SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA “PENUTUPAN GLADIAN PANJI GEOGRAFI” DI SITU LEMBA

 
bagikan berita ke :

Sabtu, 01 November 2008
Di baca 1306 kali

 

 


SAMBUTAN
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PADA
ACARA “PENUTUPAN GLADIAN PANJI GEOGRAFI”
DI SITU LEMBANG, BANDUNG, PROVINSI JAWA BARAT
PADA TANGGAL 1 NOVEMBER 2008
 


Bismillaahirahmaanirrahiim,

 

Assalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh,

 

Salam sejahtera untuk kita semua,

 

Yang saya hormati para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu, Panglima Tentara Nasional Indonesia, Wakil Kepala Staf TNI Angkatan Darat, Saudara Gubernur Jawa Barat, Saudara Komandan Jenderal Kopassus selaku tuan rumah pelaksanaan Gladian Panji Geografi, para sesepuh, para pembina organisasi-organisasi penjelajah dan pecinta alam, para pemuda dan pemudi peserta Gladian Panji Geografi yang saya cintai dan saya banggakan.

 

Mari kita bersyukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena kepada kita masih diberikan kesempatan, kekuatan, dan semoga kesehatan untuk melanjutkan karya kita, tugas kita, perjuangan kita, dan pengabdian kita kepada masyarakat, bangsa, dan negara tercinta. Kita juga bersyukur hari ini kita bersama-sama di tempat ini, di tempat latihan militer TNI maupun latihan-latihan atau gladian yang dilakukan oleh para pecinta alam termasuk yang saudara-saudara lakukan kali ini.

 

Setiap saya diundang untuk menghadiri kegiatan seperti ini saya selalu datang, mengapa? Sebagai kepala negara wajib hukumnya, saya memberi semangat, memberi motivasi, dan mendorong setiap kegiatan apapun bentuknya, siapapun yang melakukan kegiatan itu, yang pada hakekatnya adalah kegiatan pembentukan karakter, kegiatan latihan kepemimpinan yang sesungguhnya semua itu akar dari patriotisme dan nasionalisme yang harus bersama-sama kita pelihara dan kita bangun. Oleh karena itu, saudara-saudara, para pemuda dan pemudi yang ada di hadapan saya ini adalah Patriot Bangsa. Kalian telah teruji, sebagaimana disampaikan oleh Danjen Kopassus tadi. Banyak yang kalian lakukan untuk membantu saudara-saudara kita yang mengalami musibah dan bencana, itu bukti patriotisme, itu bukti kesetiakawanan sosial yang tinggi, itu bukti karakter anak bangsa yang mulia.

 

Saya juga mengetahui organisasi pencinta alam, penjelajah alam, melakukan petualangan positif mengenal tanah airnya, mengenal dunianya, menjelajahi medan-medan yang berat dan penuh tantangan yang semuanya di samping memperkokoh watak kalian sebagai putra-putri Indonesia, juga sesungguhnya kalian ingin mengenal lebih dekat, dan akhirnya ingin mencintai tanah air Indonesia, tanah air kita bersama.

 

Di era globalisasi sekarang ini, banyak nilai dan praktek-praktek hidup yang berkembang. Globalisasi sebagaimana yang sering saya sampaikan, mendatangkan sisi baik dan sisi buruk, memberikan peluang atau opportunity, tetapi sekaligus menghadirkan tantangan atau track. Globalisasi mengalirkan sumber-sumber kemajuan bagi sebuah bangsa apabila bangsa itu cerdas memilih sumber-sumber kemakmuran dan kemajuan apa yang dialirkan, tetapi globalisasi membawa serta nilai-nilai yang tidak baik, benih-benih ketidakadilan yang mesti ditolak dan dijaga baik-baik kehidupan kita untuk tidak masuk nilai-nilai seperti itu dalam realitas globalisasi dewasa ini. Globalisasi sering memunculkan gaya hidup yang serba mudah, hedonisme, gaya hidup seolah-olah semuanya bisa berjalan baik-baik saja, ini bertentangan dengan hakekat itu sendiri. Orang-seorang mengalami, tiap-tiap bangsa mengalami bahwa untuk mencapai tujuan yang mulia, untuk meraih keberhasilan diperlukan perjuangan yang keras, jalan yang dilewati tidak lunak, dan semuanya itu memerlukan semangat ketegaran, kesabaran, keuletan, sikap pantang menyerah, can do spirit atau mental harus bisa, sikap optimis, pikiran yang positif, jiwa yang terang, dan sebagainya, yang semuanya itu sesungguhnya merupakan karakter dari manusia atau dari bangsa yang bersangkutan. Dan dengan karakter yang kuat itulah sebuah bangsa bisa menuju masa depannya yang lebih baik.

