Sambutan Presiden RI pada Peresmian Pembukaan Rapimnas Kadin Indonesia, Jakarta, 1 April 2011

 
bagikan berita ke :

Jumat, 01 April 2011
Di baca 784 kali

SAMBUTAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PADA PERESMIAN PEMBUKAAN RAPAT PIMPINAN NASIONAL

KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI (KADIN) INDONESIA TAHUN 2011

TANGGAL 1 APRIL 2011

DI HOTEL RITZ CARLTON, JAKARTA

 

 

 

Bismillahirahmanirrahim,

 

Assalaamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

 

Salam sejahtera untuk kita semua,

 

Para tamu undangan dan hadirin sekalian yang saya muliakan,

 

Saudara Ketua Umum KADIN Indonesia, beserta jajaran pengurus dan keluarga besar KADIN baik pada tingkat pusat, maupun daerah yang saya cintai dan saya banggakan.

 

Saya mengajak hadirin sekalian untuk sekali lagi memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah Subhaanahu Wa Ta'ala, karena kita semua masih diberikan kesempatan, kekuatan, dan semoga kesehatan untuk bersama-sama meningkatkan dan mengembangkan perekonomian, dan dunia usaha di negeri tercinta ini.

 

Atas nama negara dan pemerintah, saya juga ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada KADIN khususnya, dan dunia usaha pada umumnya, atas segala kontribusinya pada pembangunan perekonomian kita, sehingga makin ke depan sejak sekian puluh tahun yang lalu, perekonomian kita makin tumbuh dan berkembang.

 

Saya juga mengucapkan selamat melaksanakan Rapimnas, dan semoga Rapimnas ini menghasilkan sesuatu yang terbaik, baik bagi KADIN, baik bagi dunia usaha, dan baik bagi negara kita. Tadi saya telah mendengarkan dan menyimak secara seksama pidato yang disampaikan oleh Bung Suryo Bambang Sulistyo dan Bung Anindya Bakrie, saya senang, pidatonya penuh optimisme, tetapi juga realistik dan juga menjangkau ke depan. Saya yakin dengan cara pandang dan sikap mental, serta keinginan untuk terus maju sebagaimana yang dimiliki oleh para pimpinan KADIN, KADIN akan bisa berbuat lebih banyak lagi untuk rakyatnya.

 

Saudara-saudara,

 

Saya telah mempersiapkan catatan-catatan saya setelah kita bersama-sama dengan berbagai suka dan duka, serta pasang dan surut membangun perekonomian di negeri ini, serta memajukan dunia usaha. Apa yang ingin saya sampaikan ini, tiada lain adalah sebuah rekaman sekaligus satu refleksi dengan niat yang baik agar pemerintah bersama KADIN dan pihak-pihak yang lain bisa berbuat lebih baik lagi di tahun-tahun mendatang, sekali lagi untuk meningkatkan perekonomian kita dan untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.

 

Saya mulai dari observasi saya. Kalau KADIN, berarti Saudara-saudara semua, kalau pemerintah, dan juga kalau saya, selama ini masih belum puas dengan keadaan. Selama ini rasanya ingin mendapatkan peluang, atau opportunity yang lebih besar, dan rasanya juga bisa berbuat lebih baik lagi dari sekarang, maka sikap dan pikiran itu seratus nilainya. Kita tahu ada masalah, kita ingin mengatasi masalah, kemudian maju. Yang salah barangkali kalau perasaan tidak puas itu, tidak dibarengi dengan tekad dan kerja nyata untuk melakukan perbaikan-perbaikan ke depan. Bisnis, Saudara-saudara, tiada lain adalah opportunity seeking, untuk mendapatkan peluang, untuk menciptakan peluang.

 

Pemerintah sebenarnya, dalam memimpin dan memandu pembangunan di negeri ini, juga harus terus menerus mencari, mendapatkan, dan menciptakan peluang. Hidup kita, sebagai manusia, tiada lain juga mencari peluang untuk kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Saya ingin menyampaikan, berbicara tentang opportunity, tentang peluang, apakah betul di negeri ini, 5-10-15 tahun mendatang tersedia peluang yang besar atau tidak. Ada satu catatan saya, yang saya ambil dari UNTAG yang terbit tahun 2010, supaya kita bisa mengetahui seperti apa dunia melihat Indonesia, dunia melihat potensi perekonomian kita.

