Sambutan Presiden RI pada Penganugerahan Adhikarya Pangan Nusantara 2012, Jakarta, 14 Desember 2012

 
bagikan berita ke :

Jumat, 14 Desember 2012
Di baca 704 kali

SAMBUTAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PADA ACARA

PENGANUGERAHAN ADHIKARYA PANGAN NUSANTARA TAHUN 2012

DI ISTANA NEGARA, JAKARTA

PADA TANGGAL 14 DESEMBER 2012

 



Bismillahirrahmanirrahiim,

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Salam sejahtera untuk kita semua,

 

Para Tamu Undangan dan Hadirin sekalian yang saya muliakan, khususnya para penerima penghargaan yang saya cintai dan saya banggakan,

 

Alhamdulillah, hari ini kita dapat kembali menghadiri satu acara yang sangat penting, yaitu penganugerahan tanda penghargaan kepada para pimpinan daerah maupun pimpinan organisasi non-pemerintah dan perseorangan yang memiliki prestasi yang luar biasa dan juga memberikan teladan yang baik bagi upaya peningkatan ketahanan pangan di negeri tercinta ini.

 

Di Istana Negara ini, amat sering negara dan pemerintah memberikan tanda penghargaan, menyangkut banyak prestasi dan bidang. Tetapi bagi saya dan bagi kita semua, penghargaan di bidang ketahanan pangan itu menurut saya menempati peringkat yang paling tinggi. Tentu semua yang berprestasi itu bagus, negara wajib memberikan imbalan prestasi dan penghargaan, tetapi sekali lagi, kalau menyangkut pangan ini lain. Karena tidak ada penggantinya. Kita semua memerlukan pangan. Bangsa yang kuat adalah bangsa yang memiliki ketahanan pangan yang kuat pula.

 

Oleh karena itu, Saudara-saudara, atas nama negara dan pemerintah, dan selaku pribadi, saya sekali lagi mengucapkan selamat dan terima kasih, serta terimalah penghargaan saya yang tinggi kepada Saudara semua, Bapak Ibu yang hari ini menerima Tanda Penghargaan di Istana Negara ini, maupun yang pada kesempatan yang lain menerima penghargaan dari negara juga, yang diserahkan oleh Menteri Pertanian Republik Indonesia. Semua adalah teladan dan semua adalah yang berprestasi.

 

Hadirin yang saya hormati,

 

Sesungguhnya kita semua sudah tahu, bahwa pangan itu penting. Kita juga sudah tahu bahwa ketahanan pangan itu juga penting. Dan bukan hanya sekedar tahu, tapi kita semua di seluruh Indonesia, para pimpinan Pemerintahan Daerah, komunitas petani, dan semua pihak, itu telah melakukan semua upaya untuk betul-betul kita bisa menjaga dan bahkan meningkatkan ketahanan kita. Kita tidak hanya bicara dari waktu ke waktu, tetapi kita telah bekerja dan terus berupaya untuk meningkatkan ketahanan pangan di Indonesia.

 

Tanggal 11 Desember yang lalu, berarti beberapa hari yang lalu, saya melaksanakan kunjungan 1 hari di Jawa Timur, tepatnya saya berkunjung ke daerah perdesaan dan kawasan pertanian di Kabupaten Madiun, Pak Bupatinya ada di sini. Dan saya lanjutkan berkunjung ke Kabupaten Magetan. Di Madiun saya melaksanakan kegiatan panen beserta para petani, dan Pakdhe Karwo juga di situ kemarin. Dan masih di Madiun, kami juga melaksanakan kegiatan menanam atau tandur, tandur. Biasanya kita lupa kalau kita ingin memetik padi, ingin memanen secara sukses, kita harus mau menanam dan memelihara apa yang kita tanam itu, dengan harapan insya Allah panen kita baik. Kemarin, secara simbolis dan bersama-sama dengan para petani yang ada di Kabupaten Madiun, kami melaksanakan kegiatan panen dan menanam padi.

