Sambutan Presiden RI - Peringatan Natal Nasional Tahun 2015, NTT, 28 Desember 2015

 
bagikan berita ke :

Senin, 28 Desember 2015
Di baca 1176 kali

SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERINGATAN NATAL NASIONAL TAHUN 2015

KUPANG, NUSA TENGGARA TIMUR

28 DESEMBER 2015

 

 

 

Yang saya hormati Bapak-Ibu, Hadirin, seluruh umat Kristiani di seluruh Indonesia, khususnya di NTT (Nusa Tenggara Timur), lebih khusus lagi di Kupang,

 

Bahubung kabar kamana? Bae-bae sah? Saya belajarnya baru tadi malam. Katong samua basodara, benar?

 

Dengan penuh sukacita, marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena pada Natal kali ini kita bisa menyelenggarakan di Kupang, Nusa Tenggara Timur ini.

 

Kita diingatkan bahwa pemahaman tentang keluarga tidak terbatas pada keluarga inti, ayah, ibu, dan anak-anak kita, tetapi juga keluarga lain dalam kesatuan bangsa Indonesia, dalam satu kesatuan umat Tuhan. Sebagai keluarga, kita mendiami bumi sebagai rumah bersama. Peristiwa Natal mengingatkan kita untuk hidup sebagai keluarga. Kita mempunyai tanggung jawab untuk menjadikan hidup bersama di bumi ini semakin baik, saling memberi api dan air, tolong-menolong, bergotong royong. Api ata ola bikin, air ata ola neni. Kalau keliru sedikit-sedikit, dimaafkan ya.

 

Kita bersyukur merayakan Natal dalam keluarga Indonesia yang ber-bhinneka tunggal ika. Leluhur bangsa Indonesia telah membuat sumpah satu nusa, satu bangsa, satu bahasa, dan bukan satu agama. Oleh sebab itu, sebagai warisan asli nusantara, spirit bhinneka tunggal ika harus selalu kita rawat agar cita-cita bersama mewujudkan Indonesia yang sejahtera, Indonesia yang adil, Indonesia yang berdaulat terus menggema dalam sukma bagi seluruh bangsa Indonesia.

 

Hadirin yang saya muliakan, umat Kristiani di seluruh tanah air,

Merayakan Natal berarti mengubah cara berpikir, mengubah cara bertindak, mengubah cara berhubungan antaranak bangsa untuk menghayati Pancasila. Pancasila harus menjadi aktivis bangsa dalam menjalankan iman, menjalankan harap, dan menjalankan kasih Tuhan. Merayakan Natal berarti kita semua menjalankan revolusi karakter mental karena inti dari revolusi karakter mental adalah menjadi manusia baru yang berubah, lebih produktif, lebih optimis, lebih disiplin, dan lebih kerja keras. Denganbekerja keras, berarti kita berdoa. Bangsa ini sudah saatnya bergerak meninggalkan budaya, meninggalkan kultur yang dipenuhi kepalsuan,kesemuan, kemunafikan, dan hanya mementingkan diri sendiri, kurang berbagi terhadap sesama.

 

Natal harus membawa perubahan sikap mendasar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, kehidupan bersama karena dunia telah berubah dengan cepat, dan perubahan tidak dapat dibendung lagi. Maka diperlukan insan Indonesia yang mandiri, yang berdikari dan berjiwa merdeka, serta menegakkan nilai-nilai keutamaan, seperti nilai-nilai budi pekerti, nilai-nilai kepatutan, nilai-nilai sopan santun, nilai-nilai kepantasan, nilai-nilai gotong royong, nilai-nilai toleransi. Natal juga harus membawa semangat, kesahajaan, kesederhanaan, semangat untuk berani mengatakan “Cukup,” semangat untuk rela berbagi, semangat untuk tidak menghambur-hamburkan uang,semangat untuk memperkecil jurang yang kaya dan yang miskin.

 

Natal tanpa perubahan perilaku, jangan sampai Natal hanya seremonial belaka.Tadijuga sudah disampaikan oleh Bapak Uskup. Paus Fransiskus mengatakan, “Natal tanpa pembaruan dan perubahan perilaku hanyalah sekedar sandiwara.”

 

Hadirin yang saya hormati,

Natal harus membawa komitmen bangsa dan negara. Kita harus bekerja keras,Kita bagerik, kita baeng pili. Kita bekerja, kita mendapat hasil.

 

Indonesia harus semakin makmur, Indonesia harus semakin sejahtera, Indonesia harus semakin damai, Indonesia harus penuh sukacita. Hal itu ditegaskan Uskup Sugiyoprato yang mengatakan bahwa urusan Indonesia lebih jujur, lebih adil, dan lebih sejahtera itu adalah tugas kita semua, termasuk umat Kristiani Indonesia.

 

Tadipagi, baru saja saya memulai pekerjaan besar, yaitu pembangunan Bendungan Rotiklot di Kabupaten Belu. Tadi kan saya sudah minta maaf.Kalau keliru sedikit, tidak apa-apa. Tahun yang lalu, juga sudah dimulai pembangunan Bendungan Raknamo.

 

Saya ke NTT ini sudah yang ketiga kalinya. Provinsi yang lain mungkin baru satu kali, satu kali, satu kali. Ini menunjukkan perhatian pemerintah terhadap NTT. Semoga perubahan juga terjadi di Nusa Tenggara Timur.

 

Rencananya, memang akan dibangun tujuh waduk dan bendungan di NTT.Padahal yang ngantre 34 provinsi.Yanglain-lain hanya dapat satu waduk atau bahkan tidak dapat waduk, NTT dapat tujuh.Karenaapa? Karena tanpa waduk, tanpa bendungan, tanpa embung, tanpa air,bagaimana NTT bisa menanam? Tanpa air, bagaimana bisa menanam padi?Tanpaair, bagaimana bisa menanam jagung?Tanpaair, bagaimana bisa menanam sorgum?Tanpa air, bagaimana bisa menanam ketela pohon?Tidakbisa.

 

Tanaman, hewan, peternakan, semuanya membutuhkan air. Oleh sebab itu, tahun yang lalu saya putuskan:KuncinyaNTT adalah air.Tidak ada yang lain. Nanti kita coba lihat tiga-empat tahun mendatang, akan seperti apa setelah waduk, bendungan, dan embung-embung itu jadi.

 

Saya teruskan.Kembalisaya ulang.Kitabagerik, kita baeng pili.Kita bekerja, kita mendapatkan hasil.

 

Indonesia harus semakin makmur, semakin sejahtera, semakin damai, dan semakin penuh dengan sukacita. Hal itu ditegaskan Uskup Sugiyoprato yang mengatakan bahwa urusan Indonesia lebih jujur, lebih adil, dan lebih sejahtera adalah tugas kita semua, termasuk umat Kristiani Indonesia. Hal senada juga dikemukakan oleh Pendeta Eka Dharma Putra yang menegaskan bahwa bekerja untuk kemuliaan Indonesia harus menyatu dalam diri umat Kristiani; sekali lagi, bahwa bekerja untuk kemuliaan Indonesia harus menyatu dalam diri umat Kristiani.

 

Selamat Hari Natal 2015, dan selamat Tahun Baru 2016.Terimakasih.

 

Sampaijumpa lae.Sampaijumpa lagi.Terimakasih.

 

Selamat sore.

*****

Biro Pers, Media dan Informasi

Sekretariat Presiden