Sambutan Presiden RI pada Penutupan Raker dengan Dunia Usaha Swasta, Bogor, 19 April 2011

 
bagikan berita ke :

Selasa, 19 April 2011
Di baca 818 kali

SAMBUTAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PADA
ACARA PENUTUPAN

RAPAT KERJA PEMERINTAH DENGAN DUNIA USAHA SWASTA

PADA TANGGAL 19 APRIL 2011

DI ISTANA KEPRESIDENAN BOGOR

 

 

 

Bismillahirrahmanirrahim,

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Salam sejahtera untuk kita semua,

Yang saya hormati Saudara Wakil Presiden Republik Indonesia,

Para Menteri dan anggota Kabinet Indonesia Bersatu Kedua,

Pimpinan dan anggota Dewan Pertimbangan Presiden,

Para Gubernur dan para Ketua DPRD Provinsi,

Pimpinan dan anggota Komite Ekonomi Nasional, serta Pimpinan dan anggota Komite Inovasi Nasional (KEN dan KIN),

Para Pimpinan dan pelaku dunia usaha, baik usaha negara maupun swasta,

Hadirin sekalian yang saya muliakan,

 

Alhamdulillah, kita telah bersama-sama melaksanakan rapat kerja antara pemerintah dan dunia usaha yang juga dihadiri oleh elemen-elemen lain. Semoga apa yang kita laksanakan bersama di Bogor ini membawa kebaikan bagi rakyat kita, negara kita dan masa depan kita.

 

Saudara-saudara,

 

Kalau kita melihat televisi, menyaksikan apa yang terjadi di seluruh dunia, kita akan menyimpulkan bahwa dunia ini tidak pernah tenang, dinamis dan penuh dengan peristiwa yang datang silih berganti. Kita saksikan situasi di Timur Tengah dan Afrika Utara sekarang ini, utamanya berkaitan dengan politik dan keamanan. Kita saksikan situasi di beberapa negara di Eropa, yang sebagian daripadanya masih bergulat pada pemulihan kembali ekonomi pascakrisis. Kita lihat di belahan yang lain, ada bencana alam yang datang juga silih berganti dengan skala yang sering tidak kecil. Kita saksikan di belahan bumi yang lain, ada kejahatan transnasional yang menggoncangkan keadaan sosial negara-negara itu, termasuk negara kita yang juga dinamis, yang memunculkan banyak sekali tantangan-tantangan.

 

Satu hal yang ingin saya sampaikan adalah negara manapun di dunia ini, selalu menghadapi permasalahan dan tantangannya. Negara manapun di dunia ini, sebagian besar katakanlah memiliki capaian-capaian dan juga sejumlah hal yang belum bisa dicapai. Demikian juga negara kita, baik secara nasional maupun yang ada di daerah-daerah yang para Gubernur pimpin sekarang ini. Oleh karena itu, saya hanya mengajak marilah kita berpikir jernih dan sadar bahwa demikianlah Keadaan dunia kita, keadaan negara kita, dan keadaan kita semua. Yang penting, segala persoalan, tantangan dan permasalahan mari kita atasi, dan kita jawab secara bersama. Yang sudah baik kita jaga dan bahkan kita tingkatkan, yang belum baik mari kita perbaiki agar membawa kebaikan bagi semua di masa depan.

 

Saya hampir tiap tahun menghadiri berbagai pertemuan puncak yang bisa berinteraksi dengan para pemimpin dunia, yang ternyata percakapan kami, itu juga menggambarkan setiap negara juga mengalami permasalahan dan tantangannya masing-masing, paling tidak saya berinteraksi dengan mereka semua dalam forum  G20, APEC, ASEAN dan East Asia Summit, bahkan tahun ini kita menjadi tuan rumah dari ASEAN Summit dan East Asia Summit, sekaligus ketua ASEAN untuk tahun 2011.

 

