Sambutan Presiden RI pada Muktamar XI Jamiyyah Ahlit Thariqah Al Mu'tabarah, Malang, 11 Januari 2012

 
bagikan berita ke :

Rabu, 11 Januari 2012
Di baca 800 kali

SAMBUTAN
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PADA ACARA MUKTAMAR XI JAM'IYYAH AHLITH THARIQAH
AL MU'TABARAH AN NAHDLIYYAH DI PP. AL MUNAWARRIYYAH, BULULAWANG,  
KABUPATEN MALANG, PROVINSI JAWA TIMUR,
PADA TANGGAL 11 JANUARI 2012




Bismillahirrahmanirrahim,

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Para tamu undangan baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri yang saya hormati dan saya muliakan, Pimpinan Nahdathul Ulama, Pimpinan Jam'iyyah Ahlith Thariqah Al Mu'tabarah An Nahdliyah beserta para Kyai, para Habaib, para Ulama, dan para pimpinan Pondok Pesantren beserta para peserta Muktamar sekalian yang saya cintai dan saya banggakan.

Pada kesempatan yang membahagiakan dan semoga senantiasa penuh berkah ini, saya mengajak hadirin hadirat sekalian untuk sekali lagi memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, karena kepada kita masih diberikan kesempatan, kekuatan, dan kesehatan untuk melanjutkan ibadah kita, karya kita, serta tugas dan pengabdian kita kepada umat, kepada masyarakat, serta kepada bangsa dan negara tercinta, bahkan bagi manusia sedunia.

Shalawat dan salam marilah sama-sama kita haturkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan pengikut-pengikut Rasulullah, Insya Allah termasuk kita semua kelak hingga akhir zaman.

Hadirin sekalian yang saya hormati,

Atas nama negara dan pemerintah, berkaitan dengan Muktamar XI Jam'iyyah Ahlith Thariqah An Nahdliyyah, saya ingin mengucapkan selamat ber-Muktamar, semoga Muktamar ini membawa kebaikan, saya ulangi lagi, semoga Muktamar ini membawa kebaikan bagi Islam dan umat bagi bangsa dan negara, dan bahkan bagi dunia.

Atas nama negara dan pemerintah pula, saya ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada Pimpinan Jam'iyyah Ahlith Thariqah Al Mu'tabarah An Nahdliyyah atas pengabdian, partisipasi, dan kontribusinya kepada ummat, bangsa dan negara selama ini, sejak era kebangkitan bangsa, sebelum Indonesia merdeka, pada perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia dan pada era pembangunan dan reformasi dewasa ini. Tradisi pendekatan Dakwah dan perilaku Sufi yang dijalankan oleh kaum Thariqah yang teduh, yang jernih, yang substantif, yang mendidik, dan yang tanpa kekerasan, terasa paling tepat untuk meningkatkan pembangunan bangsa menuju Indonesia yang makin maju, adil, aman, dan sejahtera. Yang kita tahu, tidak pernah sepi sejak kemerdekaan tujuh belas Agustus 1945 dari tantangan permasalahan, ujian dan cobaan.

Kita masih ingat bangsa kita mengalami krisis setelah memproklamasikan Kemerdekaan yang hampir membawa bubarnya negara kita, yang berusia muda waktu itu. Kita juga ingat krisis tahun 1965, 1966, sebuah tragedi besar yang mengguncangkan kehidupan bangsa kita, kita juga ingat krisis yang terjadi pada tahun 1998, 1999, sebuah krisis Multidimensi yang membikin negara kita amat terpuruk. Tradisi dan pendekatan kaum Thariqah juga sangat tepat untuk mengatasi berbagai perselisihan, konflik, dan bahkan benturan dalam kehidupan masyarakat dan bangsa kita. Kita tahu, bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang amat majemuk, sudah majemuk, kehendak dan aspirasinya amat banyak dan beragam, terlebih sekarang ini, ketika kita hidup dalam era demokrasi kebebasan dan keterbukaan. Akibatnya kehidupan masyarakat kita amat dinamis, benturan dan kekerasan bisa terjadi setiap saat, termasuk benturan antar umat beragama, antar suku, antar etnik, dan antar daerah.

Oleh karena itulah para Ulama dan Saudara-saudara sekalian, kita harus dapat mengelolanya dengan arif, bijak dan tepat. Meskipun jika telah melanggar hukum dan mengakibatkan jantuhnya korban jiwa, terlebih dalam jumlah yang besar, maka hukum harus tetap ditegakkan dengan tegas.

