Sambutan Presiden RI pada Kunjungan Kerja ke PT Dirgantara Indonesia, Bandung, 26 Oktober 2011

 
bagikan berita ke :

Rabu, 26 Oktober 2011
Di baca 833 kali

SAMBUTAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PADA
KUNJUNGAN KERJA

PENGUKUHAN KOLABORASI PRODUK BERSAMA PESAWAT CN 295

ANTARA PT. DI DAN AIRBUS MILITARY

DI HANGGAR PT. DIRGANTARA INDONESIA, BANDUNG

TANGGAL 26 OKTOBER 2011

 

 

 

Bismillahirrahmanirrahim,

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Salam sejahtera untuk kita semua,

 

Yang saya hormati para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu II,

Panglima TNI, Kapolri,

Yang saya hormati para Pimpinan Komisi dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia,

Yang Mulia para Duta Besar negara-negara sahabat,

Saudara Direktur Utama PT. DI,

Pimpinan Airbus Military,

Para pimpinan dunia usaha,

Saudara Gubernur Jawa Barat dan para pejabat negara dan pejabat pemerintah yang bertugas di Jawa Barat, baik dari unsur eksekutif, legislatif, dan yudikatif maupun TNI dan Polri,

Para karyawan PT. DI yang saya cintai dan saya banggakan,

 

Alhamdulillah hari ini kita dapat menghadiri acara yang sangat penting, seraya memohon rida Allah SWT, kiranya hari ini menandai tonggak baru, menandai awal dari revitalisasi dan kebangkitan PT. DI menuju masa depan yang lebih baik, sekaligus menandai revitalisasi dan kebangkitan kembali industri pertahanan nasional kita.

Saudara-saudara,

 

Kalau berbicara masalah pertahanan negara, saya ingin menegaskan sekali lagi bahwa bangsa Indonesia cinta damai, tetapi lebih cinta kedaulatan dan keutuhan wilayah negaranya. Kita cinta damai tetapi NKRI harga mati.

 

Saya mendengarkan dengan seksama, sambutan dari pimpinan PT. DI dan sambutan dari Menteri Pertahanan Republik indonesia. Benar bahwa setelah terjadinya krisis ekonomi, di negeri kita tiga belas tahun yang lalu, jajaran industri pertahanan kita, BUMN-BUMN strategis kita mengalami permasalahan dan tantangan yang berat. Alhamdulillah jajaran industri strategis nasional kita tidak collapse, dalam arti tidak bisa bertahan sama sekali, meskipun persoalan dan tantangan yang dihadapi sungguh sangat berat, tetapi saya tahu bahwa jajaran kepemimpinan, manajemen, komisariat, tentu dengan dorongan dan bantuan pemerintah telah bekerja sekuat tenaga, ditambah dengan loyalitas atau kesetiaan dari para karyawan sehingga PT. DI pada khususnya, dan jajaran industri strategis lainnya pada umumnya, masih tetap dapat bertahan. Oleh karena itu, terimalah ucapan terima kasih dan penghargaan saya yang tulus kepada segenap pimpinan dan semua karyawan PT.DI, dan industri strategis yang lain.

 

Saya yakin mulai hari ini dan ke depan, dengan kerja keras kita, kita akan dapat bangkit kembali. Saya bukan hanya sekedar yakin, tetapi justru kebijakan kita, policy kita, termasuk solusi terhadap financing, penganggaran, dan termasuk pula pemesanan pembelian alutista dari PT. DI adalah jalan yang nyata, untuk sekali lagi melakukan revitalisasi dan pemajuan industri startegis yang menjadi kebanggaan kita bersama.

 

Tadi kita menyaksikan penandatanganan sejumlah nota kesepakatan, Memorandom of Understanding, itu semua juga merupakan opportunity, peluang untuk dapat kita raih dan kita kembangkan demi kejayaan PT. DI di masa depan. Saya mengucapkan terima kasih kepada pimpinan Airbus Military, atas komitmen dan kesediaan untuk terus menjalin kerjasama dengan PT.DI, baik di dalam join production maupun di dalam join promotion and marketing di kawasan Asia Tenggara atau Asia Pasifik pada umumnya.

 

Saya juga senang telah dilaksanakan kerjasama yang riil antara TNI dengan PT. DI untuk pemesanan dan pembelian alutsista yang diproduksi oleh PT. DI. Demikian juga, saya juga gembira karena Polri telah menandatangani Letter of Intent untuk di masa depan, juga akan melakukan pembelian dan pengadaan almatsus Polri dari PT. DI ini. Ini semua adalah contoh nyata kerjasama yang saling menguntungkan, dan tentu saja benefit yang riil akan didapatkan oleh PT. DI, yang memang kita harus memberikan dukungan dan dorongan yang penuh.

