Sambutan Presiden RI pada Perayaan Satu Dasawarsa Perhimpunan Indonesia Tionghoa, 23 Juni 2009

 
bagikan berita ke :

Selasa, 23 Juni 2009
Di baca 888 kali

 

SAMBUTAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PADA ACARA

PERAYAAN SATU DASAWARSA PERHIMPUNAN INDONESIA TIONGHOA

DI ISTORA SENAYAN, JAKARTA
PADA TANGGAL 23 JUNI 2009

 

 

Bismillaahirrahmaanirrahiim,

 

Selamat malam,

 

Salam damai dan salam sejahtera untuk kita semua,

 

Yang saya hormati Saudara Ketua MPR RI, para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu, Saudara Gubernur DKI Jakarta, Ketua Umum Perhimpunan Indonesia Tionghoa, Saudara Rahman Hakim, Ketua Panitia Perayaan Satu Dasawarsa Perhimpunan INTI, Saudara Budi Santoso Tanuwibowo,

 

Yang saya muliakan para pemuka agama, para tokoh masyarakat, para tokoh komunitas Tionghoa, dan Keluarga Besar Perhimpunan INTI yang saya cintai dan saya banggakan,

 

Pada kesempatan yang baik dan semoga senantiasa penuh berkah ini, saya mengajak hadirin sekalian untuk sekali lagi memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas perkenan rahmat dan ridho-Nya kita semua dapat hadir di tempat ini dalam rangka memperingati Satu Dasawarsa Berdirinya Perhimpunan INTI. Atas nama negara, pemerintah dan selaku pribadi, saya mengucapkan selamat kepada keluarga besar INTI atas ulang tahun yang ke sepuluh. Semoga perhimpunan ini, ke depan, makin dapat memberikan kontribusi dan pengabdiannya bagi kemajuan dan kebaikan masyarakat, bangsa, dan negara yang sama-sama kita cintai.

 

Hadirin yang saya muliakan,

 

Keluarga besar Perhimpunan INTI yang saya banggakan,

 

Saya melihat tema yang dipilih dalam Perayaan Satu Dasawarsa Perhimpunan INTI yaitu Menghayati Kebhinekaan Memperkokoh Persatuan adalah tema yang tetap relevan, yang harus kita jalankan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Bhinneka Tunggal Ika adalah pilar penting dalam kehidupan bernegara kita. Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi satu, mengutamakan persatuan dalam kemajemukan. Yang kita utamakan adalah persatuan, oneness, bukan persamaan, sameness. Yang kita utamakan juga unity, persatuan, bukan uniformity, keseragaman. Ini adalah menjadi amanah, tekad, dan konsensus dasar kita, bangsa Indonesia yang majemuk, yang beragam, baik dari segi agama, etnis, suku, daerah, dan perbedaan yang lain tetaplah satu, rukun bersatu menjadi bangsa Indonesia yang insya Allah akan makin maju menghadapi masa depannya.

 

Ya Saudara-saudara, berbeda-beda tetapi satu, indah. Lihatlah orkestra yang di sebelah sana, ada drum, ada gitar, ada terompet, dan instrumen yang lain, tidak ada yang sama. Tetapi karena diikat oleh satu harmoni, niat baik ingin melantunkan lagu-lagu yang indah, suaranya merdu, enak didengar, dan memberikan keteduhan bagi kita. Bayangkan kalau semuanya memegang drum, kalau semuanya memegang terompet, kalau semuanya memegang biola, kalau semuanya memegang gitar, barangkali tidak seindah seperti yang sekarang, beragam-ragam tapi harmonis, teduh, menunjukkan keindahan.