 

Di sini ada yang disebut peringkat, negara yang paling menarik bagi investor, baca: investor dari masyarakat internasional. Disebut yang pertama di sini adalah Tiongkok, yang kedua Amerika Serikat, yang ketiga India, yang keempat Brasil, yang kelima Rusia, yang keenam Inggris, yang ketujuh Jerman, yang kedelapan Australia, yang kesembilan Indonesia. Boleh tepuk tangan. Yang kesepuluh Kanada, sebelas Vietnam, dua belas Meksiko, tiga belas Polandia, empat belas Perancis, dan seterusnya.

Mengapa kita dilirik dan diintip oleh masyarakat ekonomi dunia sebagai negara yang juga memiliki
opportunity untuk investasi? Pertama, karena potensi dan pertumbuhan pasar. Pasar kita pesat, 240 juta yang income per kapitanya sudah tembus di atas 3.000, yang middle class-nya juga terus meningkat. Ini adalah domestic market yang fit and strong.

 

Yang kedua, juga akses kepada sumber daya alam, our natural resources. Tetapi yang ketiga, jangan lupa, kita juga dilihat sebagai memiliki tenaga kerja yang terampil. Jadi ada democratic deviden. Usia produktif dari 240 juta rakyat kita itu jumlahnya besar. Tentu saja kalau masyarakat dunia melirik terhadap Indonesia, tentu KADIN, dunia usaha, harus terlebih dahulu melakukan investasi dan menjadi tuan rumah di negerinya sendiri.


Saya ingin teruskan, tahun ini kita akan menjadi tuan rumah dari banyak international event, antara lain, yang connected to dunia usaha dan ekonomi, bulan Juni akan menjadi tuan rumah dari World Economic Forum East Asia yang tiap tahun, yang awal tahun itu dilaksanakan di Davos dan bulan Juni, kita mendapatkan kehormatan untuk menjadi tuan rumah. Saya berharap KADIN mengambil partisipasi yang baik.


Kita juga akan menyelenggarakan beberapa summit atau pertemuan puncak. ASEAN Summit
pertama bulan Mei di Jakarta. ASEAN Summit kedua, Insya Allah, bulan November di Bali, dilanjutkan dengan East Asia Summit, 18 negara akan hadir, dan itu juga akan banyak sekali didiskusikan, dibahas, dirumuskan, kerja sama di bidang perekonomian dan usaha. 


Masih satu lagi, saya alhamdulillah telah memasuki tahun ke-7 di dalam menjalankan pemerintahan di negeri ini. Saya membandingkan jumlah kunjungan dari baik Kepala Negara atau Kepala Pemerintahan ke Indonesia, belum yang tingkat menteri dan deputasi ataupun delegasi yang lain. Empat hari yang lalu dilaporkan kepada saya dan ini lompatan yang luar biasa, karena saya menerima tiap tahunnya, tahun 2011 ini dan bahkan tidak mungkin kita terima tahun ini, mungkin kita bisa harapkan berkunjung tahun depan, ada sekitar 40 permintaan kunjungan Kepala Negara, Kepala Pemerintahan negara sahabat dengan delegasinya. Berarti banyak Saudara-saudara kita, negara-negara sahabat yang ingin menjalin kerja sama, utamanya di bidang ekonomi dengan Indonesia. Saya mengangkat hal ini untuk meyakinkan kita sendiri bahwa there is a great opportunity di dalam mengembangkan perekonomian kita, termasuk di dalam menjalin kerja sama dan kemitraan dengan negara-negara sahabat.


Saudara-saudara,


Kalau kita sekarang melihat tayangan televisi, utamanya televisi internasional, kita akan sering melihat liputan tentang terjadinya banyak bencana dan implikasi dari perubahan iklim, yang mengakibatkan harga pangan dunia mengalami kenaikan yang cukup tinggi, cukup signifikan. Kita juga melihat konflik kekerasan, upheaval yang terjadi di Timur Tengah maupun di Afrika Utara. Salah satu implikasinya, karena urusan geopolitik, maka harga minyak mentah juga terdongkrak naik dan bertahan pada harga yang tinggi.