 

Setelah itu, kami melewati jalan yang tidak, ulangi, bukan jalan besar, tetapi jalan desa, jalan wilayah, dari pelosok Madiun ke Magetan. Nah di situlah, saya kira perasaan para gubernur, bupati, walikota, semua akan sama melihat kiri kanan tanamannya subur, sawahnya, ternaknya, tebunya, dan tanaman-tanaman lain. Tidak ada yang lebih membahagiakan para pemimpin, kita semua, kalau melihat pertanian kita tumbuh berkembang, pangan mulai meningkat ketahanannya. Karena kita tahu bahwa rakyat akan berbahagia karena yang mereka harapkan dari kehidupan sehari-harinya makin tersedia.

 

Di Magetan, saya juga diacarakan meninjau tempat penggemukan sapi. Dan terus terang, saya baru pertama kali melihat sapi yang beratnya 1,3 ton. Jadi itu kalau diangkut oleh angkutan perdesaan, jalannya seperti kemarin itu barangkali satu angkutan hanya satu sapi itu. Kecuali kalau truk yang besar bisa dua. Saya senang terus terang, berdialog dengan para petani, baik di Madiun maupun di Magetan, yang semuanya itu saya bisa mengambil beberapa kesimpulan. Tentu, sebagaimana Bapak Ibu ketahui, saya juga sering berkunjung ke provinsi-provinsi, baik di Jawa maupun di luar Jawa, juga bertemu dengan para petani, melihat tanah-tanah pertanian, baik pada saat panen maupun pada saat non-panen.

 

Kesimpulan saya adalah alhamdulillah, terima kasih kepada para pimpinan daerah dan komunitas luas bahwa ketahanan pangan kita makin baik. Tetapi sekaligus kita melihat apa yang sama-sama kita lihat di lapangan bahwa ketahanan pangan itu masih bisa kita tingkatkan lagi, masih ada ruang untuk meningkatkannya lagi di masa depan. Itu kesimpulan yang saya dapatkan, saya kira semua setuju dengan dua kesimpulan itu.

 

Bapak Ibu, Hadirin yang saya cintai,

 

Belum lama ini, Komite Ekonomi Nasional menyelenggarakan satu pertemuan di Jakarta yang dihadiri oleh banyak kalangan, termasuk para pimpinan daerah, dunia usaha, komunitas berbagai usaha di tingkat nasional, yang menggambarkan seperti apa Indonesia di masa mendatang. Indonesia 5-10-15-20 tahun mendatang. Utamanya di bidang ekonomi. Utamanya peluang dan tantangannya apa bagi kita semua untuk meningkatkan ekonomi di negeri ini, yang akhirnya bisa meningkatkan kesejahteraan rakyat di seluruh tanah air.

 

Kesimpulan-kesimpulan yang dapat kita tarik adalah, karena ekonomi kita terus tumbuh, dan bahkan ketika dunia mengalami krisis, pertumbuhan ekonomi kita tergolong tinggi, ekonomi tumbuh di atas 6% itu tergolong tinggi, apalagi pendapatan nasional kita sekarang ini sudah tembus US$ 1 trilliun by purchasing power parity. Ini menggambarkan ekonomi Indonesia, untuk Bapak-Ibu ketahui, menjadi ekonomi terbesar di Asia Tenggara. Ekonomi kita menjadi ekonomi nomor 15 besar di dunia.

