Sambutan Presiden RI dalam Presidential Lecture oleh Prof. David T. Ellwood, 15 September 2010

 
bagikan berita ke :

Rabu, 15 September 2010
Di baca 739 kali

SAMBUTAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
DALAM PRESIDENTIAL LECTURE

OLEH DEAN OF HARVARD KENNEDY SCHOOL,

JOHN F. KENNEDY SCHOOL OF GOVERNMENT,

PROF. DAVID T. ELLWOOD,

DI ISTANA NEGARA, JAKARTA,

15 SEPTEMBER 2010

 

Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Salam sejahtera untuk kita semua,

 

Saudara Wakil Presiden, Prof. David Ellwood, Hadirin sekalian yang saya hormati,

Alhamdulillah, hari ini kita dapat bersama-sama mengikuti acara presidential lecture yang hari ini akan diisi oleh ceramah dari Prof. Ellwood, Dean dari Harvard Kennedy School. Saya mengucapkan selamat datang kepada Prof. Ellwood dan terima kasih atas kesediaannya untuk memberikan ceramah pada forum presidential lecture hari ini. Saya juga berharap semoga hubungan dan kerjasama antara Harvard University dengan universitas-universitas di Indonesia ataupun lembaga yang lain terus berkembang.

 

Saya juga berharap Prof. Ellwood dalam kunjungan ini dan insya Allah kunjungan-kunjungan yang akan datang makin mengerti tentang Indonesia yang saat ini sedang melakukan perubahan besar, atau transformasi besar, melanjutkan reformasi gelombang kedua, mematangkan kehidupan demokrasi kami, nurturing and consolidating our democracy, membangun ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, serta terus mengukuhkan supremasi hukum dan keadilan.

 

Alhamdulillah, dengan kerja keras kami semua, Indonesia berhasil keluar dari krisis besar tahun 1998, dan dalam krisis ekonomi global tahun 2008 yang lalu Indonesia selamat. Dalam arti kami bisa mengurangi, atau meminimalkan dampak dari krisis itu seraya menjaga pertumbuhan yang tetap positif. Tahun 2008 growth kami 6,1 %, dan tahun 2009 4,5 %. Insya Allah tahun ini kembali pada angka sekitar 6 %. Meskipun Indonesia tahun-tahun terakhir ini telah dapat kembali memulihkan pertumbuhan ekonomi, mengurangi pengangguran, dan juga mengurangi kemiskinan-kemiskinan, tetapi kami ingin lebih cepat dan lebih besar lagi hasil yang kami capai.

 

Karena itu, terasa relevan ceramah yang akan disampaikan oleh Prof. Ellwood, yang di depan bertuliskan "Creating Job, Reducing Poverty, and Improving the Welfare of the People, Acting in Time on Hard Problems." Saya yakin pandangan Prof. Ellwood tentang tema penting ini akan berguna bagi Indonesia agar kami lebih berhasil lagi dalam membangun ekonomi kami. Dan perlu saya informasikan kepada Prof. Ellwood bahwa sejak tahun 2004, saya telah menganut dan memilih yang saya sebut dengan dulunya triple track strategy, yaitu growth, kemudian yang kedua job, yang ketiga adalah poverty reduction. Sekarang, sejak tahun lalu telah menjadi four track strategy; growth, job, poverty reduction, dan environment, dalam arti tetap menjaga kelestarian lingkungan.

 

Sebelum saya mempersilakan Prof. Ellwood untuk menyampaikan ceramahnya, saya ingin menyampaikan dua hal. Pertama, Professor, terima kasih atas penerimaan yang baik ketika saya berkunjung ke Kennedy School of Government tahun lalu. Saya bisa berdiskusi dengan lebih dari sepuluh professor waktu itu, yang Prof. Ellwood pimpin sendiri. Saya juga bertukar pikiran dengan satu dua professor secara terpisah. Dan saya juga bisa berdiskusi dengan beberapa pakar dari Massachusetts Institute of Technology, dengan Harvard sendiri tentang energi terbarukan. Saya merasa di samping belajar dari Harvard, tetapi juga share pikiran dan pandangan saya dengan teman-teman di sana tentang pembangunan di sebuah negara berkembang, termasuk bagaimana kita masuk dalam peradaban gelombang ke empat, di mana faktor lingkungan menjadi sangat sangat penting.