 

Saudara-saudara,

 

Menteri Pertahanan juga telah melaporkan anggaran di bidang pertahanan akan semakin meningkat secara signifikan di tahun-tahun mendatang. Telah menjadi tekad kita, telah menjadi keputusan saya, selaku Presiden dan kebijakan nasional kita dalam kurun waktu lima tahun ini dan seterusnya, kita bisa membangun postur pertahanan kita, bisa memodernisasi TNI kita, dan bisa meningkatkan kemampuan pertahanan nasional kita untuk mengemban tugas negara.

 

Dalam tiga tahun mendatang, kita akan menambah jumlah secara signifikan kekuatan Angkatan Darat, kekuatan Angkatan Laut, dan kekuatan Angkatan Udara, baik itu berupa alutsista yang modern maupun perangkat pendukungnya. Insya Allah, dengan rida Allah SWT di tahun-tahun mendatang, TNI kita, kekuatan pertahanan kita akan semakin handal, unggul, dan tidak kalah dengan negara-negara sahabat, dan kita akan bisa mempertahankan setiap jengkal wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

 

Dalam kaitan ini, saya ingin secara khusus menyampaikan ucapan terima kasih kepada DPR RI, lebih khusus lagi kepada Komisi I DPR RI, yang telah memberikan dukungan yang penuh terhadap modernisasi dan pembangunan kekuatan militer dan pertahanan kita. Ini menunjukan bahwa antara DPR RI dengan pemerintah memiliki cara pandang yang sama serta komitmen yang sama pula, untuk dengan sungguh-sungguh membangun dan meningkatkan kekuatan pertahanan kita.

 

Hadirin sekalian yang saya hormati,

 

Dua puluh tahun terakhir ini, memang kita tidak cukup membangun dan memodernisasi TNI, dan kekuatan pertahanan kita. Pertama, karena kita mengalami krisis yang berat. Kedua, keuangan negara masih terbatas, dan yang ketiga kita mengutamakan atau memprioritaskan keperluan lain bagi rakyat kita, sehingga TNI harus lebih mengalah untuk pada saatnya baru kita melakukan modernisasi dan pembangunan kekuatan. Akibatnya, sebagian alutsista kita tertinggal dengan yang dimiliki oleh negara-negara lain. Negara-negara tetangga kita, yang memiliki wilayah jauh lebih kecil dibandingkan negara kita dan yang juga yang tidak memiliki ancaman yang riil, eminent threat, mereka memiliki alutsista yang sebagian lebih modern dan sebagian lebih banyak dibandingkan yang kita miliki. Oleh karena itulah, pada saatnya, jika sejalan dengan pertumbuhan ekonomi kita, sejalan dengan penerimaan negara kita, dan sejalan pula dengan APBN yang makin besar, kita perlu benar-benar melakukan modernisasi dan peningkatan kemampuan pertahanan kita.

 

Ini tidak berarti Indonesia ingin menghidupkan perlombaan kesenjataan, atau arm race di kawasan ini, sama sekali tidak. Dunia juga tahu, kawasan kita juga tahu bahwa Indonesia justru menjadi bagian penting di dalam membangun yang disebut ASEAN community. Ada tiga pilar dari ASEAN Community, salah satu pilarnya adalah ASEAN Political And Security Community, yang artinya Indonesia mengajak negara-negara kita dalam jajaran ASEAN untuk mengamankan kawasan ini, membangun perdamaian, dan menjalin kerjasama di antara kita di bidang politik dan keamanan, untuk memastikan kawasan Asia Tenggara tetap menjadi kawasan yang stabil, yang tertib, dan aman.

 

ASEAN Community itu sendiri kita deklarasikan di Bali, Indonesia beberapa tahun yang lalu. Tetapi bagaimanapun, patutlah kalau negara kita, Indonesia memiliki kekuatan pertahanan yang cukup, the Minimum Essential Force, dan persenjataan yang lebih modern. Ini semata-mata demi menjalankan misi dan kewajiban kita untuk mempertahankan negara kita. Demi penjagaan dan pengawasan wilayah yang sangat luas, 8 juta km persegi, dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote. Juga untuk tugas-tugas operasi militer selain perang, military operations other than war, yang juga terus kita laksanakan secara intensif pada tahun-tahun terakhir ini, dan di atas segalanya tentu tidak boleh kita lupakan bahwa kita harus memiliki Standing Armed Forces, Standing Army, Standing Forces, Standing Air Force yang cukup sebagai bagian dari strategi penanggalan yang kita jalankan.

