senang enggak Saudara sebagai petani produksinya meningkat?� “Senang.� “Dengan harga yang terjangkau.� “Senang.� Itulah saya lindungi. “Senang enggak kalau saudara-saudara kita enggak bisa beli beras, meskipun saudara petani senang?� “Ya tidak Pak, maunya mereka juga senang.� “Kalau begitu, agar tidak impor, agar petani penghasilannya naik, tapi Saudara kita juga bisa beli beras, mari kita tingkatkan produksi beras, di Kabupaten Wonosobo ini, kalau saya Wonosobo misalnya gitu. Setuju?� “Setuju.� “Mau?� “Mau.� “Ya kalau mau, ini banyak pilihan varietas padi, ada pilihan pupuk, tekniknya begini, kemudian Koperasi begini dan seterusnya, dan seterusnya.�

Cara-cara seperti itu tentu banyak sekali contoh-contoh, itu mudah dicerna, kan dia punya kepentingan. Sikap itu fungsi kepentingan. Manusia berbicara pada kondisinya, jangan bawa terlalu jauh. Contoh seperti itu. Akan kaya sekali nanti Saudara menemukan bagaimana menyampaikan sesuatu. Jadi yang ketiga tadi, gunakan bahasa dan cara yang tepat, yang efektif, dan yang positif.

Yang keempat, kita hidup dalam era informasi, era teknologi. Gunakan teknologi, termasuk teknologi informasi. Jangan manual terus, jangan pakai megaphone yang dibawa-bawa itu loh, dicantolkan di sini, modalnya cuma itu, bagaimana mau ber-PR ke negara yang modern ini. Gunakan semua cara, media massa, media elektronik, televisi, radio, SMS, internet, gunakan teknologi. Masyarakat kita sudah seperti itu, jangan serba manual.

Yang terakhir, resep yang kelima, jangan merasa sekali menyampaikan, wah sudah masuk, rakyat sudah mengerti ini, sudah senang ini, belum tentu. Bisa malah kontra produktif, siapa tahu enggak pas. Lakukan evaluasi ukur, nyampe atau belum pesan itu, dimengerti atau belum, kalau belum perbaiki lagi, bikin lagi, sehingga satu continious Public Relations, a plan and continious Public Relations … yang saya katakan tadi.

Itulah 5 hal resep dan nanti akan dijelaskan oleh para Menteri, oleh pembicara lain, ada bicara-bicara dengan pimpinan perguruan tinggi, para pakar informasi saling menimba, gunakan dengan baik kesempatan ini. Jangan merasa sudah segalanya. Manusia itu tetap memiliki kelemahan dan kekurangan, termasuk saya. Mendengar itu baik, menimba pengalaman baik, supaya kita lebih baik lagi.

Itulah pesan dan harapan saya Saudara-saudara dan dengan itu semua, seraya memohon ridho Tuhan Yang Maha Kuasa dan ucapkan �Bismillahirrahmanirrahim�, Pertemuan Tahunan Tingkat Nasional Badan Koordinasi Kehumasan Tahun 2007 dengan resmi saya nyatakan dibuka.

Sekian.
Wassalamu’alaikum warahmatulahi wabarakatuh.
Om santi santi santi om.


*****


Biro Pers dan Media
Rumah Tangga Kepresidenan