Sambutan Presiden RI pada International Conference on Indonesian Economy, Jakarta, 21 Juli 2011

 
bagikan berita ke :

Kamis, 21 Juli 2011
Di baca 724 kali

SAMBUTAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PADA
ACARA

INDONESIA INTERNATIONAL CONFERENCE FOCUS

 ON INDONESIAN ECONOMY

TANGGAL 21 JULI 2011

DI HOTEL SHANGRI-LA, JAKARTA

 

 

 

Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
,

Salam sejahtera untuk kita semua,

Alhamdulillahirobbilalamin,

 

Yang saya hormati Saudara Doktor Fadel Muhammad dan Keluarga Besar Warta Ekonomi,

Para peserta konferensi yang saya hormati,

 

Ketika saya diminta oleh Warta Ekonomi untuk datang, dan menyampaikan pidato kunci pada konferensi yang amat penting ini, saya setelah mendengarkan penjelasan, secara spontan bersedia, karena ada sejumlah alasan mengapa saya patut hadir menyampaikan pidato dan juga mendukung konferensi yang diselenggarakan oleh Warta Ekonomi ini.

 

Pertama, dari rencana konferensi yang saya baca, konferensi ini membahas perkembangan ekonomi Indonesia, tentu ekonomi dunia, sekaligus mengidentifikasi peluang dan tantangan. Saya senang seperti ini, biasanya kita ini kalau sudah bicara globalisasi yang terbayang adalah ancaman, threat, tidak pernah sadar bahwa  disamping ada ancaman, there is an opportunity. Oleh karena itu, kalau kita selalu berfikir ada peluang, maka kita akan mendapatkan jalan untuk mendapatkan, dan bahkan menciptakan peluang itu.

 

Alasan yang kedua, meskipun judul dari konferensi ini, atau konferensi ini focus on Indonesian Economy, tetapi tetap dalam konteks regional dan global. Saya senang juga, karena kalau kita melihat dinamika dan perkembangan ekonomi Indonesia, mestilah kita pahami bahwa ekonomi kita ini harus nationally integrated dan globally connected.

 

Alasan yang ketiga, yang hadir ikut dalam konferensi ini cukup beragam, ada policy makers, regulators, ada business leaders, ada economist, sehingga saya boleh mengatakan this is a real world of economy, semua players, semua stakeholders ada dalam konferensi ini.

 

Kemudian, last but not least, alasan yang keempat, topik-topik yang panitia angkat dan bahas dalam konferensi ini, saya lihat cukup komperehensif dan relevan dengan isu-isu ekonomi yang dihadapi oleh bangsa Indonesia, seperti saudara membahas tentang agriculture, fishery, food security and energy security. Indonesia sebagai Chairman of ASEAN tahun 2011 ini, baik dalam ASEAN Summit bulan Mei yang lalu, dan Insya Allah pada ASEAN Summit  kedua November tahun ini, sebagai ketua, saya akan mengagendakan topik food security dan energy security sebagai topik yang penting untuk didiskusikan, sehingga ada satu langkah bersama bagaimana Asia Tenggara, khususnya ASEAN, bisa menjadi bagian dalam meningkatkan global food security dan juga global energy security. Juga dibahas masalah manufacture, industry, infrastructure, information and communication, technology, investment and finance, dan seperti Bung Fadel Muhammad tadi, tentu sustainable development. 

 

Saya yakin dengan empat alasan itu, dengan empat hal penting itu, saudara-saudara, serta dibebaskannya konferensi ini dari urusan politik praktis atau politik kekuasaan, sekali lagi saya yakin, pertemuan yang saudara ikuti ini, yang dihadiri oleh partisipan dari dalam dan luar negeri, akan menjadi bagian dari solusi, part of the solutions, dan saya yakin ini juga akan bisa mendorong diketemukannya dan diciptakannya peluang-peluang baru, new opportunities bagi ekonomi kita, bukan hanya tahun ini, tapi juga tahun-tahun mendatang.


Saudara-saudara,

 

Pidato kunci saya ini tentu tidak akan mengulangi apa yang telah disampaikan, atau apa yang akan disampaikan oleh pembicara-pembicara yang lain. Saya juga tidak akan terlalu banyak menyampaikan apa yang sudah saudara ketahui, barangkali antara lain berkaitan dengan progress and achievement of our economy, termasuk fakta, angka, dan statistik yang mendukungnya, juga barangkali pembahasan tentang MP3EI, Master plan untuk mempercepat dan memperluas ekonom Indonesia lima belas tahun mendatang, 2011-2025, karena saya yakin baik langsung maupun tidak langsung, tentu ikut menjadi bahan bahasan dalam konferensi ini.

