Sambutan Presiden RI pada Peringatan Bulan Bhakti Gotong Royong Masyarakat 8, Pontianak, 31 Mei 2011

 
bagikan berita ke :

Selasa, 31 Mei 2011
Di baca 930 kali

SAMBUTAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PADA PERINGATAN BULAN BHAKTI GOTONG ROYONG MASYARAKAT KE-8

DAN

HARI KESATUAN GERAK PKK KE-39

TANGGAL 31 MEI 2011

DI PONTIANAK, KALIMANTAN BARAT

 

 

 

Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Salam sejahtera untuk kita semua,


Yang saya hormati, para Menteri, para Anggota DPR RI, dan para Anggota DPD RI,

Yang saya hormati para Gubernur dan para Wakil Gubernur beserta Ibu,

Yang saya hormati para Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Kementerian dan para Utusan Presiden Bidang MDG dan Penanggulangan Kemiskinan,

Yang saya hormati tuan rumah, Saudara Gubernur Kalimantan Barat beserta para pejabat negara, pimpinan daerah, yang bertugas di Kalimantan Barat, termasuk para Bupati dan para Walikota,

Yang saya muliakan para pemuka agama, pemuka adat, dan tokoh-tokoh masyarakat, para cendekiawan dan pimpinan dunia usaha yang memiliki hajat utama hari ini,

Ibu Ketua Umum Tim Penggerak PKK beserta Ibu-Ibu pengurus dan keluarga besar PKK, para mahasiswa, para siswa,

Hadirin sekalian yang saya muliakan,

 

Marilah sekali lagi, pada kesempatan yang baik ini, kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah Subhanahu Wa Taala, karena kepada kita masih diberikan kesempatan, kekuatan, dan semoga kesehatan, untuk melanjutkan ibadah kita, karya kita, serta tugas dan pengabdian kita membangun bangsa, untuk negara dan rakyat yang sama-sama kita cintai. Semoga kebersamaan kita hari ini di Pontianak, Kalimantan Barat, semoga dapat meningkatkan semangat, tekad, dan kerja nyata kita.

 

Saudara-saudara,

 

Sudah hampir lima tahun saya tidak berkunjung ke Kalimantan Barat. Kemarin, saya dan istri, begitu mendarat di Bandar Udara Supadio, terus dengan kendaraan darat sampai di wisma provinsi di mana saya bermalam, saya melihat perubahan yang baik dan kemajuan kota Pontianak. Banyak sekali bangunan, kemajuan, dan gerak ekonomi di tempat ini. Masyarakatnya yang saya ketahui tetap dinamis, rukun dengan menjunjung tinggi nilai-nilai pluralisme. Tadi kita menyaksikan kerukunan dan keindahan yang sangat harmonis, yang ditunjukkan dalam gerak tari tadi. Tariannya bagus. Saya sudah menyampaikan ke Pak Gubernur, Pak Cornelis, saya akan undang ketiga tarian tadi untuk menari di depan Istana pada tanggal 17 Agustus tahun 2011 ini.

 

Saudara-saudara,

 

Terutama hadirin sekalian yang sudah lama ada di tempat ini, saya minta bersabar sedikit, karena sambutan saya barangkali agak lama sedikit. Tidak baik, sudah lama tidak berkunjung ke Kalimantan Barat, yang saya juga rindu, jauh-jauh dari Jakarta, kalau saya tidak menyampaikan harapan dan ajakan kepada Saudara semua, bagaimana membangun dan memajukan Kalimantan Barat, dan tentunya membangun dan memajukan Indonesia yang kita cintai bersama.

 

Saudara-saudara,

 

Hajat kita hari ini cukup banyak. Kita saksikan tadi, mulai dari memperingati Bulan Bhakti Gotong Royong Masyarakat, menandai Hari Kesatuan Gerak PKK, meningkatkan Gerakan Perempuan untuk Optimalisasi Pekarangan, penyerahan bantuan pemerintah, yang kita saksikan tadi untuk masyarakat, penganugerahan penghargaan kepada Ibu-ibu kita, para pahlawan di bidang gerakan PKK yang tidak mendapatkan gaji formal tetapi bekerja dengan sungguh-sungguh demi saudara-saudaranya. Dan setelah inipun akan  ada gelar Dagang dan Bisnis Expo untuk tahun 2011. Paling tidak ada enam kegiatan, atau six in one, satu kali acara enam kegiatan penting.