Berikutnya lagi, kita menyaksikan bahwa ekonomi Asia, terutama sejak dunia digemparkan oleh krisis ekonomi tahun 2008 dan 2009, juga dilihat sebagai salah satu pilar perekonomian global, bahkan disebut the strategic center of gravity dari global economy sekarang ini. Poin saya adalah, ini juga faktor eksternal yang harus kita perhatikan.

Masih bicara dengan apa yang kita saksikan percakapan pada tingkat dunia, banyak yang berbicara tentang konektivitas Asia, di situ bicara infrastruktur. Kemudian di dalam negeri sendiri ada keluhan-keluhan dan pertanyaan kritis mengapa harga komoditas di Indonesia bagian timur itu mahal atau kelewat tinggi. Belum kita semua merasakan, kadang-kadang menganggap ini sebagai
the weakest point dari kegiatan ekonomi kita, listrik yang ada di negeri kita ini memang kurang. Tetapi di sisi lain penduduk Indonesia besar dengan income dan purchasing power yang makin meningkat.


Yang saya gambarkan semua tadi tiada lain ada opportunity, tapi juga ada challenge. Kalau kita cerdas menangkap opportunity yang disediakan oleh lingkungan global dan regional maupun yang ada di negeri kita sendiri, dan kita bisa mengatasi berbagai masalah, memperbaiki yang belum baik, menambah infrastruktur dan kemudahan ekonomi yang diperlukan, maka hasilnya nanti insya Allah kita akan menjadi pemenang dalam era globalisasi dan dalam kebangkitan ekonomi, utamanya di Asia sekarang ini.


Hadirin yang saya hormati,

 

Kita, meskipun harus pragmatis, tetapi juga harus memiliki penglihatan yang jauh ke depan, visi. Kita sepakat, kita ingin menjadi negara maju di abad 21 ini, masih ada sekitar 90 tahun lagi, meskipun tidak harus menunggu sampai jatuh tempo 90 tahun kemudian. Yang kedua, kita ingin menjadi emerging economy 15 tahun dari sekarang, 2025. Menuju ke situ memerlukan kerja keras, percepatan, dan perluasan perekonomian kita. Dua tujuan besar, dua tujuan mulia itu tidak akan pernah bisa kita capai, kalau kita terus menjalankan business as usual, ya begini-begini saja yang penting mengalir, tidak akan pernah sampai.


Sementara itu, saya kira saudara sepakat dengan saya, kita juga ingin pertumbuhan ekonomi terus naik, pertumbuhan yang tinggi, strong, tapi juga naik. Kita ingin terus pengangguran berkurang. Kita ingin kemiskinan juga menyusut. Kita ingin ekonomi luar Jawa terus meningkat dari waktu ke waktu. Kita ingin investasi dan perdagangan, yang itu menjadi komponen penting dalam pertumbuhan, juga naik. Kita ingin income per capita rakyat kita makin meningkat dan terdistribusi secara adil.


Kita ingin bottlenecking di banyak tempat, di daerah, di pusat, dan juga shortages, kekurangan-kekurangan itu bisa kita atasi. Kita ingin daya saing makin tinggi dan kita ingin, ini untuk pemerintah utamanya, untuk negara, agar kebijakan dan regulasi itu makin tepat dan bisa mendorong perkembangan dunia usaha dan ekonomi kita.


Banyak sekali keinginan kita. There is a long list, ingin ini, ingin itu, dan sebagainya. Kalau keinginan yang begitu banyak itu diimbangi hanya dengan business as usual dan tidak ada upaya percepatan, serta perluasan pembangunan ekonomi, sampai lebaran kuda tidak akan pernah terwujud.


Itulah yang membuat kita, kita semua, sekarang ini menyusun satu master plan, yang dikenal dengan Master Plan Percepatan dan Perluasan Ekonomi Indonesia (MP3EI) sebagai rencana induk, sebagai strategi, dan sebagai kebijakan. Rencana itu disusun secara bersama pemerintah, baik pusat maupun daerah, ada Komite Ekonomi, ada Komite Inovasi Nasional, ada dunia usaha, baik itu pusat maupun daerah, ada pimpinan daerah, para gubernur, Ketua DPRD Provinsi, kita libatkan. Para pakar, dan para pelaku ekonomi yang lain juga kita ajak serta.