 

Saya ingin memberi contoh di bidang operasi militer selain perang. Ketika Indonesia mengalami musibah Tsunami di Aceh dan di Pulau Nias pada tahun 2004 yang lalu, terus terang kekuatan militer kita untuk melaksanakan tugas operasi militer selain perang tidak cukup, utamanya pesawat angkut dan sejumlah peralatan militer yang sangat diperlukan untuk tugas-tugas penanganan bencana, Disaster Relief Operations.

 

Pengalaman itulah yang sangat berharga bagi kita dan mengingat tugas-tugas itu akan kita laksanakan di waktu mendatang, maka jawabannya adalah membikin kekuatan pertahanan kita, kekuatan militer kita cukup untuk mengemban tugas apapun, termasuk tugas militer selain perang.

 

Hadirin yang saya hormati,

 

Kebijakan nasional kita dalam kurun waktu lima tahun ini, 2009-2014 adalah kita telah memutuskan untuk meningkatkan modernisasi dan pembangunan kekuatan pertahanan kita, blueprint-nya sudah ada, renstranya sudah ada, semua diolah dengan baik, mempertimbangkan kemampuan kita sekaligus melakukan estimasi terhadap ancaman dan tantangan yang dihadapi oleh negara kita.

 

Kita juga telah memutuskan untuk meningkatkan anggaran pertahanan secara signifikan. Pada Hari TNI tanggal 5 Oktober yang lalu, saya telah menyampaikan amanat bahwa tahun depan, tahun 2012 anggaran pertahanan kita akan kita naikkan menjadi 64,4 trilyun. Jumlah yang besar dibandingkan tahun-tahun sebelumnya dan akan terus kita jaga kenaikan anggaran pertahanan ini sejalan dengan peningkatan anggaran di bidang-bidang strategis yang lain, yang menyangkut hajat hidup dan kepentingan rakyat kita, seperti pendidikan, kesehatan, pembangunan infrastruktur, pengurangan kemiskinan, dan sebagainya. Dan dalam kebijakan kita, manakala anggaran pertahanan ditingkatkan secara signifikan, prioritasnya bukan untuk belanja pegawai dan bukan untuk belanja rutin, tetapi justru sekali lagi, untuk modernisasi dan meningkatkan alutsista yang dimiliki oleh TNI kita.

 

Saudara-saudara,

 

Saya ingin mengingatkan kembali bahwa kebijakan dasar di dalam pengadaan alutsista tetap, tidak akan kita ubah. Pertama, manakala alutsista itu bisa diproduksi di dalam negeri, bisa diproduksi oleh industri pertahanan kita, wajib hukumnya untuk membeli dan mengadakannya dari industri dalam negeri. Mari kita pastikan, saya mengajak DPR RI untuk melakukan hal yang sama. Manakala alutsista memang belum mungkin kita bikin sendiri, misalnya pengadaan pesawat jet tempur canggih seperti F-16 atau Sukhoi atau kapal selam atau tank yang sangat modern, tentu saja harus kita adakan dengan membeli dari industri-industri negara sahabat. Itu rules nomor dua. Sedangkan, rules yang ketiga, manakala kita harus atau masih mengadakan dari luar negeri karena belum bisa diproduksi di dalam negeri, maka marilah kita bangun kerjasama yang baik, misalnya Join Research and Development, Join Investment, Join Promotion and Marketing, Join Production, dan sebagainya. Sebagaimana contohnya tadi, ditandatangani kerjasama atau kesepakatan untuk itu. Dengan demikian, tetap ada manfaatnya bagi industri dalam negeri kita dan juga menuju ke satu tujuan yang penting, yaitu alih teknologi, transfer of techonolgy.

 

Saudara-saudara,

 

Saya berpesan kepada Kementerian Pertahanan, kepada jajaran TNI dan Polri, mengingat dalam kurun waktu lima tahun ini, akan kita adakan alutsista dalam jumlah yang besar, maka pastikan bahwa jajaran saudara, para perwira, bintara, dan tamtama dapat ditingkatkan pengetahuannya tentang teknologi militer dan tentang perang modern. Saya berharap doktrin yang berlaku, baik yang bersifat strategis, taktis maupun teknis juga terus dapat disesuaikan dan dimutakhirkan. Perlu ditingkatkan pula kemampuan operasional, pendidikan dan pelatihan, serta pemeliharaan alutsista. Jangan abaikan pemeliharaan. Harus punya skill, harus punya expertise, harus punya experience untuk melakukan pemeliharaan alutsista itu dengan anggaran yang memadai. Dengan demikian, alutsista yang diproduksi di dalam negeri atau yang masih kita adakan dari luar negeri memiliki sustainment, memiliki daya pakai yang jauh ke depan.

 

Disamping itu, teruskan kerjasama dengan negara-negara sahabat di bidang militer dan pertahanan, dan di atas segalanya pula penganggaran atau budgeting di lingkungan Kementerian Pertahanan, di lingkungan TNI dan Polri harus tepat dan benar. Itulah instruksi saya kepada Kementerian Pertahanan, TNI, dan Polri dalam rangka modernisasi dan pembangunan kekuatan yang kita jalankan sekarang ini.

