Sambutan Presiden RI pada Peringatan 150 Tahun Jubileum HKBP, Jakarta, 4 Desember 2011

 
bagikan berita ke :

Minggu, 04 Desember 2011
Di baca 1493 kali

SAMBUTAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PADA
ACARA

PERINGATAN 150 TAHUN JUBILEUM

HURIA KRISTEN BATAK PROTESTAN

DI GELORA BUNG KARNO, SENAYAN, JAKARTA

TANGGAL 4 DESEMBER 2011

 

 

Para sesepuh dan para tamu undangan, baik dari dalam maupun luar negeri yang saya hormati,

Pimpinan HKBP Sipurus Doktor Bonar Napitupulu,

dan jemaat Huria Kristen Batak Protestan yang saya cintai,

 

Syaloom,

Horas,

 

Kita bersyukur pada hari yang sangat bersejarah ini dapat berkumpul bersama-sama untuk menghadiri perayaan Jubileum III atau 150 tahun Huria Kristen Batak Protestan, yang kali ini dipusatkan di Jakarta.

 

Pada kesempatan yang membahagiakan ini, saya ingin menyampaikan ucapan selamat atas perayaan Jubileum III ini, kepada segenap keluarga besar HKBP, baik yang hadir pada acara ini maupun yang berada di berbagai pelosok di seluruh tanah air dan manacanegara. Semoga di usianya yang sudah mencapai satu setengah abad, HKBP lebih dapat meningkatkan peran aktifnya dalam membimbing, membina, dan mengarahkan umatnya pada jalan Tuhan, seraya terus menyemai benih-benih kerukunan antarumat beragama di negara kita.

 

Hadirin sekalian yang saya muliakan,

 

Sejarah mencatat, sejak didirikan pada tanggal 7 Okotober 1861, peran, aktivitas, dan perjuangan HKBP sebagai salah satu lembaga gereja dan komunitas Kristen Batak Protestan terbesar dan tertua di tanah air, tidak saja memberikan sumbangsih bagi pengembangan kehidupan keagamaan di negeri kita, tetapi juga ikut menyuburkan gagasan kemasyarakatan yang berwawasan kemajuan, the ideas of progress. Di awal berdirinya, HKBP telah memperkenalkan nilai-nilai peradaban yang lebih maju melalui pendidikan baca tulis, tata cara hidup yang lebih higienis serta pola bercocok tanam yang modern.

 

Saya mengenal betul masyarakat Batak Protestan sebagai komunitas pekerja keras yang cerdas, religius dan terbuka. Kelompok masyarakat yang mengedepankan nilai-nilai religiusitas dan rasionalitas dalam mengembangkan kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang harmonis. Masyarakat Batak Protestan banyak menghasilkan pejuang dan tokoh besar yang mewarnai perjalanan sejarah bangsa kita, baik di awal perang kemerdekaan maupun di era pembangunan dewasa ini.

 

Misalnya, kita mengenal Jenderal T.B. Simatupang, seorang pejuang yang gigih, tokoh intelektual  dan pembaharu militer yang disegani, sekaligus tokoh gereja yang dihormati. TB Simatupang berjuang mengangkat senjata melawan penjajahan Belanda, dan dalam usia sangat muda menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Perang Republik Indonesia. Selepas purna tugas sebagai militer, Beliau terjun ke pelayanan geraja. BelIau pernah menjabat sebagai Ketua Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia, bahkan menjadi ketua Dewan Gereja-gerejaa se-dunia.

 

Kita juga mengenal Profesor Doktor Todung Sutan Gunung Mulia Harahap, seorang tokoh pendidikan terkemuka di negeri kita. Beliau bersama Ki Hajar Dewantara memelopori pengembangan kurikulum pendidikan nasional yang berwawasan kebangsaan, di masa jabatannya yang relatif singkat sebagai Menteri Pengajaran dari tahun 1945 hingga tahun 1946, beliau memimpin perbaikan sarana dan prasarana pendidikan di tengah berkecamuknya revolusi fisik. Pada saat itulah, pena dan senapan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam perjuangan masyarakat Batak Protestan demi tetap tegaknya negeri yang kita cintai.

 

Kita juga mengenal Doktor A.M. Tambunan, Menteri Sosial pada Kabinet Pembangunan Pertama di tahun 1968 hingga 1973. Doktor Tambunan dikenal sebagai sosok yang menggelorakan penerapan prinsip Kebebasan Beragama dan Kesamaan Hak. Beliau memberi jaminan kesamaan kesempatan bagi setiap warga negara tanpa membeda-bedakan agama, kepercayaan, dan keturunan.

 

Bagi kalangan TNI, tentu sudah tidak asing lagi dengan sosok Jenderal TNI Maraden Panggabean, salah seorang tokoh pejuang dan figur militer terkemuka di tanah air. Beliau pernah menjadi Wakil Panglima Mandala, yang memperjuangkan kembalinya Irian Barat sekarang Papua ke pangkuan ibu pertiwi, lalu mengemban amanat sebagai Panglima ABRI dan akhirnya pada puncak karirnya menjadi Ketua Dewan Pertimbangan Agung.

 

Hadirin sekalian yang saya hormati,

 

Sebagaimana kita ketahui bersama, setiap agama tentu mengajarkan nilai-nilai luhur, kebaikan, keutamaan, kesempurnaan dan kedamaian. Itulah sesungguhnya nilai-nilai dasar universal yang menjadi landasan utama dalam membangun karakter bangsa yang unggul. Karakter bangsa yang dilandasi oleh nilai-nilai agama untuk menciptakan kehidupan yang damai dan yang harmonis.