Sebelum yang lain, saya juga ingin menyampaikan sebagai pengantar awal bahwa MP3EI, Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia, yang sedang kita matangkan ini, yang sedang kita susun bersama-sama, termasuk kita hitung seberapa besar investasi yang kita perlukan. Itu semua, MP3EI itu bukanlah pengganti dari semua rencana yang kita miliki, baik pada tingkat nasional maupun tingkat daerah. Kita punya RPJMN, kita punya RKP, kita punya APBN, ada RKPD, ada APBD yang mencakup semua sektor dan bidang kehidupan, mulai dari politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, kemanan, hukum dan keadilan, hubungan internasional, dan sebagainya. Semua itu tetap dengan sungguh-sungguh kita jalankan. MP3EI yang bukan substitusi, kita keluarkan karena kita ingin melakukan percepatan dan perluasan pada sektor-sektor tertentu dari ekonomi kita, dengan sasaran yang jelas, dengan arah yang jelas, dengan timeline yang jelas, siapa berbuat apa, siapa berinvestasi berapa dan dimana, itu yang kita tuangkan dalam MP3EI. Keberhasilan pembangunan negara kita adalah keberhasilan dari semua agenda dan program yang dijalankan, plus keberhasilan dari implementasi dari MP3EI ini. Saya harus sampaikan sebagai pengantar awal, agar kita memiliki pengetahuan yang utuh, dengan demikian, yang kita laksanakan juga utuh.

 

Saudara-saudara,

 

Saya ingin menyampaikan beberapa hal sebagai penutup dari rapat kerja kita dua hari ini, yang sebagian daripadanya merupakan instruksi dan direktif saya kepada jajaran pemerintah, dan sekaligus ajakan dan harapan kepada para pelaku dunia usaha, utamanya pelaku usaha swasta.

 

Saudara-saudara,

 

Saya mengikuti diskusi Saudara. Hari ini yang absen, terus terang tadi saya terlambat mengikuti presentasinya Menteri Pertanian, karena saya ada urusan lain, karena urusan politik, urusan keamanan, hukum, yang lain-lain harus juga berjalan. Saya melihat televisi, sudah masuk atau Pak Hi baru naik ke mimbar, saya ikuti semua sampai akhir. Oleh karena itu, ijinkan saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada semua, para pelaku dunia usaha, para Gubernur dan semua yang sejak kemarin, tadi malam hingga sekarang ini telah berkontribusi untuk menyukseskan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi kita.

 

Tadi malam saya juga begadang disini sampai jam 00.15 untuk urusan yang lain, urusan keamanan dan pertahanan yang juga harus berjalan paralel dengan apa yang dibahas oleh Saudara-saudara, yang juga penting yaitu ekonomi untuk kesejahteraan rakyat kita.

 

Saya menghargai para pimpinan dunia usaha yang hadir pada rapat kerja ini dan tentu bukan hanya hadir, yang saya tangkap, ingin benar membangun partnership dengan kami, pemerintah termasuk pemerintah daerah dan semua pihak. Kita ingat ketika negara kita terjatuh dalam krisis tahun 1998-1999, kolaborasi kita waktu itu, kebersamaan kita waktu itu tidak sangat kohesif, dengan demikian banyak yang tidak bisa kita selamatkan. Cost of crisis-nya sangat tinggi, negara harus melakukan bail out dengan total kerugian Indonesia 600 triliun rupiah. Konon hanya sekitar 200 triliun yang bisa dikembalikan, jadi itulah rate of recovery dibandingkan cost of crisis. Itu pengalaman yang sangat berharga, ketika kita tidak bisa berkolaborasi dengan baik. Sebaliknya ketika dunia mengalami krisis pangan dan energi, dan kemudian resesi global, beberapa tahun yang lalu, kita bersama-sama waktu itu mengatasi keadaan juga seperti ini, di banyak forum meskipun lebih kecil forumnya, alhamdulillah kita bisa meminimalkan dampak dari krisis global itu bahkan kita bisa bertahan pada pertumbuhan yang positif. Inilah yang juga mendorong bagi kita untuk terus membangun kemitraan, kebersamaan dan kerjasama.

 

Saudara-saudara,

 

Di luar itu, saya juga ingin mengajak terlebih dahulu dunia usaha domestik, Saudara-saudara semua untuk menjadi pemain utama sebelum kita menggandeng mita-mitra dari negara sahabat. Saudara yang lebih tahu dibandingkan mitra-mitra kita. Dengan demikian, kalau diberikan kesempatan lebih dahulu memperbaiki bersama-sama yang mesti kita perbaiki, hampir pasti dengan rida Allah, hasilnya akan baik. Oleh karena itu, niat baik kami, niat baik pemerintah untuk mengajak dunia usaha untuk menjadi stakeholder yang utama, itu betul-betul bisa direspon secara positif oleh dunia usaha untuk kepentingan rakyat kita.

