Sambutan Pengantar Presiden RI pada Rapat Kabinet Terbatas Bidang Polhukam dan Kesra, 16-11-2010

 
bagikan berita ke :

Selasa, 16 November 2010
Di baca 696 kali

 

SAMBUTAN PENGANTAR

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PADA ACARA

RAPAT KABINET TERBATAS BIDANG POLHUKAM DAN KESRA

PADA TANGGAL 16 NOVEMBER 2010

DI KANTOR PRESIDEN, JAKARTA

                                                           

                                                            

 

Bismillahirrahmanirrahim,

 

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

 

Salam sejahtera untuk kita semua,

 

Para peserta Sidang Kabinet Bidang Polhukam dan Bidang Kesra yang saya hormati,

 

Alhamdulillah, hari ini kita dapat kembali melaksanakan Sidang Kabinet dengan dua agenda. Pertama adalah di bidang politik, hukum, dan keamanan utamanya di bidang penegakan hukum. Sedangkan yang kedua, di bidang Kesra utamanya adalah langkah-langkah lanjutan penanganan daerah pasca bencana atau yang masih menghadapi bencana. Sebelum kita masuk kepada dua agenda utama itu, saya ingin menyampaikan beberapa hal, sebagai berikut.

 

Sebagaimana Saudara ketahui saya menjalankan tugas ke beberapa negara sahabat, antara lain satu hari di Shanghai untuk menghadiri Shanghai Expo dan sekaligus menghadiri pertemuan bisnis berskala besar antara pebisnis Indonesia dan pebisnis Tiongkok dengan tujuan untuk meningkatkan investasi dan perdagangan yang membawa manfaat bagi negeri kita.

 

Kemudian, berlanjut kurang lebih dua hari di Hanoi, untuk menghadiri ASEAN Summit dan East Asia Summit yang Saudara juga tahu terpotong kurang lebih dua hari karena saya harus kembali dulu ke Padang, ke Mentawai, berhubung ada tsunami di Pulau Mentawai. Kemudian yang ketiga, menghadiri pertemuan puncak G20 di Seoul, Korea Selatan dan pertemuan puncak APEC di Yokohama, Jepang, masing-masing satu hari karena juga saya tidak boleh terlalu lama meninggalkan tanah air berhubung situasi bencana yang masih kita hadapi. Pada saatnya nanti akan saya jelaskan apa saja yang harus saya sampaikan kepada Saudara semua karena kita menjadi anggota ASEAN, menjadi anggota East Asia Summit, menjadi anggota G20, dan menjadi anggota APEC. Tentu ada kewajiban kita sebagaimana kita mendapatkan manfaat atau benefit dari kerja sama di berbagai regional dan multilateral grouping tersebut, nanti. Apalagi Saudara tahu tahun depan kita akan menjadi tuan rumah bagi pertemuan puncak ASEAN dan pertemuan East Asia Summit yang tentu harus kita sukseskan agar sekali lagi, citra bangsa kita di forum global makin baik dan kita juga mendapatkan manfaat terbesar dari kerja sama ini. Apalagi ketika kita menjadi chairman atau menjadi tuan rumah dari pertemuan-pertemuan penting itu.

 

Yang ingin saya sampaikan pada kesempatan ini tiada lain adalah Saudara yang mendampingi saya menjadi anggota delegasi juga melihat dan merasakan sendiri betapa negara-negara yang 30, 40 tahun dulu kondisinya tidak jauh berbeda dengan negara-negara berkembang yang lain, sekarang telah berkembang dengan sangat pesat. Kita lihat sendiri misalnya di Shanghai, di Seoul, bahkan, ya meskipun masih dalam tahap awal, di Hanoi, Vietnam.

 

Saya ingin tahu mengapa negara-negara itu sukses. Lebih sukses dibandingkan perkembangan rata-rata negara berkembang yang lain. Ada yang mengatakan pilihan ideologinya, pilihan sistem politiknya. Katanya, yang otoritarian itu bisa cepat membangun, ekonominya bisa berkembang. Ada yang berpandangan begitu. Tetapi kalau kita lihat, Seoul, Korea Selatan itu demokratis. Tidak valid berarti argumentasi seperti itu. Dan juga negara-negara lain yang tidak menganut paham otoritarian, ternyata juga bisa maju. Oleh karena itu, saya punya pengamatan dan akan terus saya tajamkan pengamatan ini, insya Allah menjadi sebuah konklusi bahwa ternyata faktor utama bagi keberhasilan pembangunan sebuah bangsa itu pada unsur manusianya, human capital.

