Sambutan Presiden RI pada Buka Puasa Bersama dengan Para Menteri dan Dubes, 20 Agustus 2010

 
bagikan berita ke :

Jumat, 20 Agustus 2010
Di baca 844 kali

SAMBUTAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PADA

BUKA PUASA BERSAMA

DENGAN PARA MENTERI KABINET INDONESIA BERSATU II

DAN DUTA BESAR NEGARA-NEGARA SAHABAT

DI ISTANA NEGARA, JAKARTA
TANGGAL 20 AGUSTUS 2010

 



Bismillahirrahmaanirrahim,

 

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

 

Salam sejahtera untuk kita semua,

 

Yang saya hormati Saudara Wakil Presiden beserta Ibu,

 

Hadirin sekalian yang saya muliakan,

 

Marilah kita sekali lagi memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, atas rahmat dan ridho-Nya, kita semua masih diberikan kesempatan untuk melanjutkan tugas dan pengabdian kita kepada masyarakat, bangsa, dan negara, bahkan bagi kepentingan umat sedunia. Dan bagi yang beragama Islam masih dapat menjalankan ibadah puasa. Semoga ibadah kita diterima oleh Allah SWT.

 

Yang kedua, selaku shohibul bait, saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada Bapak/Ibu, Saudara sekalian yang berkenan hadir di tempat ini memenuhi undangan saya untuk melaksanakan buka puasa bersama, shalat Maghrib bersama, dan tadi telah mendengarkan hikmah Ramadhan yang tadi telah disampaikan oleh Bapak K.H. Munahar Mochtar.

 

Hadirin, hadirat yang dimuliakan Allah SWT,

 

Kebetulan bulan ini, disamping kita menjalankan ibadah puasa, juga memperingati hari kemerdekaan negara kita. Tepat pada saat seperti ini kita melaksanakan refleksi, kontemplasi, dan juga tafakur. Tadi, dalam hikmah ramadhan Saudara Munahar sudah menyegarkan sebenarnya kepada kita semua, pesan-pesan moral dan spiritual untuk kita terus menyempurnakan kepribadian kita. Tema yang diangkat sungguh kena, menjaga kebersihan hati. Semoga kita semua juga terus diberikan bimbingan, petunjuk, dan tuntunan dari Allah SWT untuk terus menjaga hati kita, ucapan kita, perilaku kita sehingga kita bisa membangun kehidupan yang baik di negeri tercinta ini.

 

Saudara-saudara,

 

Saya tidak ingin berpanjang lebar. Tetapi kalau sebagai umaro, apa yang disampaikan oleh Kyai Munahar tadi, itu juga dapat kita aplikasikan dalam kehidupan kita semua, kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Satu yang saya garis bawahi tadi adalah tabiat yang baik untuk kita tidak terlalu mudah menyalahkan orang lain, atau kalau kita bisa lihat dari sisi yang lain, adalah kita harus justru sering untuk melakukan introspeksi, mawas diri, melihat kekurangan kita masing-masing agar kita bisa memperbaikinya. Saya ingin mengajak hadirin sekalian untuk melihat keadaan negeri kita sekarang ini. Sebutlah setelah sepuluh tahun kita melakukan reformasi, maka kalau kita jujur dan terbuka, dari apa yang kita lakukan bersama sepuluh tahun terakhir ini, tentu ada yang kita capai. Sekaligus ada yang belum kita capai. Ada yang sudah baik, ada yang belum baik. Ada kisah sukses kita meskipun secara jujur harus kita akui masih ada pula kegagalan-kegagalan kita.

 

Dengan demikian, kalau kita mendengar berbagai pandangan, baik dari dalam maupun luar negeri terhadap semuanya itu, maka sikap yang paling baik, sikap yang paling mulia adalah bersama-sama melakukan introspeksi. Yang sudah baik tentu kita jaga dan kalau bisa kita tingkatkan lagi. Yang belum baik, yang masih gagal, yang masih menjadi pekerjaan rumah, mari bersama-sama kita perbaiki. Saya punya catatan kecil dari apa yang saya dengar, baca, dan sering rasakan sendiri bagaimana dunia melihat negeri kita seperti juga bangsa kita melihat dirinya sendiri.