 

Saudara-saudara,

 

Observasi yang saya lakukan, termasuk mengikuti jalannya diskusi tadi, laporan dari tim 1, 2, 3, 4 termasuk diskusi pendalaman. Saya ingin menyampaikan beberapa hal berkaitan dengan itu. Pertama, memang kadang-kadang kita melihat suatu masalah dari satu perspektif, dari satu sisi penglihatan. Kalau dilihat dari perspektif yang lain, dari kepentingan yang lain barangkali solusinya tidak cukup hanya itu. Kalau suatu perspektif solusinya A barangkali, setelah kita lihat dari berbagai sudut penglihatan solusinya A+2, itu bisa begitu. Oleh karena itu, dengan semua menyampaikan padangannya dari kacamatanya masing-masing, harapan kita pemerintah utamanya bisa menetapkan kebijakan sudut dan regulasi yang lebih tepat karena sudah mewadahi berbagai sudut penglihatan dan kepentingan.

 

Saudara-saudara,

 

Yang kedua, apa yang kita hadapi di negeri ini sebenarnya juga dihadapi oleh banyak negara, termasuk emerging economies yang belum lama ini berkumpul di Tiongkok dengan club yang disebut dengan BRICS. Semua sebetulnya juga mengalami masalah sebagaimana yang kita hadapi, jadi jangan mengira hanya negeri kita yang sulit, yang susah, yang banyak yang belum beres seperti ini, tetapi jangan excuse, jangan karena negara lain juga punya masalah yang sama, lantas kita memberikan toleransi atas ketidakbenaran itu kemudian tidak melakukan perbaikan dan koreksi. Sebaliknya, marilah kita ambil tanggung jawab sendiri secara penuh di negeri ini. Semua yang diangkat tadi: hambatan, permasalahan, bottleneck, dan sebagainya marilah kita atasi secara riil dan kita evaluasi bersama-sama, kita pantau bersama-sama. Dengan demikian tiap tahun ada yang kita beresi meskipun masalah itu biasanya satu pergi, satu datang, tidak ada-apa, memang begitulah kehidupan, tapi yang penting jangan pernah dibiarkan masalah itu.

 

Saya sendiri juga belum puas, Saudara-saudara, banyak yang mestinya kita beresi tahun-tahun yang lalu belum sepenuhnya kita beresi, meskipun tahun ini saya sangat banyak mengeluarkan perubahan regulasi dan kebijakan, dan saya berharap dijelaskan nanti pada saatnya oleh Menteri terkait kepada dunia usaha, kepada publik termasuk kepada jajaran pemerintah daerah. Apa yang sudah kita ubah, kita perbaharui, sebutkan undang-undangnya, kalau itu undang-undang, Peraturan Pemerintahnya, Peraturan Presidennya, Peraturan Menterinya, barangkali para Gubernur juga melengkapi perdanya, jelaskan yang sudah. Kemudian jelaskan pula apa yang sedang kita perbaiki. Ada yang cepat, ada yang perlu waktu, ada yang perlu konsultasi dengan DPR. Kalau undang-undang memang tentu dengan DPR, tapi ada yang bisa menjadi quick wins, istilah Saudara tadi, dan saya membaca tadi banyak PR yang diberesi dalam satu, dua tahun ini berupa regulasi dan kebijakan yang saudara perlukan.

 

Saudara-saudara,

 

Era kita sekarang ini memang berbeda dengan era Orde Baru. Kalau bicara Orde Baru, saya juga berada di situ, Saudara juga ada di situ, saya kira tidak ada yang lahir setelah Pak Harto lengser waktu itu. Kita juga berada di era Orde Baru, oleh karena itu memori kita juga masih segar. Dulu memang sentralistik pemerinatahan kita, top down biasanya. Presiden bisa berbuat banyak, pembebasan tanah dulu barangkali tidak menjadi masalah, meskipun sekarang banyak masalah akibat itu. Bisnis atau proyekpun dulu katanya bisa diatur, ditata,dibagi begitu, belum berlaku sistem otonomi daerah seperti sekarang ini. Ini realitas, jangan tidak kita pahami realitas ini, sehingga cara yang kita lakukan atau dilakukan oleh negeri kita seperti era dulu, tidak mungkin kita lakukan sekarang ini, tetapi meskipun tidak bisa seperti dulu, tidak berarti bahwa semua yang tidak pasti kita biarkan. Tadi Pak Sofyan Wanandi mangangkat banyak hal, tidak berarti yang uncertain dalam dunia usaha, dalam dunia investasi kita biarkan. Jangan sampai kita biarkan pula, sudah kita ketok palu, rencananya sudah ada,  terhambat disana, terhambat disini dan itu kita  biarkan meskipun ingat, cara menyelesaikan mesti berbeda dibandingkan era dulu. Tantangannya tentu lebih besar, tapi Insya Allah kalau kita betul-betul mencari solusi secara bersama-sama, pasti ketemu solusi itu.

