Sambutan Presiden RI pada Acara Buka Puasa Bersama dengan Anggota KADIN, 3 September 2010

 
bagikan berita ke :

Jumat, 03 September 2010
Di baca 733 kali

SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PADA ACARA BUKA PUASA BERSAMA DENGAN

PENGURUS DAN ANGGOTA KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI

(KADIN) INDONESIA

TANGGAL 3 SEPTEMBER 2010

DI BALAI SIDANG, JAKARTA

 

 

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

 

Para hadirin hadirat yang saya hormati, khususnya para pimpinan dan keluarga besar KADIN Indonesia yang saya cintai,

 

Alhamdulillah, sore hari ini kita dapat bersama-sama bersilaturahim dan beribadah menjalankan ibadah puasa di bulan suci yang penuh berkah dan ampunan ini, dan semoga ibadah kita mendapatkan ridho dari Allah SWT.

 

Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada KADIN yang telah mengundang saya dan hadirin sekalian tamu undangan untuk berbuka puasa bersama pada sore hari ini. Dan juga terima kasih dan penghargaan saya yang tinggi kepada KADIN atas kebersamaan selama ini untuk terus meningkatkan pembangunan ekonomi dan dunia usaha di negeri kita. Tadi, Saudara Adi Putra Tahir berharap agar kemitraan dan kebersamaan antara Pemerintah dengan KADIN terus dijaga dan bahkan ditingkatkan. Saya menyambut baik, saya bersetuju, dan memang, ekonomi akan tumbuh baik, dunia usaha pun akan berkembang manakala terbangun kolaborasi, kemitraan, dan kerja sama yang baik antara pemerintah dengan dunia usaha.

 

Kita telah membuktikan pada tahun 2008 dan awal 2009 yang lalu ketika Indonesia mendapatkan dampak krisis perekonomian global, kita segera duduk bersama membahas solusi serta kebijakan dan tindakan yang perlu diambil. Siang dan malam waktu itu, dan akhirnya sejarah membuktikan, bahwa Indonesia, atas kebersamaan itu bisa meminimalkan dampak dari krisis perekonomian global.

 

Berbeda dengan pengalaman kita, sepuluh, sebelas tahun yang lalu karena boleh dikata dulu, bekerja, berjalan dan bergerak sendiri-sendiri, kurang bersinergi, maka krisis yang menimpa kita sulit untuk dapat kita pecahkan secara bersama dan ekonomi kita berada dalam keadaan yang buruk waktu itu. Kita semua belajar, kita semua melakukan pembaharuan, dan buah yang nyata dapat kita petik beberapa saat yang lalu. Oleh karena itu ajakan Saudara Adi Putra Tahir yang memimpin KADIN sekarang ini saya sambut dengan baik dan marilah kita teruskan kolaborasi dan kemitraan kita. Pemerintah juga sangat menyadari pentingnya dunia usaha. Oleh karena itu kebijakan yang kami kembangkan sebenarnya juga mempertimbangkan apa yang baik untuk dunia usaha kita karena jika dunia usaha tumbuh berkembang, lapangan pekerjaan akan tersedia lebih banyak lagi, kemudian pendapatan negara juga akan meningkat, dunia usaha pun juga akan bergerak, sehingga membawa manfaat bersama bagi semua.

 

Saudara-saudara,

Pemerintah telah membentuk Komite Ekonomi Nasional. Sebagian besar adalah putra-putri pengurus KADIN, di samping para pakar ekonomi. Ini juga menunjukkan bahwa di dalam policy development, dalam strategy development, dalam mencari opsi dan solusi yang berkaitan dengan usaha dan ekonomi, kami mengajak semua pihak untuk memikirkannya bersama dan kemudian mencari jalan keluar yang terbaik. Saya berharap melalui representasi yang ada di Komite Ekonomi Nasional, KADIN juga terus menyampaikan pandangan, pikiran, dan rekomendasinya.

