Sambutan Presiden RI pada Perayaan Dharmasanti Waisak Nasional, 30 Mei 2010

 
bagikan berita ke :

Minggu, 30 Mei 2010
Di baca 1022 kali

SAMBUTAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PADA ACARA

PERAYAAN DHARMASANTI WAISAK NASIONAL

PADA TANGGAL 30 MEI 2010

DI ARENA PEKAN RAYA JAKARTA, KEMAYORAN

 

 

Bismillaahirrahmaanirrahiim,

 

Hadirin sekalian yang saya hormati,

 

Para pemuka agama Buddha dan segenap umat Buddha di seluruh tanah air yang saya cintai,

 

Nammo Buddhaya,

 

Sungguh merupakan kebahagiaan bagi kita semua, pada malam ini, dapat berkumpul bersama-sama dengan umat Buddha untuk merayakan Dharmasanti Hari Suci Waisak Tahun 2554. Saya ingin menggunakan kesempatan yang membahagiakan ini, untuk menyampaikan salam hormat dan salam bahagia kepada segenap umat Buddha di seluruh tanah air. Berbahagialah di Hari Raya Waisak. Hari yang disucikan dan dimuliakan oleh umat Buddha, di seluruh dunia. Semoga, peringatan Hari Waisak tahun ini,  dapat membawa kedamaian, kebahagiaan, dan kesejahteraan, tidak saja bagi umat Buddha, tetapi juga bagi umat manusia di muka bumi ini.

 

Saudara-saudara,

 

Peringatan Waisak tahun ini, mengangkat tema "Menabur Benih Kebajikan", dengan sub tema "Terbukalah Pintu Kebahagiaan Abadi bagi Mereka yang mau Mendengarkan dan Mempunyai Keyakinan". Tema dan sub tema ini saya nilai penting dan memiliki makna yang sangat dalam. Penting, karena menabur kebajikan merupakan sikap hidup yang baik dalam segala sisi. Kita harus berbuat kebajikan dalam berbagai dimensi kehidupan, baik kebajikan dalam sikap, langkah dan  perilaku maupun  kebajikan untuk berbagi dengan sesama umat manusia. Berbagi dengan sesama menunjukkan cerminan welas asih yang diteladankan oleh Buddha Gautama.

Menabur benih  kebajikan,  juga mengandung makna untuk lebih menyayangi sesama umat manusia. Menunjukkan sikap mengasihi, dan menjunjung tinggi toleransi. Ini semua sesuai dengan esensi ajaran Buddha yaitu, menghindarkan diri dari menyakiti semua makhluk, dan dapat menolong mereka sebanyak mungkin. Saya berharap,  tema peringatan Waisak tahun ini, dapat menjadi inspirasi bagi kita semua dan juga bagi segenap warga bangsa untuk berbuat baik, saling tolong menolong, serta hidup rukun dan damai menuju kesejahteraan lahir dan batin.

 

Hadirin sekalian yang saya muliakan,

 

Hari Suci Waisak, sangat penting dan istimewa bagi umat Buddha karena Hari Suci Waisak dapat menjadi momentum bagi umat Buddha, untuk merenungkan kembali nilai-nilai luhur ajaran Sang Buddha. Sidharta Buddha Gautama, telah mengajarkan   nilai-nilai universal, falsafah kehidupan yang mendalam dan pencerahan tentang  hakikat, makna, dan tujuan kehidupan bagi umat Buddha. Buddha Gautama juga telah menunjukkan keteladanan kepada umatnya dalam menebarkan benih- benih kebajikan sikap yang tidak pernah menyerah pada hawa nafsu dan godaan duniawi serta pencapaian ke-Buddha-an yang hakiki.

 

Di Hari Waisak ini, umat Buddha kembali diajak untuk lebih memahami makna hidup yang sesungguhnya. Makna hidup yang mencapai taraf pencerahan batin yang tertinggi,   pencerahan tentang kehidupan yang menyejukkan, dan kebajikan untuk mengajak semua orang berbuat baik, dan peduli kepada penderitaan sesama umat manusia.    Manusia yang memperoleh pencerahan batin akan menyadari batas-batas etika dan norma dalam menjalani kehidupan. Hati nurani yang telah tercerahkan akan sanggup membedakan mana yang baik, dan mana yang buruk. Batin yang bersih akan membuat manusia mampu mengendalikan hawa nafsu dan mencegah manusia melakukan kejahatan dan perbuatan sesat.

 

Saudara-saudara umat Buddha di seluruh tanah air yang saya cintai,

 

Hadirin sekalian yang saya hormati,

 

Pesan-pesan kemanusiaan Buddha patut untuk senantiasa direnungkan. Ajaran Buddha mengajak umatnya untuk membangun kedamaian, menjaga alam semesta, memelihara lingkungan dengan baik, dan bersinergi untuk membangun bangsa.   Semua itu bertujuan mulia demi kelangsungan generasi mendatang dan untuk menciptakan masa depan yang lebih baik bagi semua.