 

Menurut hemat saya, pengalaman di dalam mengelola jalannya pemerintahan selama 6 tahun lebih ini, untuk menjawab apa yang dipotret oleh para pimpinan dunia usaha tadi, ya kita semua sebetulnya memotret, maka semua itu sangat terkait erat dengan yang disebut istilah klasik tetapi tetap hidup, yaitu good governance dan birokrasi yang baik. Kalau kita belum berhasil betul membikin birokrasi kita makin responsif, makin akuntable, dan seterusnya, atau tata pemerintahan kita belum berubah total, itu menjadi sandungan yang pertama, harus kita akui.

 

Yang kedua, yang juga bisa bikin masalah di sana-sini adalah rule of law, kepatuhan pada hukum. Bukan hanya urusan penegak hukum tapi urusan kita semua, termasuk masyarakat luas. Makin sadar, makin patuh masyarakat kita, kita semua menghormati hukum, dan makin benar para penegak hukum menegakan hukum, maka ketidakpastian itu juga bisa dikurangi. Freedom, kebebasan ada dimana-mana. Jodohnya, pasangannya adalah kepatuhan pada aturan hukum, itu yang harus kita bangun bersama-sama.

 

Yang ketiga, kalau tadi lebih banyak pada pemerintah, birokrasi yang bagus, sekarang banyak yang masih kurang bagus, good governence, kalau rule of law, semua termasuk masyarakat luas. Yang ketiga ada kasus-kasus yang saya juga mempelajari, saya mengikuti praktek bisnis yang belum baik dan belum sehat. Semua harus introspeksi, dengan demikian dunia usaha dan dunia investasi di negeri kita sekarang dan ke depan akan makin baik.

 

Saudara-saudara,

 

Masih dalam suasana rapat kerja di Bogor. Tadi Ketua KADIN berharap suatu saat bisa disini lagi, saya kira lebih efisien disini mungkin, suasananya lebih baik. Dalam semangat itu, begini, kalau kita semua merasa belum puas, Bapak, Ibu, Teman-teman, karena masih banyak kelemahan kita, kekurangan kita yang belum beres di negeri ini, kalau saya makin optimis bahwa kita sebenarnya bisa jauh lebih baik dibandingkan sekarang ini, kalau semua itu kita beresin. Mengapa? Semua bicara, saya ikuti tadi satu persatu dengan gayanya masing-masing, protes karena birokrasi perijinan yang tidak bagus, infrastruktur yang kurang termasuk listrik, kepastian hukum yang kadang-kadang amburadul, perpajakan yang dianggap kadang-kadang kurang kena, banyak, saya catat semua tadi. Itu yang bikin negara kita seperti ini, belum seperti yang diharapkan oleh kita semua. Tetapi dalam keadaan yang masih seperti itu, ekonomi kita dalam era yang sulit ini tumbuh, termasuk tumbuh positif, ketika banyak negara tumbuh negatif beberapa saat yang lalu. Investasi meningkat secara signifikan, kita selamat dari krisis global.

 

Bayangkan Saudara-saudara, kalau yang banyak 1, 2, 3, 4, 5 tadi kita beresin maka achievement kita mestinya lebih baik dari sekarang ini. Banyak negara maju sekarang ini, kalau kita mau objektif, iklim investasinya bagus sekali, infrastrukturnya lengkap, listriknya lengkap, good governance, semua serba lengkap tapi ekonominya  sedang mengalami masalah yang berat, pengangguran, resesi, defisit, dan sebagainya. Ini hanya untuk memotivasi diri kita. Sekali lagi, kalau yang tidak benar-benar tadi kita beresi bersama-sama setahun ini, dua tahun ini, tiga tahun ini, tahun-tahun berikutnya lagi tentu bukan era saya, Presiden-presiden baru nanti, Pemerintahan baru, Menteri baru, tentu akan menikmati keadaan yang lebih baik. Tetapi itu harus kita lakukan sekarang ini karena saya justru optimis kalau kerja kita benar, serius, akan lebih baik keadaan negara kita.

 

Saudara-saudara,

 

Saya mengajak, mari kita kembangkan mutual trust, saling percayalah. Pemerintah percaya pada dunia usahanya, baik BUMN maupun non-BUMN, tapi teman-teman dunia usaha ke depan makin percaya bahwa kami pemerintah pusat, pemerintah daerah juga terus memperbaiki segalanya yang perlu kita perbaiki. Dengan mutual trust ini maka mutual interest, kepentingan bersama kita bisa dicapai. kepentingan dunia usaha, berinvestasi, ada return dari investasi itu yang baik, usahanya tumbuh. Kepentingan kami dengan usaha tumbuh, lapangan kerja tercipta, pajak terbayar lebih besar sehingga bisa membiayai negara, dan sebagainya. Kita punya kepentingan timbal-balik, mutual interest. Oleh karena itulah, mutual trust menjadi sangat penting di antara kita.