 

Tahun ini kita memperingati satu abad kebangkitan bangsa, 80 tahun Sumpah Pemuda. Saya telah menyampaikan berkali-kali, bahwa Indonesia yang kita cintai ini bisa menjadi bangsa yang maju, developed nation di abad ke-21 ini dengan ridha Allah Subhaanahu wa Ta’alaa, dengan kerja keras, persatuan dan kebersamaan kita semua. Saya katakan berkali-kali pula, untuk menjadi bangsa dan negara maju di abad 21 ini ada syarat-syaratnya, ada pilar yang fundamental untuk bersama-sama kita perkokoh dan kita perkuat, pertama, kita harus terus meningkatkan kemandirian kita sebagai bangsa. Globalisasi memang meniscayakan dan mengharuskan kemitraan dan kerja sama global untuk kepentingan bersama, kerja sama yang adil, tetapi bagi sebuah bangsa tidak boleh kita sangat tergantung kepada dunia kita. Kita harus mandiri dalam arti mencukupi kebutuhan yang kita perlukan, memiliki basis kekuatan dibanyak hal, sehingga apabila terjadi gonjang-ganjing dunia, krisis misalnya bangsa kita tetap memiliki ketahanan yang tinggi, tetap survive dan terus berkembang membangun dirinya, itu syarat yang pertama, kemandirian yang tinggi.

 

Syarat yang kedua adalah keunggulan dan daya saing yang tinggi. Bangsa yang unggul, bangsa yang bisa dengan kapasitas dan kemampuannya melakukan pembangunannya yang disebut dengan self generating nation, self developing country. Bangsa yang kompetitif berdaya saing tidak kalah dalam arena persaingan, baik di negeri sendiri yang pelakunya adalah pelaku global maupun persaingan di luar negeri, yang pasti pelakunya adalah pemain-pemain global. Jadi yang kedua, mari kita tingkatkan daya saing dan keunggulan kita.

 

Yang ketiga, yang tidak kalah pentingnya dan ini sumber energi, ini sumber dari pembentukan karakter, yaitu kita harus meningkatkan peradaban kita, civilization kita sebagai bangsa. Di antara elemen penting dari civilization kembali kepada watak sebuah bangsa, karakter sebuah bangsa. Bangsa yang unggul, bukan hanya bangsa yang memiliki dan menguasai ilmu dan pengetahuan yang tinggi meskipun itu mutlak kita kuasai dalam era globalisasi yang syarat dengan teknologi informasi ini. Bangsa yang unggul, juga bukan hanya bangsa yang kuat jasmani dan rohani, bukan hanya bangsa yang rukun bersatu, dan bukan hanya bangsa yang memiliki moral dan budi pekerti yang luhur, tetapi saya menggarisbawahi berkali-kali, bangsa yang unggul adalah bangsa yang tough, bangsa yang tegar, bangsa yang ulet, bangsa yang pantang menyerah, bangsa yang mentalnya, mental baja, mental harus bisa. Sanggupkah kalian menjadi bangsa yang berkarakter seperti itu? Tentunya yang berkarakter seperti itu bukan hanya para pencinta alam, bukan hanya saudara, seluruh rakyat Indonesia utamanya, generasi muda yang akan melanjutkan kepemimpinan bangsa di seluruh tanah air. Kami semua sungguh berharap memiliki karakter yang kuat, mental kepribadian yang kokoh. Karakter yang kuat, mental dan kepribadian yang kokoh, tidak bisa hanya dipelajari dengan membaca buku, menonton televisi, melihat-lihat negara lain, tetapi sebagai bagian dari character building, semua itu harus diwujudkan dalam berbagai aktivitas yang nyata, sebagaimana yang kalian lakukan di Situ Lembang minggu ini.