 

Saudara-saudara,

Insya Allah, pada akhir bulan ini KADIN akan menyelenggarakan musyawarah nasional. Saya dengan senang hati akan membuka munas nanti, dan di situlah saya berharap kita bisa berdialog, para Menteri, jajaran Menko Perekonomian saya harapkan bisa datang semua untuk bersama-sama membahas isu demi isu, policy demi policy dengan tujuan kita bisa membangun hubungan yang baik dan kemudian menghasilkan kebijakan dan program aksi yang baik pula. Yang disampaikan oleh Saudara Adi Putra Tahir akan saya simpan nanti, akan saya sampaikan pada saat musyawarah nasional KADIN, karena banyak yang fundamental dan perekonomian itu sesuatu yang kompleks, bukan hanya bicara fundamental, bukan hanya bicara sektor moneter, sektor real, makro, mikro, dan hal-hal yang berkaitan dengan itu, tapi juga berkaitan dengan faktor psikologi, faktor lingkungan, apalagi dalam era globalisasi ini. Oleh karena itu pemahaman yang utuh tentang seluk-beluk ekonomi sangat penting baik bagi pemerintah, bagi dunia usaha, maupun bagi masyarakat luas.

 

Tiga tahun terakhir saya sangat aktif, juga didampingi oleh sebagian dari saudara, bersama-sama pemimpin dunia yang lain, dalam forum ASEAN, dalam forum East Asia, dalam forum APEC, dalam forum G-8 dan dalam forum G-20. Semua bangsa, semua negara, sedang melakukan penataan ulang, perubahan mindset dan bagaimana sebuah kebijakan ekonomi dikembangkan dengan krisis global yang baru saja kita alami. Demikian pula negara kita, kita harus menemukan sendiri, sistem, strategi, kebijakan, dan aksi-aksi real yang harus kita jalankan secara bersama, dengan kebersamaan kita insya Allah yang akan kita pilih akan tepat adanya.

 

Saudara-saudara,

Pandangan atau usulan, baik nanti dibahas pada saat musyawarah nasional, karena satu policypolicy yang lain. Oleh karena itu kita pastikan bahwa apapun yang kita pilih membawa kebaikan, bagi dunia usaha, bagi pemerintahan, dan kalau membawa kebaikan bagi dua-duanya, maka rakyat akan diuntungkan karena apa yang dilakukan pemerintah untuk rakyat, yang Saudara lakukan sebenarnya juga membuka ruang bagi rakyat untuk bisa bekerja dan mendapatkan penghasilan yang lebih tinggi, serta aktivitas-aktivitas lain dalam dunia usaha dan perekonomian. berkaitan dengan

 

Hadirin yang saya hormati,

Tadi pimpinan KADIN mengatakan bahwa "Alhamdulillah sudah saya tanda tangani usulan untuk perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga KADIN yang akan menjadi landasan bagi munas yang akan datang". Yang saya ceritakan bukan itu. Saya bertemu dengan senior KADIN dan kemudian mengingatkan saya ada yang perlu segera ditertibkan oleh Presiden. Setelah pembicaraan itu, saya langsung mengajak melaksanakan pengecekan di mana posisi draft Peraturan Presiden itu. Setelah dicek memang sedang dimintakan paraf dari menteri-menteri terkait. Satu hari berikutnya lagi selesai, masuk ke saya dan langsung saya tanda tangani. Saya ingin menyampaikan banyak sekali sms masuk kepada saya "Pak SBY, tolong ditandatangani, sudah 3 bulan di meja Pak SBY". Loh kok tahu 3 bulan? Yang mengirim dari Sumatera, dari Sulawesi. Saudara-saudara, kalau ada surat hari itu di meja saya, ini pembantu saya banyak, staf pribadi, ada Seskab, ada Mensesneg, hari itu juga saya teken. Tidak pernah bermalam di meja, apalagi 3 bulan.