 

Saudara-saudara,

 

Saya menyimak sambutan Saudara Gubernur Kalimantan Barat. Atas nama negara dan pemerintah, dan selaku pribadi, Pak Cornelis, saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan atas kerja pemerintah dan segenap masyarakat Kalimantan Barat, yang telah ditunjukkan dengan hasil-hasil pembangunan yang nyata. Pak Gubernur melaporkan kepada saya tadi, bahwa pertumbuhan di provinsi ini mencapai 5,53 persen. Meskipun masih lebih rendah dari angka pertumbuhan nasional, tetapi dalam catatan saya, itu naik dari pertumbuhan tahun 2009 yang berjumlah 4,79 persen. Berarti ada kenaikan.

 

Penurunan kemiskinan juga cukup baik. Tahun 2009, 9,3 persen, tahun 2010, 9 persen, dan ini di bawah angka nasional. Berarti lebih baik dari rata-rata kemiskinan pada tingkat nasional. Demikian juga pengangguran. Angkanya sekarang 4,6 persen, turun dari 6,4 persen, yang juga lebih baik dari angka nasional yang sekarang berjumlah 7,1 persen. Terimalah sekali lagi, terima kasih dan penghargaan saya. Dan kepada Pak Gubernur, Pak Bupati, Pak Walikota, Pak Camat, Kepala Desa, semua. teruslah untuk bekerja keras untuk meraih prestasi yang lebih baik lagi.

 

Saudara-saudara,

 

Saya ingin memulai sambutan saya ini dengan mengajak saudara semua, untuk mengingat kembali apa sebenarnya hakikat dan tujuan pembangunan. Mengapa sejak Indonesia merdeka kita terus membangun.

 

Saudara-saudara,

 

Kita terus membangun dari masa ke masa, dengan tujuan agar Insya Allah pada abad ke-21 ini, Indonesia menjadi negara yang benar-benar maju, yang aman dan damai, yang adil dan demokratis, dan yang makmur serta sejahtera. Dengan satu kata, yang ingin kita tuju adalah bangsa yang sejahtera. Pada tingkat manusia, orang seorang, kita satu demi satu kesejahteraan itu bisa diukur dari seberapa jauh kebutuhan dasar manusia orang seorang itu bisa dipenuhi. Apa misalnya Saudara-saudara? Ya kebutuhan akan pangan, akan sandang, papan, rasa aman dari kejahatan, dari pada saat melaksanakan ibadah, dari ancaman terorisme, bahkan bagi negara-negara tertentu ancaman dari peperangan. Demikian juga pendidikannya, kesehatan, pemenuhan energi, lingkungan yang baik, pelayanan dari Negara, termasuk Akte Kelahiran, SIM, KTP, dan sebagainya. Kalau sakit, kalau harus menggunakan kendaraan dalam lalu lintas yang padat dan sebagainya. Dan, yang tidak kalah pentingnya juga kehidupan masyarakat yang harmonis atau harmoni sosial.

 

Itulah yang disebut kebutuhan dasar manusia. Kalau semuanya bisa dicukupi, bisa ditingkatkan dari masa ke masa. Berarti kesejahteraan rakyat kita makin hari makin baik. Jadi, negara dan pemerintah, kita semua, mulai dari saya, Menteri, Gubernur, Bupati, Walikota, Camat, Kepala Desa, Lurah, harus terus berpikir, berupaya, dan bekerja keras, agar, sebutlah sepuluh kebutuhan dasar manusia tadi, basic human needs, itu betul-betul

dapat terus kita tingkatkan.

 

Saudara-saudara,

 

Saya kira Saudara tahu, hari Jumat yang lalu pemerintah telah meluncurkan yang disebut masterplan, atau rencana induk untuk mempercepat dan memperluas pembangunan ekonomi Indonesia. Mengapa itu perlu kita lakukan, percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi itu? Karena sesungguhnya kesejahteraan rakyat itu dapat ditingkatkan jika ekonomi nasional, ekonomi seluruh tanah air, terus tumbuh dan berkembang. Dengan catatan, pertumbuhan ekonomi itu bukan hanya sekedar tumbuh, tetapi pertumbuhan yang kuat atau strong, pertumbuhan yang berimbang, semuanya tumbuh, daerah-daerah tumbuh, pertanian, industri, dan jasa tumbuh, atau balance, kemudian inclusive atau adil, jangan sampai yang miskin tidak berubah kesejahteraannya dari masa ke masa. Kemudian yang keempat, pertumbuhan itu juga berkelanjutan, sustainable, tidak merusak lingkungan. Itulah pertumbuhan ekonomi yang ingin kita wujudkan.