 

Kemajemukan bangsa kita sesungguhnya adalah sebuah kekuatan dan kekayaan yang harus kita syukuri. Keragaman yang kita miliki harus kita terima sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Kita harus senantiasa menyemai benih-benih toleransi, kita tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain, apalagi melakukan tindakan anarkis dan perusakan kepada pihak yang berbeda keyakinan dan pemahaman keagamaan.

 

Tidak mungkin kita menjadi bangsa yang besar tanpa membangun faham keagamaan dengan penuh toleransi, saling menghargai, saling menyayangi, dan saling menghormati. Dengan cara itu, kita dapat membangun sebuah peradaban unggul, mulia, dan dihormati bangsa-bangsa di dunia. Saya sungguh menghargai sikap dan pandangan dari jemaat HKBP yang penuh toleransi. Saya senang melihat kerukunan dan keharmonisan antarumat beragama yang ditunjukkan oleh HKBP bersama umat lainnya di seluruh tanah air. Memang sesungguhnya, sesama umat manusia ciptaan Tuhan kita harus saling hormat-menghormati dalam persaudaraan, serta saling menghargai dalam perbedaan.

 

Hadirin sekalian yang saya muliakan,

 

Pemerintah terus mendorong terpeliharanya kehidupan antarumat beragama yang harmonis. Pemerintah tidak hanya mendorong antarumat beragama di tanah air untuk berdialog dan menjaga kerukunan, tetapi juga mendorong dialog antar peradaban dan antarumat beragama sedunia.

 

Kita harus menunjukan kepada dunia bahwa di tengah kemajemukan kita dapat hidup berdampingan secara rukun dan damai meskipun di antara kita mungkin berbeda dalam keyakinan, suku, budaya, dan tradisi namun tetap mampu bersatu dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika. Karena itulah, melalui momentum Jubelium III atau 150 tahun HKBP, saya mengajak segenap keluarga besar HKBP untuk memperkuat rasa persaudaraan sesama anak bangsa. Mari kita kembangkan budaya toleran dengan menghindarkan kekerasan dan sebaliknya mengedepankan dialog. Melalui perayaan Jubelium, saya mengajak Huria Kristen Batak Protestan untuk memperbaharui semangat pengharapan di hati masing-masing, mampu merefleksikan kasih Tuhan dalam kehidupan serta mampu membangun semangat juang yang tinggi.

 

Perayaan Jubelium hendaknya memotivasi pembaharuan iman, membangun cinta kasih, kesetiakawanan dan solidaritas sebagai cerminan kasih Tuhan kepada kita umat-Nya. Semangat ini hendaknya dapat diabdikan tidak hanya untuk umat Kristiani Batak Protestan saja, tetapi juga untuk bangsa dan negara, serta umat manusia di muka bumi.

 

Hadirin sekalian yang saya hormati,

 

Dari apa yang saya kemukakan tadi, saya mengajak keluarga besar HKBP untuk terus menyemai benih-benih kerukunan antarumat beragama di tanah air. Pertahankan dan terus kembangkan visi dan misi HKBP yang bersifat inklusif, terbuka, dan dialogis. Pelihara dan tingkatkan dialog dengan penganut umat beragama lainnya guna meningkatkan sikap saling mengerti dan saling menghormati.

 

Saya juga mengajak keluarga besar HKBP bersama-sama pemerintah untuk senantiasa meningkatkan kualitas kehidupan rakyat. Sebagaimana saudara ketahui, pemerintah terus berupaya dan bekerja keras untuk menjaga stabilitas, keamanan dan kedamaian di negeri ini, seraya membangun perekonomian untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Saya sungguh sangat berterima kasih atas peran aktif HKBP dalam memberikan pelayanan pendidikan, kesehatan, dan pemberdayaan masyarakat.

 

Dalam upaya memelihara lingkungan, saya berharap jemaat HKBP juga berperan aktif dalam kegiatan pelestarian lingkungan, yang saat ini sedang kita galakan melalui program penanaman 1 miliar pohon setiap tahun. Mari kita tanam pohon di lingkungan sekitar kita, di sekitar rumah ibadah, dan di lahan-lahan terlantar. Saya juga mengajak kita semua untuk menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan di negeri ini. Inilah sumbangan kita bagi generasi mendatang dan bagi umat manusia di seluruh muka bumi.

 

Saya ingin mengakhiri sambutan ini dengan menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus atas pemberian ulos sebagai tanda kasih dari jemaat HKBP kepada saya. Sebaliknya, sebagai tanda cinta saya kepada jemaat HKBP, saya ingin mempersembahkan dua bait pantun sebagai berikut:

 

Sian Tarutung Tu Singumalappe

Mangalaosi huta,  Jala Harangan

Molo Tutu Do Huriani HKBP

Naikkondo Marsihaholongan

 

Sahat-Sahat Ni Solu

Sai Sahat Ma Tu Bottean

Sahat Hita Mangolu

Sai Sahat Ma Tu Panggabean

 

Sekian, terima kasih.

Horas! Horas! Horas!

 

 

Asisten Deputi Naskah dan Penerjemahan,

Deputi Bidang Dukungan Kebijakan,

Kementerian Sekretariat Negara RI