 

Saudara-saudara,

 

Pada kesempatan yang baik ini, yang ingin saya sampaikan justru adalah apa yang hendak dicapai oleh Indonesia 10-15 tahun ke depan dalam bidang ekonomi, sekaligus, tentunya peluang dan tantangan apa yang dihadapi, dan yang tidak kalah pentingnya, mengapa kita semua tidak boleh menyia-nyiakan momentum yang baik ini? momentum bagi kebangkitan dan kemajuan ekonomi nasional kita.


Hadirin yang saya hormati,

 

Sebagai bangsa, disamping kita harus tetap berpikir positif, bersikap optimis, dan tidak pernah menyerah untuk mencari peluang ke arah kemajuan, kita juga harus memiliki confidence, keyakinan diri. Keyakinan diri ini menurut saya sangat penting, keyakinan bahwa ekonomi Indonesia bisa tumbuh lebih baik, bisa berkembang lebih pesat di tahun-tahun mendatang.

 

Ada tiga alasan, saya mengajak kita semua memiliki keyakinan, memiliki confidence yang kuat. Pertama, lebih dari lima tahun terakhir ini, trend ekonomi kita terus membaik, progress-nya nyata, real, misalnya saudara melihat growth job creation, poverty reduction, GDP, per capita income, and other economic fundamentals, saya kira data, angka, statistik itu hampir pasti saudara-saudara miliki. Saya hanya ingin menyebut empat contoh saja untuk membutikan, bahwa our economy is progressing well.

 

GDP kita tahun 2000 berjumlah 1.340 triliun rupiah, lima tahun kemudian, tahun 2000 ke 2004, menjadi 2.296 triliun rupiah, hampir dua kalinya, tetapi sekarang tahun 2011, kurang lebih enam tahun setelah itu menjadi lebih dari 7.250 triliun rupiah, ini setara lebih dari 750 billion US$. Income per capita tahun 2000, 779 US$;  tahun 2004, 1.186 US$; lima tahun kemudian 2.000 lebih, sekarang, posisi tadi pagi saya cek ke BPS 3.500 US$. Cadangan devisa tahun 2000, 29, 4 milyar US$; tahun 2004, 4 tahun hanya naik tipis jadi 36 billion US$, sekarang  menjadi 120 billion US$. That to GDP ratio, tahun  2000, 88,9; GDP kita untuk menanggung hutang, itu sudah habis hampir 90%, sekarang sudah mencapi 25,7%, membaik secara signifikan. Ini contoh saja, tentu ada banyak contoh lagi bahwa, the progress is real, nyata.

 

Yang kedua, mengapa kita patut optimis dan perlu memiliki keyakinan yang tinggi, Ekonomi Indonesia selamat dari krisis ekonomi global 2008-2009 saudara-saudara tahu semua. Ada tiga negara yang masuk G-20, yang memiliki pertumbuhan positif, yaitu Tiongkok, India, dan kemudian Indonesia. Berbeda memori kita dengan tahun 1998, 1999, ekonomi Indonesia colapse, hancur, sangat sulit waktu itu, dan kita memetik pelajaran, mengapa kita pada posisi yang sangat terpuruk? Pertama, dulu our fundamentals yang belum kokoh semuanya, ada policy errors, baik policy kita sendiri, sebagaian dari resep IMF, ada crisis of confidence, panik, oleh karena itulah ketika kita mulai tahu dunia mengalami krisis lagi, 2008 kemarin, kita melaksanakan response yang cepat untuk tidak terulang kembali, kepanikan, hilangnya kepercayaan, kebijakan yang keliru, sebagaimana yang terjadi pada krisis 1998 dan krisis 1999, dua itu juga nyata.

 

Ketika saya mengatakan those to achievement, kita tahu bahwa di Indonesia sekarang ini, masih banyak permasalahan yang cukup mendasar, yang kita hadapi. Contoh, infrastruktur kita kurang di banyak daerah, economic infrastructure termasuk listrik; masih adanya bottlenecking, termasuk policy dan regulations yang menghambat; masih terjadi kasus-kasus korupsi, dan birokrasi yang kurang responsif, termasuk masih adanya kebijakan dan regulasi daerah yang tidak kondusif bagi investasi dan kegiatan bisnis. Apa artinya semuanya ini saudara-saudara? Artinya, jika reformasi dan perbaikan yang kita lakukan ini, secara intensif berhasil memperbaiki banyak hal, melalui continues reform and improvement, dan kemudian jika lebih banyak lagi kita bangun infrastruktur, dan itu memungkinkan karena growth kita kuat, revenue kita makin besar, government spending juga makin besar, it means we are more capable, pastilah menuju 2025, ten to fifteen years from now, ekonomi kita akan terus  tumbuh kuat, tumbuh yang kita harapkan adalah strong, balance, inclusive, and sustainable.