 

Human capital ini bukan hanya oleh barangkali penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mereka yang memiliki karakter atau mindset sebagai bangsa yang optimis, berpikir positif, dan karakter yang sejenis. Tetapi satu hal adalah mereka yang bersedia, mau, dan terus bekerja dengan keras, hard worker. Yang mendampingi saya melihat tayangan film Tiongkok, gamblang sekali ditayangkan di situ Tiongkok sekian puluh tahun yang lalu, yang juga kondisinya belum seperti sekarang, banyak ketertinggalan, banyak masalah. Tapi sekarang berubah menjadi emerging economies yang ekonominya tumbuh luar biasa. Ditayangkan juga dalam film itu bukan sepi dengan bencana. Bencana juga bertubi-tubi di Tiongkok itu tetapi setelah itu bisa recover, membangun kembali dan akhirnya bahkan setelah dibangun kembali kondisinya lebih baik sebelum terjadinya bencana. Satu hal, Saudara-saudara, poin saya adalah ternyata kerja keras sebuah bangsa, semua, mulai dari pemimpinnya sampai yang di ujung paling depan itu bersatu padu, bekerja dengan keras. Marilah kita timba, petik pelajarannya dengan demikian kalau Indonesia ingin berubah lebih pesat lagi 10 tahun mendatang, 20 tahun mendatang, 30 tahun mendatang, resep utamanya adalah kerja keras dari seluruh rakyat Indonesia.

 

Itulah yang ingin saya sampaikan dulu, banyak lagi nanti pada saatnya akan saya sampaikan termasuk apa yang harus kita lakukan ketika kita menjadi ketua dari ASEAN maupun tuan rumah dari East Asia Summit tahun depan dan APEC Summit tahun 2013.

 

Saudara-saudara,

 

Hal lain yang ingin saya sampaikan adalah berita yang sangat mengejutkan yang menimpa Warga Negara Indonesia di Saudi Arabia. Saya sudah menerima laporan tadi malam dari Menlu, mana Menlu? Baik, sudah saya baca. Dan tadi dalam pembicaraan lisan saya, saya instruksikan kepada Menlu agar ditangani secara sangat serius. Itu luar biasa, penyiksaan yang dilakukan terhadap saudara kita, Saudari Sumiati. Saya ingin hukum ditegakkan, saya ingin diplomasi all out, saya ingin ada misi, bikin tim untuk berangkat ke Saudi Arabia untuk memastikan bahwa yang bersangkutan mendapatkan perawatan, pengobatan yang terbaik, sertakan juga tim medis kita.

 

Yang kedua, penegakan hukum saya juga minta ditegakkan. Saya mendengar berita katanya ada upaya-upaya untuk mengaburkan. Jangan sampai terjadi, kebenaran harus ditegakkan, dan di atas segalanya segera lakukan langkah-langkah yang tepat, bukan hanya berkaitan dengan kasus penganiayaan itu tapi aspek-aspek lain dari keberadaan tenaga kerja Indonesia yang ada di Saudi Arabia. Saya sering bertemu dengan mereka baik di perjalanan atau ketika saya berkunjung ke sana. Ketika saya bertanya dengan saudara-saudara kita di sana umumnya mereka mengatakan diperlakukan dengan baik, tidak ada masalah. Saya tanya apakah nanti kalau setelah cuti ingin kembali? "Ingin kembali lagi, Pak." Seperti itu. Tetapi tentu tidak berarti meskipun kasus seperti ini sangat langka terus kita abaikan. Mari kita lakukan langkah-langkah semestinya dan saya instruksikan kepada Menlu, kepada Menakertrans untuk ditangani dengan tepat dan cepat.

 

Saudara-saudara,

 

Dua hal itu yang menjadi pengantar. Khusus untuk agenda penegakan hukum, begini. Kita ini masih disorot oleh dunia soal penegakan hukum. Meskipun Presiden tidak bisa mencampuri sisi-sisi penegakan hukum karena itu wilayah justice, wilayah penyelidik dan penyidik yaitu kepolisian, wilayah penuntut yaitu kejaksaan, wilayah pemutus tuntutan yaitu pengadilan dengan segala subsistemnya Tapi bagaimanapun ketika saya berada di luar negeri, kalau ingin memberikan komentar tentang wajah penegakan hukum di Indonesia ya tentu kepada saya. Saya juga terus menerima sms dari rakyat kita tentang masih belum puasnya terhadap beberapa sisi penegakan hukum di negeri kita, termasuk pemberantasan korupsi.