 

Saudara-saudara,

 

Sebagai kesimpulan pertama dari apa yang ingin saya sampaikan ini adalah marilah kita sebagai bangsa kalau kita ingin sungguh menjadi bangsa dan negara yang maju, negara yang berhasil di abad 21 ini, mari kita perkokoh mental kepribadian kita sebagai bangsa. Tidak ada satupun bangsa yang luput dari ujian, cobaan, dan gangguan. Berkali-kali saya katakan, untuk membangun Indonesia yang aman dan damai, yang adil dan demokratis, dan yang sejahtera, tidak seperti membalik telapak tangan, tidak seperti berjalan di bawah sinar bulan purnama, tetapi memerlukan kerja keras dan perjuangan. Semoga dari Situ Lembang ini bergema ke seluruh pelosok negeri, bahwa untuk menjadi bangsa yang maju, kita semua tidak ada jawaban lain, tidak ada solusi lain, kecuali sekali lagi bersatu, melangkah bersama, dan bekerja keras didasari oleh karakter bangsa yang kuat dan unggul.

 

Para pemuda-pemudi peserta Gladian Panji Geografi yang saya cintai dan saya banggakan,

 

Yang kedua, yang ingin saya sampaikan adalah saya suka dengan nama Gladian Panji Geografi, mengapa? Banyak diantara kita yang kurang mengenal negerinya sendiri, tanah airnya sendiri, padahal “tak kenal maka tak sayang”, betul? Kalau kita tidak mengenal negeri kita, kalau kita tidak mencintai negeri kita, bagaimana kita bersemangat dan bersatu untuk membangunnya menuju hari esok yang lebih baik. Siapa Indonesia? Seperti apa gerangan tanah air kita?. Ada yang mengatakan hidup di Indonesia ini disebutkan dalam bahasa Inggris adalah living on the edge, hidup di sebuah negeri, di sebuah kepingan bumi yang memang rawan dengan tantangan alam diantaranya bencana alam. Negeri kita terbelah menjadi tiga lempeng tektonik, lempeng Asia, lempeng Australia, dan lempeng Pasifik, bagi yang mengenal pergerakan bumi. Saudara tahu, bumi berputar pada porosnya, dikelilingi oleh bulan, bumi dengan dikelilingi bulan, mengelilingi matahari dalam satu lintasan yang disebut revolusi, rotasi. Revolusi adalah order, tatanan dunia. Atas kuasa Tuhan, kehendak Tuhan, tidak ada satupun manusia yang bisa mengubah regularitas dan order ini. Kalau ada perubahan-perubahan itu secara keagamaan, kita pahami sebagai kehendak Tuhan.

 

Yang ingin saya sampaikan adalah pendekatan keilmuan, mengapa saya mengatakan hidup di negeri ini ibarat living on the edge, tiga lempeng tektonik tadi setiap saat saling bertumbukkan, karena proses yang ada dalam bumi, dalam proses rotasi dan revolusinya, dan konon terjadinya benturan antar lempeng itulah yang menyebabkan keseimbangannya yang lebih besar terjaga. Kalau lempeng bertubrukan dengan lempeng terjadi gema. Kalau tubrukannya vertikal, ancaman tsunaminya ada, apalagi kalau skalanya 6,3 Skala Richter lebih. Kalau tabrakannya horisontal, tidak ada tsunami, meskipun damage atau kerusakannya juga bisa besar tergantung di mana episentrumnya.

 

Empat tahun terakhir, atau puluhan tahun sebelumnya, negara kita mengalami banyak sekali gempa bumi, baik yang disertai dengan tsunami maupun tidak. Di samping itu Indonesia memiliki ring of fire, satu deretan gunung berapi yang membentang sepanjang pulau Sumatera, pulau Jawa, naik ke atas Sulawesi, terus ke Filipina sampai Jepang. Yang ke Timur, Nusa Tenggara terus sampai ke Papua dan sampai ke Selandia Baru. Kita tahu fenomena alam dengan ring of fire, di negeri ini sejak dulu sampai sekarang terjadi letusan-letusan gunung berapi.