Mari kita jalankan dan sukseskan bersama MP3EI ini, agar negeri kita berubah for the better, agar ekonomi dan usaha kita juga terus berkembang secara signifikan, bukan sekedar berkembang, tapi berkembang pesat to reduce poverty, to create jobs, to build infrastructures, dan sebagainya.


Saudara-saudara,

 

Dengan penjelasan awal itu, sekarang, saya ingin di hadapan para pelaku dunia usaha dan ekonomi yang sangat penting ini, tanpa Saudara semua ekonomi tidak tumbuh. Kalau ekonomi tidak tumbuh, pengangguran tidak akan berkurang, kemiskinan pun tidak akan berkurang, negara tidak mendapatkan penerimaan yang cukup. Oleh karena itu, saya menganggap peran Saudara semua sebagai pelaku dunia usaha sangat penting.


Yang ingin saya sampaikan adalah tantangan kita apa, sebagaimana falsafah dua sisi dari satu uang logam, di sini tantangan, di sini sebetulnya peluang. Kalau saya bicara tantangan, kaum pebisnis mengartikannya that is opportunity, itulah peluang. Jangan ikut-ikutan, mulai dari Ketua Umum KADIN sampai yang paling bawah, yang ada negeri ini tantangan, persoalan, berarti belum memiliki sense of business, belum memiliki wawasan bisnis yang bagus. Mari kita bicara. Ini untuk dibahas di Makassar nanti.


Pertama, diperlukan resources, sumber daya yang besar, termasuk sumber daya keuangan untuk mengembangkan ekonomi 15 tahun mendatang. GDP kita sekarang sekitar US$ 700 miliar. Sudah dilakukan analisis dan studi, 15 tahun we are aiming, memiliki goals dan objectives untuk ekonomi kita tumbuh di atas US$ 4 trilliun. Untuk menuju ke situ, struktur ekonomi kita tidak bisa hanya seperti ini, memang ada sektor pertanian, sektor industri, sektor jasa. Kita ingin our economic structure itu betul-betul dikembangkan, struktur ekonomi sekunder, manufaktur misalnya, dan tersier, jasa misalnya harus sungguh dikembangkan di negeri ini. Ditambah inovasi dan teknologi yang juga makin tinggi.


Kalau saya bicara resources, saya bicara ekonomi sekunder dan tersier, terbayang bagi Saudara, apalagi magnitude-nya dari 700 billion menjadi 4.000 billion, itu adalah business opportunity yang harus dijemput mulai dari sekarang sampai 15 tahun mendatang.

Yang kedua, semua setuju, ekonomi luar Jawa mesti berkembang lebih pesat lagi. Mengapa? Ekonomi yang berkembang di Jawa sekarang ini rasionya 58 persen, hampir 60 persen, tidak boleh 15-25 tahun mendatang, rasio ini masih begini. Mengapa? Air saja di Jawa yang namanya
water balance, itu sudah negatif, tidak boleh eksplorasi terus terjadi di tanah Jawa, karena akan mengganggu lingkungan, mengganggu daya dukung lingkungan terhadap manusianya. Oleh karena itu, kita harus mengembangkan ekonomi luar Jawa dan di Jawa pun, ekonomi ke depan harus lebih pada high-tech industry, jasa, dan juga research and development and innovation economic.


Diperlukan sekitar US$ 2 triliun untuk pengembangan ekonomi luar Jawa. Dengan cerita ini, terbayang bagi Saudara 5-10-15 tahun mendatang, opportunity kita untuk mengembangkan ekonomi di luar Jawa dengan koridor, dengan economic zone, dan industrial cluster, yang semua sudah tercantum dalam MP3EI. Itu yang kedua.

Yang ketiga, semua itu akan omong kosong, tidak akan manifes menjadi
real sector, real economy, kalau pembangunan tenaga listrik tidak kita lakukan besar-besaran. Diperlukan sekitar 80.000 MW listrik sampai tahun 2025 dari kapasitas listrik kita 25 tambah 10, 35 setiap tahun kita perlukan 3.000 MW tambahan tenaga listrik di Indonesia. Silakan ditangkap opportunity ini. Berarti yang memiliki keinginan untuk berusaha di bidang energi, di bidang pembangkit tenaga listrik, apa pun sumbernya, terbarukan atau non-terbarukan, harapan saya terbarukan, berarti ada big opportunity di dalam sektor kelistrikan.