Saudara-saudara,

 

Itu saya mengajak untuk membangun keyakinan, self confidence bahwa kita bisa lebih baik 10-15 tahun mendatang. Pertanyaan kemudian adalah, apa yang  hendak kita tuju dan kita capai? What are our strategic long term goals in our economic development? Yang hendak kita tuju, bukan sekedar growth, tetapi hakikatnya adalah makin baiknya, atau meningkatnya standard of living, equality of human life, the welfare of the people, itulah development goals bagi negara berkembang seperti Indonesia, itulah long term goals yang harus kita capai.

 

Dari perspektif ekonomi, kesejahteraan rakyat seperti itu akan kita capai jika ekonomi kita tumbuh kuat dan berkelanjutan, strong and sustain growth, tetapi sebagaimana disinggung oleh saudara Fadel Muhammad tadi, yang kita tuju adalah growth with equity.

 

Saudara-saudara,

 

Mengapa saya menggarisbawahi growth, economic growth. Logika yang pertama adalah sebuah mata rantai. Jika growth kita strong, job will be created. Kalau ada job, orang akan mendapatkan income, better income. Dengan mendapatkan income yang baik, there will be less poor. Dengan demikian, sebetulnya ada mata rantai antara growth dengan poverty reduction. Oleh karenanya, lima belas tahun mendatang menuju emerging economy Insya Allah, agenda dan sasaran utama kita, di bidang ekonomi mencapai strong growth with equity.

 

Bagaimana kita bisa mencapainya? Ada empat approach menurut pendapat saya yang sekarangpun sedang kita lakukan, harus makin kita sukeskan, untuk betul-betul Indonesia memiliki strong andsustain growth. Pertama dari demand side economy, growth itu equal dengan consumption, government expenditure, investment, net export and import. Mari kita berfikir  meningkatkan investasi di seluruh tanah air, investment, tentu government spending juga perlu, export juga perlu, mari kita menuju kesitu.

 

Approach  yang kedua adalah dari sektor riil, the real economy. Mari kita dorong sektor-sektor riil unggulan yang bisa meningkatkan competitiveness kita, meningkatkan production kita, output kita, misalnya agriculture masih ada ruang, industry dan services unggulan, untuk betul-betul menjadi prime movers dalam pembangunan ekonomi sepuluh, lima belas tahun, mendatang. Itu approach yang kedua.

 

Third approach adalah dari supply side economic, jangan hanya demand side, apakah sudah betul kita punya tax policy and other economic policies, apakah sudah betul infrastructure needed, kalau kita bicara dari supply side economic termasuk power electricity.

 

Dan approach yang keempat dari production functions in the long run, kuatnya ekonomi sebuah bangsa, manakala kita dekati dari sisi production functions bahwa output itu adalah fungsi dari capital labour natural resources. Kita punya di situ. Kemudian, entrepreneurship kita dorong dan technology. Ini sesuatu yang very strategic untuk kita tingkatkan, in a long run. Alhamdulillah ada good news, World Economic Forum pernah membikin peringkat tentang Global Competitiveness Index. Indonesia pada tahun 2005, kita pada peringkat 69, bekerja keras kita, tahun 2009 naik ke 54, dan setahun kemudian, we jump sepuluh peringkat menjadi peringkat 44, dan oleh karena itu saya diundang ke Davos, bulan Januari yang lalu, untuk ikut memberikan remarks dalam acara yang prestisius itu, karena Alhamdulillah kita bisa meningkatkan our competitiveness, meskipun masih bisa lagi kita genjot, terutama dari segi technology dan other indicators.