 

Karena ekonomi kita tumbuh, konsekuensinya kebutuhan akan barang dan jasa, kebutuhan akan pangan juga meningkat secara signifikan. Kebutuhan beras meningkat, gula meningkat, jagung meningkat, daging sapi meningkat, kedelai meningkat, telor meningkat, bawang meningkat, sayur mayur meningkat, buah meningkat, dan sebagainya. Mengapa meningkat? Karena pendapatan perkapita dan daya beli rakyat kita juga meningkat. Mengapa meningkat? Karena proses pembangunan, kerja keras kita semua, di seluruh Indonesia, yang disebut kelas konsumen, atau golongan menengah itu juga meningkat. Akhirnya, kebutuhan meningkat. Ini, pertama-tama tentu kita syukuri, alhamdulillah. Tetapi, tentu ada konsekuensinya, ada tantangannya. Kalau produksi pangan kita tidak meningkat, kalau ketersediaan pangan kita juga tidak cukup, akan menimbulkan masalah. Padahal yang diperlukan masyarakat bukan hanya pangan, juga energi dan lain-lain.

 

Masih menyangkut Indonesia di masa depan. Sebuah studi atau sebuah laporan oleh lembaga internasional, McKenzie mengatakan golongan menengah atau kelas konsumen di Indonesia sekarang ini jumlahnya adalah 45 juta. Yang lainnya berarti ada yang di atas, ada yang masih di bawah, yang harus terus kita tingkatkan kesejahteraannya. Jumlah itu akan terus berkembang, insya Allah, dengan kerja keras kita. Sehingga makin ke depan, saudara-saudara kita yang masih miskin kita dorong, kita bantu, kita berdayakan menjadi kurang miskin, dan suatu saat tidak miskin lagi. Yang ini akan masuk yang disebut dengan kelas konsumen atau golongan menengah tadi.

 

Untuk menjawab semuanya itu, tiada lain solusinya adalah perlu kita tingkatkan ketersediaan barang dan jasa, utamanya pangan dan energi. Oleh karena itulah, semua usaha untuk meningkatkan produksi, meningkatkan produktivitas, membikin distribusinya bagus, membikin harga-harganya terjangkau, membikin kesejahteraan petani makin meningkat, menjadi keharusan kita di tahun-tahun mendatang. Itulah kalau kita cerdas melihat ke depan, mengenali peluangnya apa, sekaligus tantangannya apa. Nah kalau sudah tahu, mari kita lakukan segala sesuatunya. Oleh karena itu, saya mengatakan bagi yang berprestasi dan menjadi teladan dalam bidang ketahanan pangan itu tempatnya berbeda, mengingat sekali lagi tantangan riil yang kita hadapi, tahun-tahun sekarang dan ke depan yang sekali lagi harus kita ketahui bangsa Indonesia memerlukan lebih banyak lagi bahan pangan.

 

Saudara-saudara,

 

Yang terakhir, saya kira semua sependapat dengan saya, utamanya para Menteri, Gubernur, Bupati, dan Walikota, kalau kita keliling Indonesia, ke pelosok-pelosok tanah air, melihat lahan-lahan pertanian, bertemu dengan petani, bertemu dengan rakyat yang mengkonsumsi hasil pertanian itu, maka ada empat hal yang ingin saya sampaikan yang mari kita tangani dengan baik dan kita kelola dengan sebaik-baiknya.

 

Pertama, produksi. Produksi memang ada peningkatan di banyak komoditas, tetapi ingat, kebutuhan juga meningkat. Kalau kita tidak ingat, penduduk kita yang hampir mencapai 250 juta itu memerlukan pangan lebih banyak lagi. Kalau dunia sudah dilewati 7 milliar, menuju 9 milliar, mereka juga memerlukan pangan, maka produksi ini suatu saat kurang. Mari kita pusatkan betul untuk meningkatkan produksi. Kalau produksi ada, insya Allah tidak ada masalah pangan di negeri ini.

 

Yang kedua, produksi juga berkaitan dengan lahan. Saya berdiskusi dengan para menteri, pak gubernur kemarin, ini ada kecenderungan, baik di Jawa maupun di luar Jawa, banyak terjadi pengalihan penggunaan lahan. Yang tadinya lahan pertanian digunakan untuk kepentingan yang lain. Bukannya salah, tetapi harus ada hitung-hitungannya. Kalau terlalu banyak yang dialihkan bukan untuk pertanian, bagaimanapun produksi akan menurun. Kalau produksi menurun, sudah tahu resikonya. Ada kelangkaan pangan, harganya melangit, dan sebagainya. Oleh karena itu, ketersediaan lahan harus sama-sama kita jaga. Itu yang kedua.