 

Hadirin sekalian yang saya muliakan,

 

Tekad untuk membangkitkan industri pertahanan kita, marilah kita jadikan satu gerakan nasional. Kita ingin sungguh-sungguh mendorong revitalisasi dan kebangkitan kembali industri pertahanan kita. Teruslah mengembangkan jajaran BUMN strategis, jajaran industri pertahanan kita, research development and inovation. Marilah kita beli dan adakan produk nasional sendiri. Tanpa pembelian produk-produk industri kita, tidak akan survive, tidak akan tumbuh, bahkan bisa mati. Saya tidak suka kalau pengambil keputusan di negeri ini, ada jenis yang sama, yang tidak kalah kualitasnya, memilih membeli dari luar negeri. Barangkali ada maksud dan kepentingan yang lain, itu rendah nasionalismenya.

 

Saya juga ingin pada saatnya nanti, ketika ini sudah berjalan kembali, panggil, undang kembali saudara-saudara kita, putra-putri Indonesia yang memiliki expertise yang tinggi, yang karena krisi yang lalu sekarang bekerja di luar negeri, ajak kembali membangun negerinya. Bagi kader-kader tertentu, saya tahu ada bisnis atau usaha di bidang alutsista, silakan menjalankan bisnis, tetapi tetaplah segaris dengan kebijakan pemerintah, dalam arti mengembangkan industri dalam negeri seraya menjalin kerja sama dengan industri negara sahabat. Jangan ikut-ikutan membikin negara kita tidak mandiri, dan kita terus bergantung kepada produk dari luar negeri.

 

Usaha dengan policy yang baru ini tetap menjadi usaha  yang baik. Jangan khawatir. Tapi sekali lagi, saya tidak suka kalau tidak menjadi pahlawan di negerinya sendiri. Berbuatlah sesuatu untuk negeri kita.

 

Saudara-saudara,

 

Tadi saya bertemu dengan Direktur PT. Pindad, Menhan juga melaporkan, kita ingin Pindad kita yang kualitas produksinya makin baik, di tahun-tahun mendatang bisa memproduksi lebih baik lagi, lebih banyak lagi kendaraan tempur dan kendaraan taktis yang berlaku bagi jajaran TNI. Saya sudah dilapori, sudah ada prototipe, sudah ada model yang dibangun untuk kendaraan tempur dan kendaraan taktis. Saya memberi kesempatan beberapa saat lagi sebelum nanti saya putuskan, ada kendaraan taktis yang world class, berkelas dunia yang bisa dipakai oleh jajaran TNI kita, misalnya Kopasus kita, Marinir kita, Paskas kita, Satuan lintas udara kita, yang itu menjadi kebanggan dan andalan kita, dan nantinya Insya Allah akan saya berikan nama yang tepat, yang khas Indonesia agar terus berkembang dengan baik. Tentu saja, setelah diuji coba dengan bagus, memenuhi spesifikasi, dan juga memiliki kehandalan tempur sesuai dengan medan yang ada di negeri kita.

 

Demikianlah saudara-saudara yang perlu saya sampaikan pada kesempatan dan acara yang baik ini. Akhirnya sekali lagi semoga hari ini, dengan terlebih dahulu memohon rida Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah SWT, menjadi tonggak revitalisasi dan kebangkitan kembali industri pertahanan di negeri kita tercinta ini. Saya juga ingin menggarisbawahi dan menegaskan sekali lagi, untuk didengar oleh negara-negara sahabat. Bagi Indonesia, perang adalah jalan terakhir jika tidak ada cara yang lain. Dalam setiap perselisihan atau konflik, kita akan tetap mengutamakan diplomasi, negosiasi politik, dan solusi damai. Tidak ada niatan bangsa Indonesia untuk menyerang negara lain, tidak ada, tetapi modernisasi dan pembangunan kekuatan ini semata-mata untuk mempertahankan negara kita, sekaligus sebagai kesiapan kita menghadapi kontinjensi dalam dunia yang penuh dengan ketidak pastian ini. itulah falsafah, prinsip dasar dan kebijakan utama Indonesia di bidang pertahanan negara.

 

Sekianlah yang dapat saya sampaikan. Terima kasih atas kontribusi dari semua. Mari kita majukan industri pertahanan kita. Mari kita majukan pertahanan kita dan majukan pembangunan di negeri tercinta kita ini. Sekian.

 

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabakatuh.

 

 

Asisten Deputi Naskah dan Penerjemahan,

Deputi Bidang Dukungan Kebijakan,

Kementerian Sekretariat Negara RI