 

Saudara-saudara,

 

Itulah empat approach yang intinya harus terus kita tingkatkan, untuk betul-betul 10, 15, 20 tahun mendatang, ekonomi kita sungguh strong dan tentunya sustainable. Semua itu, sesungguhnya adalah inti atau esensi dari MP3EI, Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia lima belas tahun mendatang. MP3EI mencakup koridor-koridor ekonomi, ada enam koridor, mencakup zona ekonomi, mencakup industrial clusters, dan juga disebutkan ada dua puluh dua kegiatan ekonomi utama. All those things, sebetulnya adalah untuk meningkatkan investment across the country, yang output-nya in the long run: strong, growth, once again balance, strong, inclusive, and also sustainable. Oleh karena itu, mari kita sukseskan. Saya mengundang dunia usaha, untuk melakukan investasi di seluruh Indonesia. Saya juga meminta pemerintah, baik pusat maupun daerah, terus membikin iklim investasi kita makin baik, makin baik.


Hadirin yang saya hormati,

 

Ada pertanyaan lain, apakah pembangunan ekonomi yang kita lakukan benar-benar hanya berorientasi pada growth? Jawabannya kita sudah tahu, tentu tidak, disamping growth and job, itu pasangannya, dalam teori ekonomi ada Hukum Okun, Okun Law,  manakala ada growth, di situ tentu job will be created. Disamping growth and job, saya katakan ada dua sasaran lain, yaitu poverty reduction, dan jangan sampai social gap ini makin melebar. We have to avoid widening of the social gap among our people. Yang kedua, the environment must be protected, jadi ada dua lagi. Inilah sebetulnya tahun 2005, kami kenalkan Triple Track Strategy, Pro Growth, Pro Job, and Pro Poor Economic Strategics. Tahun 2009 yang lalu, kami tambahkan satu lagi menjadi Four Track Strategy, tambah Pro Environment.

 

Oleh karena itu, saya tidak tahu apa nama dari ideologi dan sistem ekonomi yang kita pilih ini. Tadi disebutkan, Profesor Thomas menggunakan istilah tertentu, saya pikir ini juga bisa diistilahkan Equal Market Economy with Social Justice, bisa begitu, apa barangkali juga sama dengan Equal Social Market Economy, Equal Social Market Economy Democracy, kalau mau kita lengkap, kita lakukan seperti itu.

 

Saudara-saudara,

 

Satu bulan yang lalu, saya diundang di Jenewa untuk menghadiri sesi ke-100 dari ILO Conference, mengapa kita diundang, Indonesia? Karena ternyata ada studi yang dilakukan oleh mereka, yaitu Studies on Growth with Equity. Diam-diam, apa yang kita lakukan ketika menghadapi krisis 2008, 2009 yang lalu, kita dianggap sebagai salah satu model, yang patut diketahui oleh negara-negara lain. Bagaimana kita me-responds krisis global waktu itu, yang kita lakukan, dan itu menjadi esensi dari studi yang dibikin oleh ILO. We boost domestic demand, sambil mengembangkan prudent fiscal management. Memang kita tidak melakukan which cut, kita mencegah lay off, unemployment, karena akan menimbulkan persoalan sosial yang berat, Alhamdulillah pilihan kita itu tidak meleset, dan itulah yang dianggap berbeda dengan conventional  wisdom, kalau ada krisis pastilah which cut, kemudian financial the regulation, dan sebagainya.

 

Saudara-saudara,

 

Kalau ingin kita teruskan, melihat ekonomi kita sepuluh, lima belas tahun, mendatang, melihat perjalanan pembangunan di negeri kita ini, maka kita harus bisa menjawab bagaimana kita terus bisa menjaga growth with equity itu. Saya punya pendapat bahwa there is actual track approach strategy, di dalam mengurangi kemiskinan. Pertama, we have to follow the economic mechanism, the market mechanism,  sebagaimana saya sampaikan tadi, we have to create, we have to stimulate growth in order to create more jobs. Dengan job ada income, dan akhirnya kemiskinan akan berkurang. Tapi bagi negara berkembang, it's not enough, kita mesti menjalankan to put a new deal, kita tetap memiliki social safety net policy yang kita jalankan, contohnya kita mengembangkan micro credit, micro finance untuk menggerakkan small and medium entreprises. Tiap tahun kita alokasikan 20 triliun, itu sama dengan two point some billion US $ untuk micro, small and medium entreprises. Dunia usaha, business world juga bisa berkontribusi dalam poverty reduction ini melaui CSR, Coorporate Social Responsibility, dan juga dengan mendorong small and medium entreprises.