 

Hadirin, hadirat yang saya muliakan,

 

Kalau saya ikuti apa yang disampaikan oleh banyak pihak di luar negeri, dari berbagai macam sumber tahun-tahun terakhir ini, maka mereka mengatakan adanya sudah dicapai oleh Indonesia dalam satu perubahan maha besar sepuluh tahun terakhir ini. Namun, mereka juga dengan gamblang menjelaskan mana-mana yang dianggap belum baik, bahkan belum berubah secara signifikan. Kalau saya menyampaikan apa yang dilihat oleh mereka semua sebagai kemajuan, maka tentu kita bersyukur dan kita pun sadar bahwa yang dilihat sebagai kemajuan itu di sana sini kita pun masih merasakan masih ada kekurangan-kekurangannya. Barangkali dilihatnya adalah dari keadaan lima tahun sebelumnya, sepuluh tahun sebelumnya utamanya pada saat negara kita mengalami krisis yang luar biasa. Dunia melihat bahwa demokrasi dan kebebasan telah hadir. Kita sendiri barangkali belum puas terhadap demokrasi yang berkembang di negara ini. Tetapi, dilihat oleh dunia telah tumbuh demokrasi dan kebebasan, hak azasi manusia mereka lihat makin dihormati. Keamanan dalam negeri kita dibandingkan masa-masa yang sangat sulit dulu, itu dianggap relatif pulih. Politik, meskipun bayak dinamika, riak-riak di sana sini, dianggap makin stabil. Ekonomi, ktika dulu kita porak-poranda karena krisis sebelas tahun yang lalu, dianggap makin tumbuh. Kerukunan sosial dianggap makin baik. Ingat dulu terjadi konflik horizontal dimana-mana, dan kemudian dunia juga melihat bahwa peran internasional kita tahun-tahun terakhir ini makin menguat. Alhamdulillah.

 

Tetapi, mari dengan lapang dada juga kita terima kritik, penilaian, komentar dari apa yang ada di negeri kita ini yang dianggap belum baik atau belum berhasil benar. Dilihat bahwa kepastian hukum belum sepenuhnya terwujud. Mari kita introspeksi. Korupsi masih terjadi. Birokrasi kita dianggap belum sungguh mencerminkan good governance. Kerusakan lingkungan masih dijumpai di tempat-tempat tertentu. Infrastruktur masih kurang memadai, dan ini berkaitan dengan ekonomi dan investasi kita. Biaya politik dilihatnya masih tinggi, khususnya justru pada pemilihan-pemilihan kepala daerah. Gangguan terhadap kerukunan dan toleransi diantara kita dilihat masih ada. Demikian juga, sejumlah aksi-aksi kekerasan yang mengganggu keamanan dan ketertiban publik juga masih dijumpai. Marilah, apa yang dilihat oleh dunia dan apa yang kita rasakan ini kita terima dengan lapang dada sebagai satu pekerjaan rumah, sebagai sebuah misis bagi kita semua untuk kita lakukan di tahun-tahun mendatang.

 

Siapa yang bertanggung jawab dan bertugas harus membenahi masalah-masalah ini, kalau itu kekurangan dan belum keberhasilan. Dan siapa pula yang harus menjaga bahkan meningkatkannya, apabila itu merupakan hasil ataupun prestasi yang telah kita raih. Pertama-tama, tentu saya sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan, mulai dari diri saya sendiri dan jajaran pemerintah. Mari kita terima apa yang dikritikan kepada kita untuk kita lakukan perbaikan dengan sunguh-sungguh. Tentu, harapan saya lembaga-lembaga negara yang lain juga melihat apa kekuarangan dan apa yang bisa dikontribusikan untuk memperbaiki raport yang belum biru di negara kita ini.

 

Demikian juga organisasi politik, organisasi kemasyarakatan, dunia usaha, para penegak hukum, pers dan media massa, para elit dan tokoh nasional, semua komponen bangsa, semua warga negara. Kalau semua dengan lapang dada menerima bahwa masih ada kekurangan dan kebelumberhasilan di negeri ini, dan kita bersedia untuk memperbaikinya dan berhenti untuk saling menyalahkan, saling menuding atau menganggap diri kita sudah serba baik dan orang lain serba tidak baik. Maka, dengan sikap mental, cara pandang, dan perilaku yang tepat seperti itu, saya punya keyakinan, insya Allah, dengan ridho Allah SWT, maka pekerjaan rumah-pekerjaan rumah itu akan dapat kita selesaikan di waktu yang akan datang dan kita terus bisa menjaga apa yang kita raih hingga hari ini.

 

Itulah, Saudara-saudara, pandangan, harapan, dan ajakan saya sebagai umaro yang sedang mengemban amanah. Saya kaitkan dengan apa yang disampaikan oleh penceramah tadi, untuk marilah kita benar-benar lebih mengambil tanggung jawab masing-masing dan kemudian secara bersama, dan untuk tidak saling meyalahkan melihat orang lain, karena barangkali itu tidak ada gunanya. Tetapi kalau kita introspeksi dan berbuat bersama, maka akan nyata manfaatnya, dan insya Allah, hari esok lebih baik dari hari ini.

 

Itulah yang dapat saya sampaikan. Sekali lagi, terima kasih atas kehadirannya. Dan mudah-mudahan, sekali lagi, ibadah kita diterima oleh Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah SWT.

 

Sekian. Terima kasih.

 

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.