 

Pemerintah tentu harus menciptakan iklim investasi yang makin baik dan kebijakan serta regulasi yang makin tepat. Saya berharap Kepala UKP4, kemudian tentunya jajaran Menko Perekonomian sendiri bisa memastikan bahwa list dari regulasi, yang harus diberesi tadi, yang harus diperbaharui, itu bisa tercapai sesuai dengan timeline dan bisa dibawa ke publik supaya publik bisa ikut mengawasi mana yang mengalir baik, mana yang macet, baik di pusat maupun di daerah. Ini iklim keterbukaan supaya kita belajar bertanggung jawab bersama-sama. Dunia usaha juga begitu, saya berharap bisa menjalankan best practices yang makin bagus, compliers  yang makin bagus terhadap kewajiban pajaknya dan juga menjalankan CSR untuk local community. Saya melihat bahwa arahnya sudah sesuai dengan harapan kita, tinggal bagaimana kita sekali lagi tingkatkan, baik dari pemerintah maupun dunia usaha untuk memenuhi kewajibannya masing-masing tadi.

 

Saudara-saudara,

 

MP3EI ini bukan undang-undang, tapi saya berharap apa yang telah menjadi komitmen kita, termasuk disampaikan oleh pimpinan KADIN kita tadi dengan angka yang patut saya syukuri, mari kita jalankan. Meskipun bukan undang-undang, tapi rencana kita ini binding, mengikat semua, pemerintah baik pusat maupun daerah, juga dunia usaha. Dan setelah nanti kita tetapkan menjadi satu rencana strategis atau renstra yang definitif.

 

Saya setuju dengan usulan banyak pihak tadi untuk kita bentuk komite pemantauan, monitoring committee, mengevaluasi, mengawasi, memantau bahwa apa yang kita sepakati dijalankan, dan komite itu bisa melepas ke publik. Silahkan, jelaskan ke pers mana yang macet, mengapa macetnya dan mana yang lancar, supaya reward and punishment juga bisa diberikan oleh rakyat kepada kita semua.

 

Pemerintah daerah karena akhirnya pembangunan fisiknya, apakah itu jalan, apakah dermaga, apakah agriculture, apakah industri itu di daerah. Saya berharap sungguh kita perankan kemudian kita berikan otoritas yang diperlukan, dan kemudian bersama-sama dengan yang lain bisa membangun desk untuk mencari solusi manakala ada masalah-masalah yang ada di lapangan

 

MP3EI ini adalah living document, rencana strategis jangka panjang, 15 tahun, tiga pemerintahan kurang lebih. Karena menjadi living document, meskipun sudah ada komitmen rencana sebagaimana yang kita rapatkan hari ini, di sini dan kemarin, dan sebelumnya dengan BUMN juga disini, terbuka nanti dalam perkembangannya kalau ada keinginan untuk berinvestasi lagi di manapun, di provinsi manapun, untuk sektor apapun terbuka, welcome, jadi tidak dibatasi dengan apa yang sudah menjadi komitmen ini, meskipun harapan saya jangan sampai yang ini belum dijalankan, sudah berkomitmen yang lain lagi, nanti menjadi confuse semua kita.

 

Saudara-saudara,

 

Kalau kita menyimak perkembangan dan dinamika perekonomian global, regional, yang saya maksudkan regional ya Asia lah, Asia Timur, Asia Tenggara maupun ekonomi dalam negeri kita. Saya ingin menitip saja beberapa sektor atau cabang ekonomi, yang saya mengajak dunia usaha, baik BUMN maupun swasta, untuk berbuat lebih dari apa yang kita lakukan sekarang ini, karena urgensinya.

 

Yang pertama adalah urusan pangan, food. Tentu bukan hanya supply, bukan hanya 15 komoditas yang penting, bukan hanya urusan ternak dan daging sapi, bukan hanya urusan distribusi yang baik, bukan hanya diversifikasi pangan. Jangan kita hanya besandar pada beras, bukan hanya trade dari komoditas pertanian itu dan tentunya juga bukan hanya produktivitas dan inovasi yang perlu kita jalankan agar tanpa harus membuka lahan besar-besaran lagi di negeri kita ini, kita bisa meningkatkan produksi dan produktivitas. Tetapi satu hal, dunia suatu saat bisa mengalami krisis pangan, kalau kita tidak mulai sekarang sungguh sadar pangan ini menjadi tantangan besar. Berkali-kali saya mengatakan penduduk dunia saat ini 7 miliar, 2045 akan menjadi 9 miliar. Buminya tidak bertambah bahkan karena perubahan iklim, pemanasan global terjadi degradasi. Oleh karena itu harus sangat serius.