Yang keempat, infrastruktur memang kurang, diperlukan pembangunan secara besar-besaran, agar konektivitas intra Indonesia dan konektivitas Indonesia dengan Asia Tenggara dan Asia itu juga meningkat, termasuk logistik nasional di negeri kita ini menjadi lebih kuat, lebih efisien, dan lebih baik. Tentunya, kalau saya bicara infrastructure, banyak yang harus kita bangun, misalnya dermaga, bandara, jalan-jalan tol, transportasi, telekomunikasi, irigasi, dan lain-lainnya. Itu juga opportunity
yang jangan disia-siakan.


Nomor lima, dengan penduduk 240 juta sekarang ini dan masih akan bertambah, dengan daya beli yang makin meningkat, maka kebutuhan pangan, kebutuhan energi, dan kebutuhan air akan makin besar. Berarti food related business, energy related business, clean water related business, itu juga opportunity yang jangan disia-siakan.


Bukan hanya Indonesia, ada keperluan untuk membangun global food security. Saya sudah 5 kali menghadiri Pertemuan Puncak G-20, sudah tujuh kali menghadiri Pertemuan Puncak APEC. Semua pemimpin dunia merisaukan, kalau sewaktu saat ada krisis di bidang pangan, energi, dan air bersih agar tidak ada krisis, mari kita jemput untuk betul-betul mengembangkan usaha dan ekonomi yang berkaitan dengan pangan, energi, dan air tadi.


Saudara-saudara,


Coba kita lihat sekarang, harga pangan meningkat, orang yang memiliki sense bisnis, mari kita bangun agriculture di negeri ini agar dari segi pangan bangsa kita lebih mandiri. That is an opportunity. Demikian juga energi, ada masalah sedikit, ada mismatch antara supply dan demand,
ada unsur geopolitik, ada spekulasi harga minyak begini terus, kita punya deposit untuk energi. Minyak, gas, batubara itu ekuivalen dengan 6 juta barrel oil equivalent per day, itu opportunity yang masih bisa dikembangkan lagi 5-10-15 tahun mendatang.


Terus terang produksi kita belum cukup, baik itu pangan maupun energi. Produktivitas kita juga belum pada tingkat yang baik, terutama di bidang pangan. Jadikan itu business research and development and innovation, itu yang kelima.


Yang keenam, alhamdulillah komitmen untuk menyukseskan pembangunan ekonomi 15 tahun mendatang sekarang ini relatif tinggi, tercatat oleh kami ada US$ 300 billion yang siap untuk diinjeksikan, diinvestasikan dalam percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi ke depan. Darimana itu? Dari BUMN sekitar US$ 100 miliar, dari swasta, tadi disebut-sebut 85, mudah-mudahan akan menjadi 100. Kemudian dari mitra kita, negara sahabat yang willing to invest, itu sekitar 100. Total komitmennya adalah 300. Belum goverment spending yang kita keluarkan melalui APBN, empat tahun berturut-turut ini paling tidak ada Rp 100 triliun yang akan kami alokasikan untuk pembangunan infrastruktur di seluruh Indonesia. Saya senang bahwa komitmen ini ada dan datangnya saya senang dari BUMN, dari swasta kita, plus mitra-mitra kita dari negara sahabat.


Persoalannya saya tahu, how to finance. Sasarannya ada, pilihan proyeknya ada, yang mau investasi ada, darimana pendanaannya. Tolong dipikirkan, pemerintah dan KADIN memikirkan sisi-sisi dari financing ini. Apakah perlu kita bentuk dedicated bank, contohnya Bank Pembangunan Indonesia. Ada yang mengusulkan kepada saya, mengapa tidak kita bikin Bank of Agriculture, ada yang mengusulkan saya 2 tahun yang lalu, "Pak SBY lebih bagus kita bikin, karena ada program KUR yaitu Bank Tabungan dan Kredit Usaha Mikro, Micro Credit Bank, Micro Finance Bank." Saya minta diuji oleh para bankir, apakah cocok itu, karena disampaikan oleh Bung Suryo tadi silakan dibahas nanti bersama-sama pemerintahan, perlukah hadir atau fund institution, meskipun, bukan bank, tetapi idenya adalah semua itu mendapatkan financing yang cepat, yang mudah dan murah.