 

Sesungguhnya, hal ini merupakan nilai-nilai luhur yang dijunjung tinggi oleh semua agama dan kepercayaan yang berkembang di negeri kita. Sebuah pedoman untuk melihat ke depan dan memberikan penekanan pada kehidupan yang inklusif disertai semangat kebersamaan. Itu adalah pesan spiritual dan pesan moral yang sangat luhur, dan untuk dijalankan bersama dalam mengarungi kehidupan berbangsa dan bernegara.

 

Melalui momentum Waisak kali ini, dengan berkaca kepada teladan Buddha Gautama, saya mengingatkan kembali akan pentingnya akhlak, etika, dan moral dalam proses perjalanan kebangsaan dan kenegaraan kita. Akhlak, etika, dan moral sangat penting  sebagai fondasi dalam membangun peradaban dan martabat bangsa yang tinggi dan mulia. Dengan mengedepankan akhlak, etika, dan moral bangsa kita akan dijauhkan dari berbagai perilaku yang tidak baik, seperti korupsi. Masyarakat akan tertuntun untuk hidup rukun dan damai, serta terbebas dari api amarah, dendam dan permusuhan,   serta tidak ada lagi tindak kekerasan dan pelanggaran hak-hak asasi manusia.

 

Ke depan, kita ingin membangun sebuah bangsa yang maju dan bermartabat.   Membangun sebuah bangsa yang maju dan bermartabat memerlukan pengorbanan, dalam menempuh ujian dan cobaan. Sebagaimana yang dicontohkan oleh Buddha Gautama, untuk mencapai puncak pencerahan harus mengalami berbagai tantangan dan rintangan yang tidak ringan. 

 

Saudara-saudara,

 

Pada kesempatan yang baik ini, saya ingin menegaskan kembali bahwa negara kita adalah negara demokrasi, yang berasaskan kedaulatan rakyat. Dalam negara demokrasi, semua kelompok, semua agama dan semua faham dijamin keberadaannya.   Kita semua dapat dengan leluasa menjalankan berbagai aktivitas yang positif tanpa halangan dan gangguan dari pihak manapun. Kita mengakui dan menghormati hak-hak asasi manusia.

 

Sebagai bangsa yang majemuk, kita memiliki keragaman suku, bahasa, budaya, dan juga kearifan. Namun, kita dapat hidup berdampingan, unity in diversity. Kita juga dapat hidup rukun dan bersatu, harmony in diversity. Kemajemukan tentu tidak boleh menciptakan diskriminasi dan egoisme tanpa kesetiakawanan. Di negeri tercinta ini, tidak boleh ada kelompok yang merasa berada di atas kelompok yang lain. Kita semua  setara, serta memiliki hak dan kewajiban yang sama.   

 

Eksistensi kemajemukan yang menjadi ciri khas bangsa kita, harus kita pelihara dengan penuh keikhlasan dan kesungguhan. Di negara kita, semua elemen bangsa diakui dan diayomi. Kita akan tetap berpegang teguh pada semboyan Bhinneka Tunggal Ika untuk selama-lamanya. Dengan semboyan itulah kita dapat mengelola dan membangun bangsa kita sejajar dengan bangsa-bangsa lain.

 

Hadirin sekalian yang saya hormati,

 

Sebelum mengakhiri sambutan ini, saya ingin mengajak segenap umat Buddha di seluruh tanah air untuk terus membangun nilai-nilai luhur bangsa yang moderat, toleran, dan pluralistik. Mari kita bangun persahabatan dan persaudaraan di antara sesama warga bangsa di era demokrasi saat ini untuk meraih keselarasan, keserasian, dan keharmonisan, dalam kehidupan kita. Mari kita warnai kehidupan ini dengan menaburkan benih-benih kebajikan, dengan sikap welas asih agar kehidupan menjadi tenteram dan damai di tengah dinamika pembangunan politik dan ekonomi kita.  

 

Demikianlah pesan, harapan dan ajakan saya pada peringatan Waisak Nasional kali ini.   Kepada umat Buddha di seluruh tanah air, sekali lagi saya sampaikan salam hormat, dan berbahagia- lah di Hari Suci Waisak yang mulia ini. Terima kasih pula atas peran pemuka agama Buddha dan segenap umat Buddha, dalam membangun toleransi dan persaudaraan di antara umat beragama di tanah air, serta peran dan kontribusi Saudara dalam pembangunan masyarakat dan bangsa menuju negara yang berperadaban unggul dan mulia. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memberikan cahaya kebajikan, kecerahan hati, dan kejernihan berpikir kepada segenap umat Buddha, dan juga kepada kita semua untuk melangkah maju menjadi bangsa yang damai, adil, demokratis, dan sejahtera.

Sekian, terima kasih.

 

 

 

Biro Naskah dan Penerjemahan,

Deputi Mensesneg Bidang Dukungan Kebijakan,

Sekretariat Negara RI