 

Nanti dalam pertemuan puncak ASEAN, saya sebagai chairman bulan depan, akan saya ajak teman-teman pemimpin ASEAN memikirkan bagaimana food security untuk ASEAN, untuk Asia Tenggara utamanya beras dan komoditas yang lain. Bagaimana Thailand, Kamboja, Vietnam Indonesia bisa berkolaborasi misalnya untuk beras, tentunya juga untuk yang lain, titiplah pangan.

 

Kalau ini masalah, Saudara-saudara bagi dunia usaha adalah opportunity, peluang. Jemput mulai sekarang bahwa bisnis yang connected to food ini akan memiliki prospek yang baik. Penyakitnya, saya juga tahu masih ada budaya semacam kartel yang bisa menyusahkan harga, yang bisa membikin rakyat juga menjerit nanti. Oleh karena itu, solusinya setiap ada isu tentang usaha pangan ini harus tepat.

 

Tadi Pak Siswono, saya dengarkan di ruang monitor, didatangi oleh pengunjuk rasa yang beda-beda kepentingannya, sudut penglihatannya. Oleh karena itu, marilah kita bicara baik-baik, bicara terbuka, heart to heart, bagaimana membikin baik semuanya itu sehingga tidak ada satu pihak yang sangat dirugikan, sementara satu pihak sangat diuntungkan.

 

Pertama pangan. Kedua energi Saudara-saudara, sama 7 miliar manusia akan memerlukan energi, listrik sangat-sangat vital, sama dengan baja ke depan juga akan makin penting. Tadi Pak Dahlan Iskan saya dengar bicara, minyak, kalau kilangnya kurang, kita bangun kilang, gasnya, ini menjadi salah satu andalan, batu bara tapi jangan hanya mengeruk dari perut bumi, bertentangan dengan pasal 33 Undang-Undang Dasar kita. Bikinlah downstream business-nya, tambahlah nilai tambah, bikinlah pertambahan nilainya, negara mendapatkan revenue yang makin baik, semua win semua happy, mestinya begitu. Panas bumi, energi terbarukan, dan lain-lain. Penyakitnya, sekali lagi bagi teman-teman yang berusaha di tambang atau batu bara, tolong jaga lingkungannya. Harapan saya regulasinya pas, dengan demikian keuntungan yang didapatkan dari batu bara itu baik, sama baiknya dengan negara yang mendapatkan keuntungan dari bisnis batu bara itu, karena itu juga untuk rakyat kita. Itu semua bisa dicarikan solusi yang paling pas, tidak boleh veto-vetoan, duduk bersama mencari solusi yang paling baik.

 

Yang ketiga, infrastruktur memerlukan anggaran yang besar. Pelabuhan, dermaga, jalan, dan jalan tol, irigasi. Penyakitnya, Wapres mengatakan, banyak yang mangkrak, tahu mangkrak? Saudara, komitmen 15 tahun yang lalu, 10 tahun yang lalu, Pak Sofyan Wanandi juga mengingatkan tadi, bagaimana kalau semua sudah ada kontraknya tidak jalan semua? sampai kapan? Sampai kapan Jakarta bertambah kemacetannya karena semua komitmen tidak dijalankan, kontrak tidak mengalir. Oleh karena itu infrastruktur ini, sekali kita punya rencana, mari kita jalankan. Masalah pembebasan tanah memerlukan kolaborasi, pemerintah daerah utamanya para Bupati dan Walikota itu memerlukan atau diperlukan kepemimpinan yang baik. Tentu dengan undang-undang yang tepat yang sedang kita garap bersama-sama dengan teman-teman DPR. Yang penting rakyat tidak dirugikan, bahkan diuntungkan dengan pergerakan ekonomi, dengan pergerakan segalanya melalui konsep tanah untuk kepentingan publik.