 

Pidato saya dulu di Harvard berjudul atau bertemakan tentang dialog dan harmoni antar agama dan civilizations. Saya merespon pidato Presiden Obama di Kairo yang berjudul "A New Beginning", dan saya jawab di Harvard waktu itu dengan tawaran reinvent the world yang intinya bagaimana Barat dan Islam, Amerika dan Islam sesungguhnya harus belajar untuk saling mengerti, saling menghormati, dan saling menghargai. Dengan demikian akan terbangun tatanan global yang baik. Oleh karena itu, minggu lalu saya harus mengirim surat kepada Presiden Obama karena saya menengarai ada sesuatu yang bisa mengancam harmony among civilizations, harmony among religions, dan bisa bahkan threatening the global peace and security, dengan apa yang kita kenal keinginan seorang yang bernama Terry Jones untuk melakukan tindakan yang irasional. Alhamdulillah itu tidak terjadi, dan marilah ke depan kita terus peduli dan sangat mengelola pentingnya dialog dan harmoni antar peradaban ini.

 

Yang kedua, forum ini, Professor, atau forum Presidential Lecture yang kita lakukan di Indonesia ini juga dihadiri atau diisi oleh ceramah dari berbagai tokoh dunia, antara lain Nobel Laureateshare pikiran dan pengalaman beliau-beliau dengan kami semua yang di Indonesia ini. Dan hadir di sini para Menteri, Dewan Pertimbangan Presiden, anggota Komite Ekonomi Nasional, Komite Inovasi Nasional, para Rektor dari Universitas, bahkan pimpinan media massa, dan pimpinan Badan Usaha Milik Negara. Saya ingin mengucapkan terima kasih juga pada Rajawali Foundation yang telah ikut memfasilitasi acara yang penting ini. Muhammad Yunus, Prince of Charles, Bill Gates, Kofi Annan, Mantan Presiden Polandia, Lech Walesa, Jeffrey Sachs, Kishore Mahbubani, dan sejumlah tokoh yang telah juga

 

Demikianlah sambutan pengantar saya, dan marilah Saudara-saudara, kita bersama-sama mendengarkan ceramah dari Prof. Ellwood dan nanti pada saatnya silakan berinteraksi dalam waktu yang memungkinkan agar kita bisa saling belajar, baik pikiran maupun pengalaman. Terima kasih.

 

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

 

 

TANGGAPAN

 

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

 

ATAS PRESIDENTIAL LECTURE PROF. ELLWOOD

 

Saya ingin menyampaikan pandangan dan komentar singkat terhadap apa yang disampaikan oleh Prof. Ellwood dan juga komentar dari Saudara-saudara sekalian. Saya berpikir, Professor, kalau harus bicara tentang grand strategy tentang pembangunan di negara berkembang, ataupun pembangunan ekonomi, maka saya harus mengatakan sustainable economic development. Saya kira untuk abad 21, itu yang harus diperhatikan oleh siapapun yang membangun ekonominya. Yang kedua, saya tertarik beberapa subjects, beberapa points yang disampaikan oleh Prof. Ellwood, dan sekaligus tanggapan atau response dari yang hadir pada presidential lecture hari ini. Saya senang bahwa meskipun ekonomi itu adalah a complex issue, tidak bisa hitam putih, tidak sesederhana yang kita pikirkan, it is very, very complex, tetapi ada elemen-elemen yang penting yang menurut saya sangat releven bagi negara berkembang, seperti pentingnya growth, pentingnya job, pentingnya pengurangan kemiskinan. Tanpa pencapaian semua itu harus mengabaikan kelestarian lingkungan.