 

Saudara-saudara,

 

Dalam setiap G-20 Summit, Indonesia sebagai anggota, disamping semua membahas tentang perlunya menjaga open trade and investment dan oppose protectionism, kita bicara how to balance di global economic growth, bagaimana market can not go unregulated misalnya, ada pembahasan tentang perlunya more prudent financial arcithecture, pada tingkat global seperti itu, Indonesia, dan saya sampaikan dalam summit itu, "Don't forget on the issues of development, don't forget we have to narrow to development gap, we have to talk about financial inclusion for developing countries, for the lead developed countries", dengan demikian, jangan sampai the G-20 hanya memikirkan isu-isu yang dihadapi oleh ekonomi negara-negara maju, tapi juga harus perduli bahwa lebih banyak lagi ekonomi negara berkembang, dan ekonomi negara yang justru belum berkembang. Ini yang kita sampaikan, it is really in line with our own strategy, yang saya katakan tadi, growth with equity.

 

Saudara-saudara,

 

Kalau lima belas tahun mendatang, kita benar-benar bisa mencapai growth with equity ini, Indonesia dengan ijin Tuhan Yang Maha Kuasa, akan maju secara ekonomi, akan tentram secara sosial, akan stabil secara politik, dan akan aman dari segi security. Bukankah saudara-saudara, bagi rakyat Indonesia, kita ingin mewujudkan visi Indonesia, visi kita 2050, saya melihat ada tiga, yang Insya Allah bisa kita capai pada tahun 2050, yaitu strong and justice economy, kemudian stabil and mature democracy, demokrasi yang stabil dan matang, kemudian peradaban yang makin maju, more advanced civilazation. Itulah yang kita tuju, empat puluh tahun dari sekarang, tapi mata rantainya mari kita bangun dulu, ekonomi yang kuat dan adil lima belas tahun mendatang, sebagaimana yang saya sampaikan tadi. 

 

Dan saudara-saudara, apa yang saya ke depankan di hadapan saudara semua tadi, inilah sesungguhnya pikiran dasar, visi, serta kebijakan dan strategi ekonomi kita, ekonomi Indonesia lima belas, dua puluh tahun mendatang. Saya percaya saudara-saudara, bahwa arah dan strategi ekonomi kita sudah benar. Tujuh tahun terakhir ini, kita melihat progress, melihat improvement, meskipun ada shock, ada discontinuity pada tingkat global economy. Saya juga percaya, kalau ini kita jalankan terus, kita bisa lebih berhasil lagi, tapi ada syarat, ada conditionalities-nya, semua kekurangan, kelemahan, masalah yang saya sebutkan tadi, 1, 2, 3, 4, dan seterusnya, mari kita perbaiki bersama-sama. Tidak perlu saling salah-menyalahkan, tidak perlu melihat ke belakang, mari kita selesaikan secara bersama masalah itu. Kemudian yang kedua, mellihat ke depan, melihat globalization, melihat connectivity pada tingkat region, dan pada tingkat dunia, mari terus kita cari dan ciptakan peluang. Kita harus menjadi opportunity seekers, hanya orang yang bisa mendapatkan peluang yang akan menang, demikian juga sebuah bangsa, sebuah ekonomi.

 

Saya juga mengajak mari kita jaga dan pelihara situasi dalam negeri kita, termasuk stabilitas sosial dan stabilitas politik. Kalau masyarakatnya rukun, patuh hukum, patuh pranata, politiknya stabil, meskipun demokrasi harus tetap hidup, hak azazi manusia harus kita junjung tinggi, kebebasan kita berikan ruang, tetapi demokrasi yang harus hadir adalah demokrasi yang tertib, demokrasi yang stabil, sehingga itu menjadi bagian besar untuk membangun our civilazation, dan last but not least, terutama saya tujukan kepada saudara-saudara saya rakyat Indonesia, mari kita bekerja lebih keras lagi, hanya dengan itu kita bisa mengubah keadaan. Tuhan tidak akan mengubah nasib sebuah kaum, kecuali kaum itu, kita sendiri yang mengubah nasib dan masa depan kita.

 

Itulah saudara-saudara, dan dengan tambahan pandangan dari saya ini, saya harap diskusi pembahasan dalam konferensi ini lebih bulat, lebih lengkap, sehingga membawa benefit bagi siapa saja, bagi kita, dan tamu-tamu kita dari luar negeri, dengan harapan lets continue our partnership and cooperation, untuk kepentingan dunia kita, kepentingan manusia sedunia.

 

Terima Kasih atas perhatiannya.


Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

 

 

Asisten Deputi Naskah dan Penerjemahan,

Deputi Bidang Dukungan Kebijakan,

Kementerian Sekretariat Negara RI