 

Yang keempat, transportasi, ini juga cabang bisnis yang harus dibangun. Laut sangat kurang padahal negara kita seperti ini, darat dan udara. Karena transportasinya kurang, logistik nasional tidak efisien, tempatnya pak Bram, tempatnya Pak Barnas Suebu, tempatnya Pak Karel, harganya melambung tinggi,  antara lain karena transportasi, karena konektivitas, dan lain-lain. Kita juga memerlukan perkembangan perdagangan domestik, jangan merugi di negeri sendiri. Kita juga ingin daya saing regional dan internasional kita dengan transportasi yang makin baik dan tourism tidak akan  berkembang baik kalau transportasi, utamanya udara juga tidak berkembang dengan baik. Transportasi ini menurut saya juga cabang atau sektor atau bidang yang harus diadakan revolusi untuk pengembangan ataupun pembangunannya, kalau tidak mahal ekonomi kita ini, logistik kita ini jadi sangat membebani semua nanti.

 

Yang kelima, financing dan perbankan. Semua itu tidak akan mengalir dengan baik kalau segi financing, pembiayaan, pendanaan termasuk jasa perbankan kita tidak connect. Oleh karena itu, Gubernur BI juga harus mensinkronkan kebijakan moneternya dengan kebijakan fiskal. Meskipun BI independen, tetapi tidak berarti independen dari komitmen untuk membangun ekonomi yang makin baik. Oleh karena itu, saya tahu BI berkepentingan dengan inflasi, dengan suku bunga, dengan nilai tukar dan sebagainya, tetapi kolaborasi, sinergi sangat diperlukan, sekali lagi agar policy mix antara kebijakan moneter dengan kebijakan fiskal itu benar-benar tepat. Perbankan dalam negeri, saya kira hadir para direktur bank-bank kita, tolong maksimalkan peran Saudara untuk pembiayaan atau financing ini. Kemudian tentu ada scheme kerjasama dan menggunakan jasa-jasa lembaga perbankan internasional, lembaga keuangan internasional itu terjadi di negara manapun juga, yang penting ditata dengan baik dan saya pesan satu, akses permodalan terhadap small and medium enterprises harus bagus, micro small and medium enterprises.

 

Tadi saya dengar masalah KUR dibahas sana, bahas sini, KUR ini penting. Saya mengoreksi, terus terang mungkin bukan hanya di pusat tapi di daerah, ada sumber dana atau sumber modal yang idle. Negara yang ekonominya sehat, S itu equal dengan I, saving itu equal dengan Investment. Too much saving merugi, harus didayagunakan capital itu untuk investment. Tapi sebaliknya, investment-nya berlebih-lebihan, tidak mau menabung, ya tekor, kita terjatuh dalam hutang. Oleh karena itu, saatnya ada gerakan nasional bikin seimbang antara saving dengan Investment, sehingga ada cerita  yang nongkrong diambil bunganya mungkin dapat iming-iming A, iming-iming B, itu merugi karena tidak bergerak itu uang. Kita teriak ke sana, kemari keliling dunia untuk mencari financing, padahal Indonesia mestinya ada sumber-sumber financing itu.

 

Yang keenam atau yang terakhir, saya titip usaha mikro, kecil dan menengah secara khusus.

 

Saudara-saudara,

 

Usaha mikro, usaha  kecil itu tidak mampu bersaing dengan usaha menengah dan usaha besar, itu sama dengan membandingkan antara yang kecil dengan yang besar itu, David dan Goliath, itu macam-macamlah. Kalau kancil sama gajah, tapi kancilnya pinter lho itu. Poin saya begini, kalau dia disuruh bersaing bebas dengan usaha besar, kalah level playing field-nya tidak ada. Oleh karena itu, kewajiban utamanya Pemerintah, para Gubernur, Saya sendiri, para Menteri, marilah kita bantu, kita berikan kemudahan dan UKM ini. Saya percaya UMKM ini jalur yang paling tepat, yang paling cepat, yang paling bagus untuk mengurangi kemiskinan, untuk mengurangi pengangguran. Please, meskipun infrastruktur penting, manufaktur penting, menyerap tenaga kerja tapi ada jutaan rakyat yang tidak bisa diserap. Dengan usaha mikro, kecil dan menengah itulah yang harus bisa menghidupi mereka. Saya titip saja, UMKM tidak bisa mewakili, kadang-kadang suara mereka tidak atau kurang didengar, kadang-kadang kita bikin keras suara mereka agar menjadi prioritas kita juga.

 

Itulah enam hal yang saya titipkan, dalam rangka Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi kita,  dan untuk para Gubernur dan pimpinan daerah yang lain, MP3EI ini untuk semua provinsi, jadi tidak ada yang di-exclude sebetulnya. Ada koridornya, ada zonanya, ada cluster-nya. Tentu bertahap, tidak bisa seketika, meskipun harus dilakukan percepatan dan perluasan.