Hadirin dan Hadirat yang dimuliakan oleh Allah Subhanahu Wata'alla,

Saya tadi mendengarkan dan menyimak dengan seksama, khotbah Iftitah Al Mukarrom Habib Luthfi bin Ali Yahya, sambutan atau pencerahan dari pimpinan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Bapak Kyai Haji Said Aqil Siradj, dan kemudian juga sambutan Gubernur Jawa Timur, Pakde Kawo, DR. H. Soekawo. Sebelum masuk ruangan ini juga saya mendapat penjelasan dari Shohibul Bait, Bapak Kyai Haji Mafthul Said tentang apa yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Al Munawariyyah di Malang ini. Mendengarkan apa yang disampaikan oleh beliau-beliau itu, saya sungguh bersyukur, merasa tenteram, lebih optimis, dan memberikan penghargaan yang tinggi atas komitmen beliau-beliau semua, Insya Allah komitmen Saudara semua, untuk terus berbuat yang terbaik bagi bangsa dan negara yang kita cintai. Saya juga berkesan atas kejernihan dan keteduhan dalam berpikir, serta kesediaan untuk ikut mengatasi persoalan bangsa dengan pendekatan dan cara yang mulia dan bermartabat.

Jika pikiran, komitmen, dan tindakan seperti itu, juga dimiliki oleh segenap komponen bangsa, Insya Allah dengan pertolongan dari Allah SWT negeri kita akan semakin maju. Segala persoalan dan ujian akan dapat kita atasi dengan baik. Indonesia akan tetap teduh dan terbebas dari kegaduhan yang berlebihan. Karena kegaduhan yang berlebihan itu membuat kehidupan rakyat tidak tenteram. Juga terbebas dari perilaku kasar, dan tidak bermartabat dan terbebas pula dari aksi-aksi kekerasan dan main hakim sendiri.

Saudara-saudara,

Yang saya sebutkan terakhir itu justru jauh dari sikap, tutur kata dan perilaku teladan kita Nabi Besar  Muhammad SAW.


Hadirin dan Hadirat yang saya muliakan,

Saya mengajak Saudara semua, marilah ditengah derap dan deru reformasi demokratisasi dan kebebasan yang terkadang sering kebablasan. Kita kembali berdiri tegak, bersikap, dan berperan untuk terus menjalankan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sesuai dengan ajaran agama dan sesuai dengan kepribadian bangsa yang mulia, yang jauh dari tindakan yang tidak terpuji, tidak bermartabat dan tidak berkeadaban.

Saya berharap dengan tulus, seraya memohon ridha Allah SWT agar kaum Thariqah dan keluarga besar Jam'iyyah Ahlith Thariqah Al Mutabarah An Nahdliyah bisa menjadi contoh dan pelopor.


Saudara-saudara,

Dewasa ini negara kita, Indonesia tengah melaksanakan penataan dan pembaharuan dan terus meningkatkan pembangunan di segala bidang. Setelah kita mengalami krisis nasional yang sangat luar biasa 13, 14 tahun yang lalu. Agenda dan pekerjaan besar itu menata kehidupan bernegara, memajukan kehidupan bangsa, menjadi bangsa yang maju, adil, aman, dan sejahtera, tentu tidak mungkin kita selesaikan dalam waktu 1, 2 tahun. Hal seperti ini, membangun dalam waktu yang tidak sebentar, juga dialami oleh bangsa-bangsa lain, yang memerlukan waktu puluhan tahun bahkan ratusan tahun untuk menjadi Negara yang maju. Apalagi Saudara-saudara, dunia dewasa ini sering menghadirkan krisis yang berpengaruh pula bagi pembangunan di Indonesia. Di tengah permasalahan yang amat kompleks di Indonesia, di tengah situasi dunia yang tidak menentu dan penuh dengan krisis, sesungguhnya kita patut bersyukur karena negara kita berkat kerjasama semua pihak kita telah mencapai sejumlah kemajuan, misalnya kemajuan ekonomi, ditengah krisis ekonomi global, yang juga diakui oleh dunia, kita patut bersyukur. Meskipun masih banyak pula masalah yang harus kita atasi, kita benahi dan kita perbaiki, misalnya kejahatan korupsi dan aksi kekerasan yang sekali-kali masih terjadi atas nama kebebasan.

Ini semua harus menjadi misi bersama untuk memperbaikinya meskipun sudah barang tentu saya bersama pemerintah yang saya pimpin akan berdiri di depan untuk mengemban tugas yang tidak ringan tetapi mulia itu.


Hadirin - hadirat peserta Muktamar yang saya hormati,

Pada kesempatan yang baik ini pula, saya ingin mengingatkan satu hal yang amat penting yaitu kehidupan berbangsa dan bernegara kita bertumpu pada 4 (empat) pilar, pilar yang pertama adalah falsafah Pancasila; Pilar yang kedua adalah Undang-Undang Dasar 1945; Pilar yang ketiga adalah bangun negara kita, Negara Kesatuan Republik Indonesia; dan Pilar yang keempat, kita harus bisa hidup bersatu dalam kemajemukkan.  