 

Demikian pula kehidupan kita, kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Harmoni, kerukunan, persaudaraan, adalah nafas kehidupan bangsa kita yang harus kita pelihara, yang harus kita perkokoh dari masa ke masa. Kita wajib saling sayang-menyayangi. Kita wajib saling hormat-menghormati, tidak boleh ada yang merasa super, dan sebaliknya harus kita perkuat toleransi di antara kita. Ada pertanyaan yang barangkali muncul, apakah ada masalah dengan perbedaan ini? Apakah ada masalah dengan kemajemukan bangsa? Jawabannya bisa ada, tetapi masalah itu selalu ada solusinya. Solusinya adalah kita memelihara komunikasi yang baik, kita memelihara dialog yang baik, dan kita membangun jembatan di antara perbedaan-perbedaan itu sehingga tidak menimbulkan permasalahan apapun. Dan perbedaan itu marilah kita perkuat dengan yang saya sebut dengan kesetiakawanan atau kesetiakawanan sosial.

 

Mengapa kesetiakawanan sangat penting, Saudara-saudara? Kita berikrar, kita bertekad bahwa bangsa Indonesia ingin maju bersama-sama. Ke depan, kita ingin makmur bersama-sama, tidak maju sendiri-sendiri, tidak makmur sendiri-sendiri. Oleh karena itulah diperlukan kesetiakawanan sosial, yang kaya membantu yang miskin, yang maju membantu yang belum maju, hidup tolong-menolong, hidup bantu-membantu, berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. Itulah Indonesia, itulah kemajemukan dan kesetiakawanan sosial.

 

Hadirin yang saya hormati,

 

Keluarga Besar Perhimpunan INTI yang saya cintai,

 

Bangsa kita sedang membangun peradaban di abad 21 ini, peradaban yang unggul dan mulia. Ada beberapa unsur yang membuat peradaban bangsa unggul dan mulia. Pertama, bangsa itu harus memiliki akhlak yang baik, watak yang baik, dan perilaku yang baik. Kedua, bangsa itu harus memiliki sikap anti kekerasan, senang kedamaian, dan mencari solusi atas masalah-masalah secara damai pula. Ketiga, bangsa itu harus rasional, tidak boleh terlalu emosional sehingga keluar dari logika dan akal sehat. Yang keempat, bangsa itu senang bermusyawarah, gemar bergotong royong. Yang kelima, bangsa itu, yang dikatakan peradabannya unggul dan mulia adalah rukun, harmonis, dan toleran. Yang keenam, mencintai lingkungan, tidak serakah, dan selalu memikirkan masa depan, memikirkan nasib anak, cucu, dan generasi mendatang. Yang ketujuh, bangsa yang unggul adalah bangsa yang inovatif, bangsa yang adaptif, dan haus serta menghormati ilmu pengetahuan dan teknologi. Dan yang terakhir, sifat, karakter dari bangsa yang memiliki peradaban unggul dan mulia adalah masyarakat atau bangsa yang berjiwa terang bukan berjiwa gelap, berpikir positif bukan berpikir negatif, dan bersikap optimis bukan bersikap pesimis.

 

Itulah peradaban yang kita bangun sekarang ini. Itulah yang kita tuju, peradaban bangsa Indonesia yang unggul dan mulia. Saya berharap, saya mengajak semua elemen bangsa mari bersama-sama membangun peradaban seperti itu, peradaban dengan ciri-ciri yang saya sampaikan tadi. Diskriminasi adalah masa lalu kita, masa depan kita adalah harmoni, toleransi, dan kerukunan yang sejati. Marilah kita jalankan bersama-sama, tidak datang dengan sendirinya, kita pelihara, dan terus kita perkokoh. Semoga Perhimpunan INTI menjadi bagian dalam upaya kita membangun kebhinekaan, membangun persatuan, membangun harmoni, membangun kerukunan, dan membangun peradaban bangsa yang unggul dan mulia.

 

Sekali lagi, selamat ulang tahun. Sampaikan salam saya kepada seluruh Keluarga Besar Perhimpunan INTI di seluruh tanah air. Sekian.

 

Terima kasih.

 

 

Biro Naskah dan Penerjemahan

Deputi Mensesneg Bidang Dukungan Kebijakan

Sekretariat Negara RI