 

Kita telah bertekad dan mulai bekerja, sekarang ini Saudara-saudara, untuk mempercepat dan memperluas pembangunan ekonomi Indonesia lima belas tahun ke depan, 2011 - 2025. Itulah yang disebut kemarin MP3EI. Ada yang bertanya "Mengapa Pak SBY kok sampai 15 tahun, mengapa begitu lama? Apa tidak bisa tahun depan Indonesia berubah menjadi negara yang makmur?" Begitu kurang lebih pertanyaannya.

 

Saudara-saudara,

 

Dalam masterplan kita, untuk percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi 15 tahun mendatang, itu sasarannya sudah cukup tinggi, cukup ambisius. Dan ingat, yang namanya Eropa, Amerika, Jepang, dan negara-negara yang sudah jauh lebih maju dan makmur, itu memerlukan ratusan tahun untuk membangun negerinya. Tidak ada jalan pintas, tidak datang dari langit. Dan ingat pula, mengapa masterplan kita berjangka waktu 15 tahun mendatang. Kita, negara, punya dokumen strategis, yaitu Rencana Pembangunan Jangka Panjang 2005 - 2025. Itu juga 20 tahun. Kita ingin klop-kan, ingin pas-kan, dengan apa yang menjadi rencana bangsa ini sampai tahun 2025.

 

Saudara ingin tahu apa intinya MP3EI itu? Sederhana sekali. Kita ingin di seluruh Indonesia terjadi peningkatan pembangunan ekonomi. Kita tetapkan enam koridor, mulai Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali dan Nusa Tenggara, Maluku, serta Papua. Enam koridor. Kalimantan sendiri masuk satu koridor, atau koridor ketiga. Dibagi lagi ada zona-zona ekonomi. Dibagi lagi ada kluster-kluster industri. 15 tahun ke depan itulah kira-kira percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi kita. Kita pilih sektor-sektor unggulan untuk terus kita dorong. Kita lakukan investasi, penanaman modal besar-besaran 15 tahun mendatang. Kalimantan punya keunggulan, industri tambang, atau usaha tambang dan juga energi. Tolong dikembangkan dengan baik tanpa merusak lingkungan.

 

Sasaran kita, MP3EI, Saudara-saudara, dengan memohon rida Tuhan, kita ingin pertumbuhan ekonomi kita nanti di atas 7%, 7-8% dan seterusnya. Kita ingin pendapatan orang per kapita nantinya, itu tembus di atas sepuluh ribu. Sehingga semakin sejahtera. Kalau semua kita laksanakan dengan baik, maka pertumbuhan akan meningkat. Dengan pertumbuhan yang meningkat kemiskinan akan berkurang, pengangguran pun akan berkurang.

 

Pertanyaannya Saudara-saudara, barangkali, begini. Apakah jika MP3EI itu dijalankan dengan baik, pertumbuhan ekonomi kita mencapai 7-8%, apakah kemiskinan otomatis menurun? Itu pertanyaannya. Saudara-saudara, teorinya adalah teori ekonomi dan teori pembangunan mengatakan kalau pertumbuhan ekonomi naik, pengangguran berkurang, kemiskinan berkurang. Ada yang percaya hukum-hukum ekonomi akan mengatur seperti itu. Itulah yang disebut dengan teori trickle down effect. Saya berpandangan teori seperti itu sering gagal, apalagi di negara berkembang, termasuk Indonesia. Oleh karena itu, jangan dalam upaya menurunkan kemiskinan hanya diserahkan kepada hukum-hukum ekonomi, atau mekanisme pasar. Pemerintah, kita semua, juga harus aktif untuk melakukan upaya dengan program-program yang riil untuk menurunkan kemiskinan itu.