 

Kadang-kadang ada yang menyampaikan kepada saya "Pak Presiden kenapa kok pemerintah tidak mengusahakan investasi di provinsi kami?" Saya bilang, "Begini Pak, saya Presiden tidak bisa memerintahkan dunia usaha, misalkan usaha X, besok bikin investasi di provinsi A, tidak bisa, mau dengan Keppres, dengan Inpres, tidak bisa". Yang bisa membikin para investor berbondong-bondong datang ke provinsi kalau ada peluang. Tawarkan peluangnya apa, setelah peluangnya ada, bikin iklim yang bagus, proses perijinan yang mudah, infrastruktur kalau kurang bareng-bareng, kami pemerintah pusat dan pemerintah daerah jemput, ajak, welcome, begitu. Itu yang paling cepat, Inpres, Keppres tidak laku, tidak bisa karena yang dilihat apakah ada return dari investment yang dilakukan di daerah itu. Kalau BUMN memang kadang-kadang ada usaha perintis, ada pioneer industry business, pemerintah masih bisa dengan hitung-hitungan yang tepat bersama-sama pemerintah daerah untuk mendorong itu. Tapi kalau investment yang lebih besar, hukumnya tidak disitu, hukumnya adalah hukum ekonomi.

 

Saudara-saudara,

 

Itulah yang ingin saya sampaikan, dan terakhir tadi ada usulan misalnya, perlu dibentuk bank baru. Dalam Rapimnas, saya katakan bisa saja pemerintah mendirikan bank baru, tapi studi kelayakannya harus bagus. Bank ini dedicated untuk apa. Ada yang menyarankan ke saya, mbok  seperti Tiongkok itu, ada Agriculture Bank of China misalnya. Mbok dibikin bank untuk micro credit saving and kredit untuk mikro. Ada lagi, bikinlah bank infrastructrure. Tolong dikaji dengan cepat apakah itu solusi di luar perbankan yang reguler. Kalau itu solusi, mengapa tidak. Saya tidak bisa mengiyakan sekarang, tapi saya terbuka dengan usulan itu, saya sambut, silahkan dipikirkan dengan baik, kalau KADIN punya proposal ajukan. Kaji oleh perbankan dengan objektif pula agar kalau baik ya kita dirikan. Kalau tidak baik, ya mengapa alasannya, tidak kita dirikan, begitu.

 

Saudara-saudara,

 

Yang terakhir adalah opportunity ada di depan kita, window of oppurtinity tidak selalu datang, bisa pergi. Oleh karena itu, mumpung ada momentum, ada kesempatan, mari kita tidak sia-siakan. Dunia itu sekarang memang sedang berlomba-lomba untuk mendapatkan peluang investasi untuk ekonomi mereka. Ada G20, tapi juga ada G7, sekarang ada BRICS. Yang G20 itu 20 negaranya sebetulnya, yang tujuh sudah masuk G7. Sekarang lima negara masuk BRICS. 12. Berarti ada 8 negara yang tidak masuk G7, tidak masuk BRICS, termasuk Indonesia: Indonesia, Australia, Korea, Turki, Saudi Arabia, Argentina, Mexico, Uni Eropa, kalau dia sudah masuk sana lah, meskipun bukan G7 sudah masuk kesana.

 

Saya berharap tidak makin meruncing, jangan sampai seperti perang dingin lagi nanti, ada G7, ada BRICS. Kalau saya, mari Indonesia dengan tekad sendiri, dengan kerja keras kita, dengan keyakinan kita, kita bangun pertumbuhan makin tinggi, GDP makin tinggi, income perkapita makin tinggi, investment makin meningkat sehingga tanpa disebut BRICS ataupun G berapa pun, Indonesia sudah menjadi emerging economy, yang posisinya makin baik dalam peringkat G20. Yang bisa mengubah, kita sendiri. Kerjasama inernasional penting, tapi tidak bisa membikin sebuah negara betul-betul berhasil. Ya, kita sendiri melalui seperti inilah yang bikin negara kita akan berubah.

 

Dengan pesan dan harapan itu, saya sekali lagi mengucapkan terima kasih. Marilah kita bersama-sama berkolaborasi untuk menyukseskan pembangunan ekonomi kita demi rakyat kita semua. Selamat berkarya dan selamat bertugas Saudara-saudara.

 

Sekian

Wassalamu'alaiakum Warahmatullahi Wabarakatuh

 

 

Asisten Deputi Naskah dan Penerjemahan,

Deputi Bidang Dukungan Kebijakan,

Kementerian Sekretariat Negara RI