Bicara murah ini memang, saya bukan ahlinya, yang ahli tentu yang bergerak di jasa keuangan, teman-teman KADIN. Saya ini dengan Gubernur BI selalu hati-hati bank rate-nya, invest rate-nya yang bagus, supaya dunia usaha kita bergerak, meskipun saya tahu kalau inflasi tinggi, tentu harus ada monitory policy untuk mencegah inflasi makin tinggi dan harus ada sinergi antara peaceful policy and monitory policy. Tetapi kewajiban saya, karena saya ingin punya usaha bergerak, bisnis berkembang, saya juga pesan kepada Bank Indonesia untuk pas-lah di dalam menentukan suku bunganya, dengan demikian segi financing ini bisa berjalan dengan baik.


Yang ketujuh atau yang terakhir apa tantangan, tapi juga opportunity-nya adalah kewajiban kami, kewajiban negara. Ada troika, bisnis, negara dan rakyat, tiga-tiganya harus berperan, harus to behave secara baik. Kalau bicara negara, bukan hanya pemerintah, pemerintah pun, ada pemerintah pusat, ada provinsi, kabupaten dan kota, anggaplah itu kami pemerintah, ada juga parlemen, DPR pusat, ada DPD, semua. Kalau ingin ekonomi tumbuh di negeri ini dengan baik, maka semua harus bekerja sama dan memastikan policy and regulation itu betul-betul tepat.


Yang dinamakan kebijakan dan regulasi yang pro bisnis adalah kebijakan dan regulasi yang tepat, mungkin perpajakannya, mungkin fiskal yang lain, mungkin regulasi pembebasan tanahnya, jaminan negara, dan sebagainya, sedemikian rupa sehingga usaha berkembang, yang berkembangnya usaha itu membawa manfaat bagi negara dan rakyat. Itu yang disebut dan saya kerap menyampaikan pada para menteri, para gubernur sebagai policy makers, itu harus punya visi, punya wawasan ekonomi, punya sense of business. Dengan demikian, tidak ngawur-ngawuran yang kita jadikan kebijakan dan regulasi, agar semuanya berkembang. Saya ingin seperti itu sehingga betul-betul troika tadi, bisnis, negara, dan rakyat itu berjalan sinergis, saling memperkuat dan akhirnya ekonomi tumbuh dengan baik.


Saudara-saudara,

 

Bagian akhir dari sambutan saya ini, saya minta maaf agak panjang sedikit. Tapi karena saya menganggap forum ini penting, tolong sabar sedikit masih ada beberapa menit lagi. Ada yang mengkritik, saya mengkritik pemerintah atau paling tidak bertanya, mengapa pemerintah hanya memperhatikan pertumbuhan ekonomi semata atau growth saja. Jawaban saya: Siapa bilang? Silakan dicek kebijakan, program, regulasi. Kita tetap menganut strategi pembangunan ekonomi 4 jalur, yaitu strategi yang pro-pertumbuhan, jelas, pro-lapangan pekerjaan, pro-pengurangan kemiskinan, dan pro-lingkungan.


Kalau ekonomi tidak tumbuh bagaimanapun tidak akan membawa kesejahteraan. Lihat negara di dunia ini yang ekonominya tidak tumbuh, jalan di tempat, bahkan mundur. Konsep pertumbuhan pun bukan growth for the sake of growth, tetapi kita sepakat pertumbuhan kita harus strong.Alhamdulillah kita telah masuk area 6-7 persen, mari kita jaga pertumbuhan di 6 sampai 7 persen begitu, tidak usah tinggi sekali, nanti lingkungan kita rusak, ada masalah-masalah sana-sini. Pas saja, 6 to 7% growth or 7% growth nantinya, strong, balance, yang tumbuh jangan hanya kota-kota besar, yang tumbuh jangan hanya Jawa, tapi juga seluruh sektor, seluruh daerah, balance. Inclusive, jangan sampai yang belum mampu, yang masih miskin, yang sejahtera tidak dapat apa-apa dari pertumbuhan ini and kemudian sustainable, jangan merusak lingkungan. Strong, balance, inclusive, and sustainable economic growth, itulah yang masih kita jaga.