Mari kita pedomani dan jalankan keempat pilar kehidupan bernegara ini dengan penuh tanggung jawab. Sebagai umat Islam, marilah kita bangun kehidupan umat yang religious dengan menjalankan firman Allah Subhanahu Wata'alla, Hadists Rasulullah Shallallahu'allaihi Wassallam. Total.  

Sebagai Warga Negara Indonesia, marilah kita tegakkan empat pilar kehidupan bernegara yang telah saya sampaikan tadi. Marilah kita buktikan kepada bangsa kita dan juga kepada dunia, bahwa di Indonesia tidak ada pertentangan antara agama dan negara, antara Islam dan demokrasi. Islam bisa menjawab berbagai persoalan bangsa dan persoalan dunia dan Islam sungguh menjadi rahmat bagi semesta alam. Marilah terus kita kumandangkan dan sungguh kita jalankan bahwa Islam mencintai keamanan dan perdamaian, mencintai keadilan, mencintai kesejahteraan, mencintai kebenaran, serta mencintai kehormatan dan harga diri kita sebagai umat Islam.

Semua itu tidak datang dari langit, Tuhan tidak akan merubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu yang mengubahnya. Oleh karena itu semua cita-cita dan tujuan besar itu harus kita perjuangkan bersama, dengan cara yang bermartabat, yang cerdas dan yang amanah.


Hadirin yang saya muliakan,

Tema Muktamar kali ini sebagaimana disampaikan oleh Al Mukarom Habib Luthfi tadi, adalah juga berkaitan dengan upaya untuk menegakkan perdamaian, keadilan, dan kesejahteraan dunia. Saya dukung, saya setuju dan mari kita perjuangkan dunia harus menghadirkan kedamaian, keadilan, dan kesejahteraan bagi semua bangsa, bukan hanya bagi sekelompok bangsa. Indonesia harus aktif bersama bangsa-bangsa yang lain untuk berjuang dikancah global mewujudkan dunia yang damai, adil, dan sejahtera tadi. Dewasa ini negeri kita Indonesia aktif berperan dalam berbagai organisasi internasional, seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Organisasi Kerjasama Islam dulu namanya, Organisasi Konferensi Islam, sekarang berubah menjadi Organisasi Kerjasama Islam, G-20, ASEAN, APEC dan sebagainya. Kita akan terus aktif berperan di Organisasi itu demi sekali lagi, dunia yang makin damai, makin adil, dan makin sejahtera.  

Kita sungguh prihatin dengan keadaan dunia sekarang ini, krisis ekonomi masih terjadi di Eropa, dan cepat atau lambat, besar atau kecil, langsung atau tidak langsung akan memukul perekonomian bangsa-bangsa lain termasuk perekonomian Indonesia. Kita juga prihatin, situasi yang ada di beberapa negara di Afrika dan di Timur Tengah, terjadinya kekerasan dan korban jiwa, kita mendoakan kepada Allah SWT, kita juga ikut berjuang agar situasi di tempat itu segera pulih kembali, terutama Saudara-saudara kita kaum muslimin dan muslimat di wilayah itu yang menghadapi keadaan yang sulit. Marilah kita berdoa, berdoa dengan khusyu, mendoakan untuk keselamatan mereka semua. Kita berharap dan ikut berdiplomasi semoga di kawasan itu perdamaian segera terwujud, solusi yang tepat segera dicapai, dan yang lebih penting sekali lagi, kekerasan dan korban jiwa yang besar bisa dihentikan.

Saudara-saudara,

Itulah perjuangan besar bangsa-bangsa sedunia, dan itulah perjuangan bangsa Indonesia untuk ikut berkontribusi bagi tegaknya keadilan, perdamaian dan kesejahteraan dunia. Ke depan, di tingkat nasional kita harus lebih bersatu. Dengan bersatu dan bekerja keras, kita bisa memecahkan banyak hal di negeri ini dan bisa memajukan hal di Indonesia seraya kita ikut memecahkan persoalan-persoalan dunia. Itulah pesan, harapan dan ajakan saya,

Saudara-saudara,

Marilah kita melangkah dengan optimisme, marilah kita yakin diri, dengan memohon pertolongan Allah Subhanahu Wata'alla, dengan bersatu, dan bekerja, cerdas dan keras. Negeri yang kita cintai akan makin maju, makin adil, makin aman, dan makin sejahtera.

Akhirnya, dengan terlebih dahulu memohon ridho Allah SWT dan dengan mengucapkan Bismillahirrahmanirrahiim, Muktamar XI Jam'iyyah Ahlith Thariqah Al Mu'tabarah An Nahdliyyah dengan resmi saya nyatakan dibuka.
Sekian.   

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Asisten Deputi Naskah dan Penerjemahan,
Deputi Bidang Dukungan Kebijakan,
Kementerian Sekretariat Negara RI