 

Yang ketiga, kalau sudah tahu produksi harus naik karena kebutuhan masyarakat akan pangan naik, dan kita juga sudah tahu lahan tidak akan bertambah secara signifikan, bahkan di sana-sini ada yang berkurang, maka yang harus kita genjot adalah produktivitas. Areal yang sama, dengan teknologi, dengan penelitian dan pengembangan, dengan pupuk, dengan cara bercocok tanam, dengan upaya melawan hama dan sebagainya, maka produktivitasnya meningkat. Kalau ini kita jaga, insya Allah di tahun-tahun mendatang, pangan kita aman.

 

Dan yang terakhir, yang keempat, kalau kita bicara pertanian jangan hanya bicara negara ini menghasilkan berapa juta ton, provinsi ini surplus berapa juta ton atau ratus ribu ton, bukan hanya itu. Tetapi akhirnya, apa yang didapatkan oleh petani kita. Kita ingin pertanian kita makin maju dan modern dan produktif. Tetapi pastikan petani kita mendapatkan penghasilan yang makin baik, penghasilan yang layak, sesuai dengan jerih payahnya. Setelah petani, peternak, semua yang menghasilkan bahan pangan ini, baik itu, apa namanya, beras, jagung, kedelai, gula, maupun daging-dagingan, maupun ikan-ikanan, mereka harus mendapatkan keuntungan, mendapatkan penghasilan yang makin baik. Setelah baik, ingat pula ada puluhan juta rakyat kita yang juga membeli bahan-bahan pangan itu. Sudah baik untuk petani, insya Allah makin baik, mereka pun juga harus bisa membeli. Karena kalau tidak, tentu juga tidak adil. Yang adil itu harga sedemikian rupa, sekali lagi baik untuk petani, tetapi juga bisa dijangkau oleh saudara-saudara kita, masyarakat luas.

 

Saya berdialog kemarin di Magetan dengan para peternak sapi yang digemukkan, yang mengatakan seperti itu. Oleh karena itu, kebijakan nasional, kebijakan daerah harus klop satu sama lain. Daerah yang memang tidak perlu ada tambahan supply, tidak perlu ditambah karena sudah cukup. Tetapi ada provinsi yang memang supply-nya sangat kurang. Tentu harus dipenuhi supaya harganya tidak melangit. Nah, di situlah perlu koordinasi kebijakan, kebijakan nasional, kebijakan provinsi dan kebijakan yang lain. Semangat kita di situ. Dan ini adalah Negara Kesatuan Republik Indonesia, bukan sistem lain, sehingga kebijakan itu harus terpadu. Paduan kebijakan pusat-kebijakan daerah, baik untuk semua elemen atau komponen bangsa kita.

 

Empat hal itulah, saya titip, Saudara-saudara, dan mari kita tangani dengan baik satu produksi, kedua ketersediaan lahan, ketiga produktivitas yang  harus kita tingkatkan, dan yang keempat penghasilan dan kehidupan yang makin layak bagi petani, dan harga yang bisa dijangkau oleh masyarakat luas.

 

Itulah yang dapat saya sampaikan, Bapak Ibu yang saya hormati. Sekali lagi selamat, terima kasih, dan marilah terus kita tingkatkan kerja keras kita untuk mencapai ketahanan pangan yang lebih tinggi lagi di negeri tercinta ini.

 

Sekian, sampaikan salam saya kepada saudara-saudara di seluruh tanah air.

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

 

 

 

 

Asisten Deputi Naskah dan Penerjemahan,

Deputi Bidang Dukungan Kebijakan,

Kementerian Sekretariat Negara RI