 

Jadi, kalau anda merasa sudah mengirim surat kepada Presiden, Presiden itu lembaga, ada proses, menteri terkait dibahas, diharmoniskan, perbaiki lagi, kalau sudah dimintakan paraf. Bisa dua hari, bisa seminggu, bisa sebulan. Itulah manajemen pemerintahan. Oleh karena itu, kalau ada yang tidak jelas, tanyakan ke Sekretaris Kabinet, Menteri Sekretaris Negara, daripada belum-belum "sudah 4 bulan di meja Presiden". Saya sudah menjelaskan, tetapi intinya semua akan kita respon dengan baik.

 

Yang kedua bicara kemacetan. Ini saya juga sering menjadi korban. Saya bekerja di kantor, selama tiga hari tiga malam tidak keluar-keluar. Mungkin ada kemacetan, di mana begitu telepon "Pak SBY, apakah Bapak lewat tempat ini?" Lewat kemana? Saya di kantor ini. Jadi kalau macet pasti Presiden lewat.

 

Saudara-saudara,

Selama saya menghadiri undangan buka puasa, dari DPD, dari DPR, dari BRI, TNI, Polri, Saudara tahu, kalau biasanya dari kantor saya di Istana sampai tempat itu seperempat jam, saya dua kali lipatkan setengah jam, hampir pasti seperempat jam saya bersama yang lain juga nunggu begitu. Tadi dari Cikeas, yang harusnya setengah jam sampai tempat ini, saya gunakan waktu satu jam. Saya juga sama menunggu. Oleh karena itu, tolong, jangan terlalu cepat kalau macet, pasti Presiden lewat.

Bicara kemacetan, saya ingin bicara satu hal yang penting, dengarkan baik-baik, karena mungkin akan memberikan peluang bisnis siapa tahu nantinya. Kalau bicara bisnis, jangan hanya melihat APBN. APBN kecil, hanya 1000 trilyun, itu pun yang  untuk spending. Yang menggerakkan dunia usaha, infrastructure building itu tidak lebih dari 20 persen. Tapi think of GDP, Gross Domestic Product kita 5000 trilyun. Di situlah ruang, di situlah opportunity. Makin cerdas kita, akan mencari peluang dari five thousand trillion rupiah, instead seribu trilyun atau 20 persen dari GDP kita. Kita akan menuju kesitu sebagaimana dunia usaha di negara-negara lain. Dengan kolaborasi yang baik, insya Allah akan kita temukan nanti peluang-peluang seperti apa.

Kembali soal macet tadi. Kemacetan Jakarta itu explainable. Bagaimana tidak macet, setiap tahun, Alhamdulillah barangkali daya beli naik, jumlah pertumbuhan motor dan mobil 10-15 persen, yearly. Tambahan panjang jalan, per tahun 0,01 persen. Setahun, dua tahun, lima tahun, sepuluh tahun, hampir pasti akan terjadi kemacetan yang luar biasa, ini bicara Jakarta, belum kepadatan penduduk. Saya kira Jakarta satu hektar lebih dari 250, yang ideal kurang dari 100 orang, belum rasio antara gedung dengan lingkungannya, koefisien daerah bangunan, dan sebagainya. Oleh karena itu ada persoalan yang fundamental di Jakarta ini. Solusinya apa, kita tidak boleh meratap, melihat masalah, dan kemudian do nothing. We have to do something. Opsinya ada 3, satu, kita benahi Jakarta, dengan membangun segala prasarana dan sarana transportasi yang baru. Di permukaan, di bawah permukaan, di atas permukaan, semua problematik. Tetapi kalau solusinya kita pertahankan Jakarta, baik sebagai ibukota sekaligus pusat pemerintahan, maka solusinya adalah mengatasi kemacetan Jakarta. One option?