 

Dekade-dekade terakhir untuk melengkapi kekhasan tanah air kita bagian dari bumi kita akibat pemanasan global, akibat perubahan iklim, terjadi lagi bencana-bencana alam yang tidak sekategori yang saya sampaikan tadi. Banjir bandang, topan, air pasang, kekeringan yang panjang, hujan yang sangat lebat karena global warming dan climate change, itulah negeri kita, inilah tanah air kita. Oleh karena itu, bangsa yang bersyukur kepada Allah Subhaanahu wa Ta’aala, karena di samping kerawanan nanti ada anugerah lain yang dianugerahkan kepada bangsa kita. Memahami realitas geografi ini, tidak ada kata lain, kita harus siap, kita harus akrab, kita harus terbiasa hidup di negeri sendiri dengan segala kerawanan dan tantangan tadi. Jawabannya, untuk mempersingkat cerita saya adalah mari kita lakukan segala upaya untuk antisipasi bencana, untuk siap-siap apabila bencana yang tidak bisa kita prediksi kapan datangnya itu tiba. Mulai dari konstruksi, rumah-rumah kita, pembangunan kota-kota di mana ada patahan-patahan atau dekat lempeng tektonik, atau secara historis itu rawan bencana, daerah sekitar gunung berapi, kemudian kalau terjadi letusan gunung berapi, terjadi tsunami, apa yang mesti kita lakukan? Kita membangun teknologi early warning system untuk tsunami, kita memberikan early warning system untuk letusan gunung berapi, dan sejumlah langkah-langkah if the disaster comes, yang kita lakukan adalah bagian untuk mengurangi, meminimalkan dampak dari bencana itu dengan berbagai bentuknya. Oleh karena itu, saya senang kalau saudara-saudara mempelopori, dan saya ingin seluruh rakyat Indonesia betul-betul memahami bahwa negara kita memang rawan bencana, baik gempa bumi, gempa tektonik, tsunami, letusan gunung berapi, maupun bencana-bencana lain yang belakangan diketahui sebagai akibat dari perubahan iklim dan pemanasan global. Kesimpulan kedua, yang ingin saya sampaikan adalah teruslah menjadi yang berada di depan, pelopor, patriot, perintis, penyelamat, manakala di negeri tercinta ini terjadi bencana alam. Sanggupkah kalian untuk menjadi patriot dan penyelamat, manakala kita mengalami bencana alam? Terima kasih.

 

Yang ketiga, atau yang terakhir, di samping negara kita rawan bencana, negara kita oleh Yang Maha Kuasa juga dianugerahi, diberikan sumber-sumber kekayaan alam yang tinggi. Di Saudi Arabia ada minyak di bawah permukaan tanah, di beberapa negara ada minyak di atas permukaan tanah, kelapa sawit misalnya, di Indonesia kita punya minyak di bawah tanah dan di atas tanah, betapa anugerah untuk kita. Di negeri kita ada berbagai sumber mineral, tambang minyak, batu bara, emas, tembaga, dan banyak sekali. Dari 8 juta km2, tiga perempatnya adalah lautan yang kaya dengan kekayaan yang di wilayah maritim. Indonesia dikenal dengan mega bio-diversity, bersama-sama dengan Brazil dan Kongo adalah wilayah yang memiliki kekayaan alam flora dan fauna yang besar di dunia yang kelak, atau sekarang pun sudah menjadi sumber ekonomi yang baru, sumber kehidupan yang baru.

 

Iklim tropis yang memungkinkan kehidupan flora dan fauna tumbuh dengan baik, hutan-hutan kita, tanaman-tanaman kita, dan lain-lain yang kita miliki. Kita memiliki penduduk yang besar 230 juta dan insya Allah dengan makin kita bangun pendidikan kita, mereka akan menjadi sumber daya manusia yang unggul, yang siap mengelola, mengembangkan, membangun tanah airnya dari apa yang kita miliki ini. Oleh karena itu, tidak ada kamus Indonesia pada saatnya nanti kita bangun bersama-sama tanah air kita, kita memiliki kekurangan pangan, memiliki kekurangan energi, memiliki kekurangan air, tidak boleh terjadi, karena semua yang kita miliki, jika dikelola dengan baik, tidak ada pengrusakan, tidak ada penyimpangan, tidak ada kejahatan, semuanya cukup untuk bangsa kita dan bahkan bisa menolong bangsa lain.