 

Saya menerima berita beberapa saat yang lalu bahkan ketika saya berada di Seoul dan di Yokohama. Sampai hari ini, tidak pernah berhenti yang merupakan kegelisahan, protes, kemarahan dari rakyat kita atas beberapa kasus-kasus yang dianggap mencederai upaya kita untuk melaksanakan penegakan hukum dengan benar, termasuk pemberantasan korupsi. Apalagi Saudara-saudara, di G20 Summit kemarin, Presiden Indonesia, saya, ditunjuk sebagai lead speaker untuk kerja sama internasional dalam anti korupsi, masalah ekstradisi, masalah mutual legal assistance, masalah tidak boleh melindungi koruptor yang bepergian kesana-kemari, masalah pengembalian aset yang dibawa dibawa koruptor kabur ke negara tertentu, dan sebagainya, karena mereka tahu kita juga gigih memberantas korupsi dan kita juga punya masalah dengan pengembalian aset, ada yang kabur, ada yang berlindung ke negara lain, dan sebagainya.

 

Jadi, itu hanya saya dengan Presiden Rusia, Medvedev, dua orang, kemudian dijadwalkan Presiden Prancis, Sarkozy, khusus. Oleh karena itu, ketika saya mendengar beberapa berita, ini tentu saya sangat prihatin. Oleh karena itu, saya minta pada kesempatan ini secara resmi pejabat terkait, Menko Polhukam, mungkin juga Kaplori, mungkin juga pejabat Jaksa Agung, mungkin juga Menteri Hukum dan HAM, tolong dilaporkan kepada saya yang menjadi perhatian publik sekarang ini perihal Saudara Gayus Tambunan dan perihal vonis Saudara Misbakhun. Tolong dijelaskan apa yang terjadi dan seperti apa. Meskipun saya tidak akan dan tidak mungkin, dan tidak boleh intervensi pada sisi-sisi hukum yang bukan menjadi kewenangan saya. Tapi sebagai Kepala Negara saya wajib peduli apa yang menjadi perhatian dari rakyat kita. Saya persilakan nanti untuk dilaporkan kepada saya apa yang sesungguhnya terjadi dari kedua perkara itu.

 

Saudara-saudara,

 

Khusus penanganan daerah bencana saya tahu sekarang Menko Kesra, Menteri PU, Menteri Perumahan Rakyat, masih ada di Sumatera Barat, akan berkonferensi dengan kita nanti, dengan video, dengan alat telekomunikasi. Kemudian juga kita dengan saudara kita yang ada di Yogya, dengan BNPB. Saya memantau kemarin sore juga, saya memimpin rapat khusus melihat perkembangan, dinamika, dan apa yang terjadi. Namun nanti akan kita dengar langsung dinamika di lapangan dan apa yang sudah dilakukan di depan, oleh daerah, oleh BNPB sehingga kita bisa mengetahui apa yang perlu kita bantu kepada mereka. Yang jelas, pejabat daerahlah yang paling depan, yang harus lebih serius untuk menangani semuanya itu karena mereka yang tahu situasi, mereka yang dekat sama rakyat meskipun kita juga wajib membantu apa yang harus mereka lakukan.

 

Saudara tahu, sudah saya putuskan untuk membentuk tim pemantau dan analisis gunung Merapi. Tim kita sendiri, ESDM, diperkuat dengan pakar dari beberapa universitas dengan juga pakar dari negara sahabat. Ini biasa dilakukan di banyak negara, dengan demikian analisisnya, penyimpulannya akan menjadi lebih komprehensif karena ini menyangkut nasib ratusan ribu penduduk sekeliling Merapi atau jutaan kalau dilebarkan radiusnya. Oleh karena itu, kita harus punya policy yang tepat, baik sekarang ini maupun nanti pasca bencana.

 

Saudara-saudara,

 

Itulah yang ingin saya sampaikan sebagai pengantar dan nanti selesai sidang ini, Menteri terkait saya minta untuk menjelaskan kepada pers apa saja yang telah dibahas dalam Sidang Kabinet Paripurna ini. Terima kasih.