 

Opsi yang kedua kita bisa membandingkan dengan apa yang dilakukan oleh Malaysia. Ibukota Malaysia tetap Kuala Lumpur, tapi pusat pemerintahan di Putra Jaya. Dengan konsep itu, dipisahkan, cut off, tetapi tentu ada komunikasi yang baik, berkembanglah Putra Jaya. Atau, opsi yang ketiga, sama sekali membangun ibukota yang baru, the real capital dan the real government center, seperti Canberra, Brazilia, Ankara, dan tempat-tempat yang lain. Ada 3 opsi, tiga-tiganya ada plus minus, plus minus, plus minus, but we have to decide. Kalau kita putuskan sekarang-sekarang ini, misalnya opsinya yang kedua dan ketiga, kita membangun pusat pemerintahan yang baru, maka sepuluh tahun dari sekarang, baru bisa dilakukan berdirinya pusat pemerintahan yang baru, yang sudah lebih terencana, dengan desain yang bagus, dan memenuhi syarat-syarat sebagai pusat pemerintahan yang baik. Opsi ini terbuka, ini masalah besar, pemerintah akan berpikir dengan serius. Saya sudah mulai berpikir diam-diam meskipun tidak setiap saat bicara di hadapan pers, karena ini fundamental tentu diperlukan kesepakatan bersama, pemerintah, parlemen, dan semua kalangan masyarakat. Mana yang kita pilih, opsi satu, opsi dua atau opsi tiga.

 

Nah, kalau kita bicara opsi dua misalnya, biarkan Jakarta, tempat diproklamasikannya negara kita, kita pertahankan sebagai ibukota, ekonomi, perdagangan, dan usaha dan semua ada di sini. Kita bangun tempat yang baru sebagai pusat pemerintahan. Nah, kalau kita membangun baru tentu well-planned, well-designed. Kemudian kita hitung keindahan, aspek lingkungan dan lain-lain. Kita barangkali memerlukan waktu lima sampai tujuh tahun untuk membangunnya. Itu big project. Putra Jaya menghabiskan uang sekitar Rp 80 trilyun. Kalau kita ingin membangun seperti itu dengan cakupan yang lebih luas, could be more. Dari mana? Mungkin dari APBN sebagian, sebagian partnership government dengan public. Sebagian barangkali bisa kita lepas aset pemerintahan yang ada di Jakarta, kemudian kita bangun yang baru. Banyak opsi yang tersedia, tetapi yang jelas kalau itu menjadi pilihan kita nanti, saya akan mendengar masukan, rekomendasi dari semua pihak sebelum kita, bukan hanya pemerintah, mengambil keputusan. Karena sekali itu kita putuskan maka semua akan kita lakukan dan peluang bisnisnya luar biasa. Saya berandai-andai kalau itu dibangun, tentu 90 persen harus dilakukan oleh pengusaha dalam negeri, misalnya seperti itu. Barangkali material yang kita impor juga dibatasi, tidak lebih dari 10 persen, misalnya, selebihnya di dalam negeri. There will be big business opportunities, kalau itu yang kita pilih. Oleh karena itu, ini masalah besar, masalah fundamental, jangan kita teriak-teriak tiap hari 'kemacetan, kemacetan' tapi kita tidak berpikir besar. Kita harus think big, kemudian melakukan sesuatu dengan besar.

 

Inilah yang ingin saya sampaikan pada forum yang mulia ini, pertama kali saya sampaikan saya mendengar sebulan ini silang pendapat, pindah kemana kita.  Kemananya nanti, yang penting konsepnya benar, ideas-nya benar, design-nya benar, kita sepakat, baru kita lakukan solusi untuk Jakarta masa depan.

 

Itulah Saudara-saudara, pada tingkat sekarang ada tiga opsi, silakan dibicarakan baik-baik, saya ingin menunggu. Tetapi insya Allah, pilihan kita, solusi untuk jangka panjang, untuk anak cucu kita, untuk generasi mendatang.

Sekian. Terima kasih atas perhatiannya.