 

Lagi-lagi, tak kenal maka tak sayang. Kalau saudara mengenal semuanya itu, maka mari kita bangun, pembangunan Indonesia yang sifatnya resource based, knowledge based, dan culture based, itu sudah memiliki kedahsyatan nanti dari pembangunan kita. Kita bangun pertanian kita, agar pangan cukup, kita bangun sumber-sumber energi dan pertambangan kita, agar energi cukup, kita bangun lautan kita, agar keseimbangan antara daratan dan lautan, kita majukan sumber daya manusia kita dengan pendidikan dan kesehatan, agar dia bisa mengawaki secara efektif membangun yang kita miliki ini. Kita perbesar ekonomi dalam negeri, kita perbesar pasar domestik kita sehingga meskipun dunia masih bisa menghadirkan krisis, sebagaimana krisis yang kita alami dewasa ini, karena memang tatanan dunia belum aman, tatanan ekonomi dunia belum adil dan juga belum aman, tidak perlu kita cemas karena kita membangun negeri ini dengan benar, karena ekonomi domestik kita juga makin kuat. Kesimpulannya, anak bangsa di seluruh negeri ini, harus betul-betul mengubah paradigma pembangunannya, back to nature, go local. Rumah tangga-rumah tangga, Kampung-kampung, Desa-desa, Kabupaten, harus menjadi sabuk pengaman sekaligus menjadi sumber pertumbuhan di seluruh tanah air.

 

Kerja sama internasional memang kita perlukan, investasi dari luar negeri memang bisa meningkatkan ekonomi kita. Tetapi, tanpa itu pun kita harus memobilisasi dan mendayagunakan semua yang kita miliki.

 

Saudara sebagai patriot, sebagai yang memahami negerinya sendiri, kerawanannya dan sumber-sumber kemakmurannya, ceritakanlah kepada yang lain. Mari kita ubah paradigma kita, cara berpikir kita, cara-cara kita membangun negeri sendiri, kalau itu kita bisa lakukan insya Allah, lima tahun lagi, lima tahun berikutnya lagi, lima tahun berikutnya lagi pada saat kalian yang lebih muda memimpin negeri ini benar-benar Indonesia menjadi negara maju dan sejahtera.

 

Para Pemuda-Pemudi yang saya cintai,

 

Itulah tiga hal penting yang saya sampaikan kepada kalian. Jadilah anak bangsa, generasi bangsa yang berkarakter kuat, berpikir positif, bersikap optimis, berjiwa terang, rukun satu sama lain, dan mau melangkah dan bekerja keras bersama. Jadilah anak bangsa, patriot-patriot yang memahami kelemahan negerinya dari realitas geografi, sehingga kita hidup nyaman dengan penuh kesyukuran sambil mendayagunakan berkah yang diberikan Tuhan Yang Maha Kuasa, dan yang terakhir, mari kita kembangkan negeri kita dengan kontribusi kalian, mendayagunakan semua yang kita miliki di negeri ini. Itulah tiga kesimpulan besar, dan saya menunggu kiprah kalian, pengabdian kalian, karya kalian di seluruh wilayah Indonesia untuk memasuki wilayah besar, tiga hal mendasar yang saya sampaikan tadi.

 

Demikianlah para Pemuda-Pemudi, dan kepada para penyelenggara saya ucapkan terima kasih atas dedikasinya untuk menyelenggarakan gladian atau pelatihan, pengenalan geografi, kepemimpinan, dan character building ini, dan semoga Tuhan Yang Maha Kuasa menuntun perjalanan bangsa kita menuju Indonesia yang sejahtera yang kita cita-citakan bersama. Selamat berjuang, Tuhan beserta kita.

 

Wassalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.


 


Â