 

Saya tertarik, dan saya pikir-pikir barangkali menginspirasi saya dan kita semua yang ada di negeri ini, bahwa di samping kita terus bergulat untuk mengurangi kemiskinan dengan berbagai cara, baik itu yang follow market rules, market mechanisms, maupun yang tidak, yang dengan tangan-tangan pemerintah, karena kita juga sering menghadapi yang disebut market failure, artinya semua kita padukan, dengan tujuan kemiskinan di Indonesia secara sistematis terus berkurang. Yang ingin saya sampaikan, yang saya maksudkan saya tertarik dengan yang disampaikan oleh Prof. Ellwood tadi, adalah kalau kita ingin mengurangi kemiskinan, sumbernya income mereka yang pas-pasan, penghasilan atau pendapatan mereka yang pas-pasan tidak bisa in the long run, masih harus terus kita berikan apakah bantuan cash, apakah subsidi dan lain-lain, meskipun jangka pendek. Dan pada mereka yang sangat memerlukan itu tentu tidak bisa diabaikan, tetapi semacam a work and pay oriented strategy, saya kira itu juga perlu kita pikirkan. Sesungguhnya tidak bertentangan dengan yang kita gagas, apakah pembangunan ekonomi yang pro growth, pro job and pro poor, dan pro environment sekarang ini. Tapi pada tataran yang sifatnya operasional, tentu kita harus memikirkan bagaimana sesungguhnya makin banyak yang mendapatkan lapangan pekerjaan, dan kemudian pekerjaan itu kemudian mendapatkan penghasilan yang makin baik. Saya harus mengatakan misalnya more jobs and better pay strategy. Mungkin ini juga menginspirasi kita, bagaimana ekonomi itu kita kelola seperti itu. Namun, kalau Prof. Ellwood mengatakan skills, saya juga melihat di negeri kita misalkan, Saudara-saudara, banyak saudara-saudara kita yang tentu harus kita berikan capital capacity, entah education, entah health care, dan sebagainya. Supaya dia juga bisa mendapatkan lapangan pekerjaan, dia punya capital, dia punya capacity. Manakala jobs itu tersedia, dengan skillsknowledge, dengan apapun dia bisa bekerja dan kemudian jobs didapat, penghasilan yang baik juga dia dapatkan. Saya kira kalau kita bicara di situ tentu tidak ada perbedaan yang mendasar

 

Tentang growth, Professor, saya ingin share. Di berbagai pertemuan G-20 yang saya ikuti, sudah empat kali kami bertemu, di forum APEC juga sudah berkali-kali. Itu memang sekarang sedang diistilahkan strong, balance, and sustainable global growth. Saya kira bagus, sebagai koreksi terjadinya imbalance growth yang akhirnya kemarin terjadilah krisis atau resesi perekonomian global. Pada tingkat domestik, saya harus memaknai kalau strong, balance, and sustainable growth, tapi kami ada isu sosial, isu keadilan, yang harus kami jaga, sehingga kami harus bicara inclusive growth, tentu strong and equitable growth.

 

Ini pengalaman yang saya hadapi memimpin negeri enam tahun ini. Aspek-aspek sosial juga kita integrasikan untuk mencapai tujuan-tujuan ekonomi yang in the end adalah to improve the welfare of the people. Saya kira pada tingkat itu kita juga memiliki pengertian-pengertian yang sama. Itu saja yang menjadi komentar saya. Tapi yang jelas dengan, Saudara-saudara, kita mendengarkan pandangan Prof. Ellwood, kita pernah mendengarkan pandangan Muhammad Yunus, tentang istilah beliau micro credit, micro economy, micro finance, tujuannya to reduce poverty. Jadi saya kira banyak pandangan yang bisa kita dengarkan, kita kaji untuk membandingkan dengan pilihan kita sendiri, dengan strategi dan kebijakan kita sendiri. Karena tentu bagus kalau kita saling sharing ideas, and sharing experiences di antara kita semua. Itu saja komentar saya. Sekali lagi terima kasih kepada Prof. Ellwood, dan mari kita berikan tepuk tangan yang paling meriah.