Kemudian pembangunan ekonomi dan juga untuk kesejahteran rakyat. Saudara tahu ada 3 pilar pembangunan kita. Satu, ekonomi untuk kesejahteran, that's number one. Nomor dua adalah demokrasi yang makin hidup, tapi juga bermartabat. Dan yang ketiga, keadilan bagi semua, justice for all, termasuk keadilan ekonomi dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.


Saya tahu bahwa master plan kita, MP3EI itu dilihat sepertinya lebih berkaitan dengan investasi, bisnis, dan pembangunan ekonomi berskala menengah dan bersakala besar dari segi nilai investasi, siapa yang berinvestasi, proyek-proyeknya, memang ah ini middle level investment atau big investment, begitu. Benar di satu sisi, karena tanpa itu, ekonomi kita tidak terangkat. Diperlukan kekuatan untuk mengangkat ekonomi nasional kita ini dengan investasi besar-besaran di seluruh Indonesia yang dimiliki oleh semua pemerintah pusat, pemerintah daerah, rakyat dan dunia usaha.


Itu betul seperti itu, tetapi ketika seluruh provinsi ekonominya bergerak, usahanya tumbuh, hampir pasti usaha mikro, usaha kecil dan usaha menengah juga ikut bergerak di dalamnya, tidak mungkin dipisahkan ekonomi perdagangan, ekonomi wisata, ekonomi apa pun, karena itu menjadi satu, it's fully integrated. Itu betul dan jangan lupa, di samping UMKM juga akan tumbuh kalau ekonomi seluruh Indonesia tumbuh, pemerintah tetap melaksanakan sejumlah kebijakan dan program untuk pengurangan kemiskinan, tidak perlu saya ulangi, pemberdayaan UMKM tidak perlu saya jelaskan lagi. Kita menambah satu cluster. Waktu Pak Ical masih Menko Kesra dulu, 3 cluster, kita tambah lagi satu cluster sekarang ini menjadi 4 cluster untuk betul-betul membantu rakyat kita yang belum sejahtera menjadi lebih sejahtera. Ini semua adalah the total strategy and policy dari negara kita.


Oleh karena itu, saya berpendapat arah dari pembangunan ekonomi ini sudah benar. Bahwa di sana, sini masih ada kekurangan, masih ada kesalahan, harus diperbaiki, harus dikoreksi, iya, pemerintah terbuka menerima kritik itu, pemerintah akan terus menjalankan pekerjaan rumahnya dan tugas-tugasnya dan saya minta kebersamaan dengan KADIN dan dunia usaha.


Akhirnya Saudara, ajakan saya kepada KADIN khususnya dan dunia usaha pada umumnya adalah jangan sia-siakan peluang dan momentum yang kita miliki. Ekonomi di negeri ini tidak akan pernah berubah ke arah yang lebih baik, jika kita tidak mengubahnya. Kita tahu masih banyak persoalan dan PR kita, jangan terus mengeluh, jangan gemar menyalahkan pihak lain, jangan selalu pesimis dan berpikir negatif, tapi saya mengajak KADIN, mari kita bergandengan tangan untuk mengatasi dan memperbaikinya.

Tadi kita saksikan kerja sama antara KADIN dengan para menteri, saya senang hubungan dan kerja sama KADIN dengan pemerintah makin terstruktur,
more structured, makin dekat, getting closed. Dan saya berharap Bung Suryo, Bung Anindya, agar KADIN betul-betul menjadi mediator antara pemerintah dengan dunia usaha.


Terakhir dari yang terakhir, ada sebuah pesan moral dari seorang saya yang sedang mengemban amanah. Jika para pelaku dunia usaha mendapatkan rizki dari Allah SWT berbagilah dengan saudara-saudara kita yang masih miskin dan belum mampu, boleh dengan CSR, boleh dengan pasar murah, boleh dengan apa pun, pahalanya akan tinggi, sukses di dunia dan sukses di akhirat.


Dengan pesan, ajakan, dan harapan itu, Hadirin sekalian yang saya cintai, dengan terlebih dahulu memohon ridho Allah SWT dan dengan mengucapkan Bismillahirrahmanirrahim, Rapimnas KADIN 2011 dengan resmi saya nyatakan dibuka.


Sekian.


Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

 

 

 

 

Asisten Deputi Naskah dan Penerjemahan,

Deputi Bidang Dukungan Kebijakan,

Kementerian Sekretariat Negara RI