 

Oleh karena itu, pada hari Jumat yang lalu di Jakarta, pada saat saya meluncurkan MP3EI saya katakan kita juga harus punya masterplan untuk mempercepat dan memperluas upaya pengurangan kemiskinan untuk 15 tahun ke depan. Masterplan itu sedang kita susun. Intinya adalah penurunan kemiskinan 15 tahun mendatang mesti dilakukan, baik melalui mekanisme ekonomi, yang tadi itu, MP3EI. Maupun melalui program-program pemerintah agar hasilnya semakin baik dan upaya itu menjadi lebih efektif.

 

Saudara tahu, sekarang ada program-program pro rakyat, ada tiga kluster. Kluster satu Bantuan Langsung Masyarakat, kluster dua PNPM, kluster ketiga Kredit Usaha Rakyat atau KUR. Kita telah menetapkan mulai tahun ini ke depan kita tambah lagi dengan 1 kluster, yang intinya membantu masyarakat untuk membeli sesuatu dengan harga yang lebih terjangkau. Itu termasuk kluster keempat. Dengan demikian, kalau sudah kita lakukan percepatan dan perluasan pengurangan kemiskinan, lengkaplah sudah. Jalur pertama, ekonomi kita tingkatkan, jalur kedua harus ada upaya pula untuk secara langsung menurunkan angka kemiskinan. Dan apa yang kita lakukan hari ini, Saudara-saudara, hajat kita hari ini, tadi kita saksikan bantuan pemerintah kepada masyarakat, Gerakan PKK, kemudian nanti ada peluncuran atau revitalisasi Gerakan Perempuan untuk Optimalisasi Pekarangan. Tiada lain itu semua contoh nyata upaya kita untuk terus mengurangi kemiskinan dan kemudian meningkatkan kesejahteraan.

 

Untuk diingat, PKK itu punya sepuluh kegiatan. Betul? Program; satu penghayatan dan pengamalan Pancasila. Tadi Pak Cornelis dengan berapi-api mengajak kita untuk mempertahankan Pancasila selama Republik ini berdiri. Saya dukung penuh. Berikan tepuk tangan. Besok pagi, saya akan memberikan pidato, memperingati pidato Bung Karno pada 1 Juni 1945 yang pertama kali diangkat Pancasila waktu itu. Bersama-sama Presiden ketiga kita, Bapak Habibie, dan Presiden kelima kita, Ibu Megawati Soekarnoputri. Kami ingin menyampaikan pada seluruh rakyat Indonesia bahwa Pancasila adalah Dasar Negara, Ideologi Negara, Falsafah kita, dan bahkan jalan hidup yang harus kita pertahankan.

 

Sepuluh tadi ya? Yang kedua Gotong Royong, ketiga Pangan, keempat Sandang, kelima Perumahan dan Tata Laksana Rumah Tangga, keenam Pendidikan dan Keterampilan, ketujuh Kesehatan, delapan Pengembangan Kehidupan Berkoperasi, sembilan Kelestarian Lingkungan Hidup, sepuluh Perencanaan Sehat. Itulah hebatnya PKK. Oleh karena itu, kalau ada yang meremehkan PKK, ada yang menganggap PKK tidak penting, ada yang menganggap PKK masa lalu, salah. Justru PKK harus terus kita hidupkan, kita dorong, karena nyata sekali apa yang dilaksanakan untuk masyarakat kita, untuk saudara-saudara kita yang lain.

 

Hadirin sekalian yang saya cintai,

 

Saya melanjutkan, ini hal yang penting. Apa, siapa, dan bagaimana sebenarnya yang paling baik dan yang akan kita lakukan untuk terus menurunkan kemiskinan dan terus meningkatkan kesejahteraan? Begini, ada yang bilang itu tugas pemerintah. Benar, pemerintah memiliki tugas dan kewajiban. Pemerintah harus berdiri di depan. Pemerintah harus melakukan segala upaya untuk menurunkan kemiskinan. Tapi, bukan hanya menjadi tugas pemerintah. Ada yang mengatakan "sudah serahkan saja kepada keluarga-keluarga itu, masyarakat itu, untuk mengatasi sendiri masalahnya." Tidak bisa. Bagaimana mungkin, keluarga-keluarga yang belum sejahtera, yang masih miskin, harus mengatasi masalahnya sendiri, meskipun tidak boleh pasif, harus aktif ke depan ini, bagaimana untuk juga ikut andil dalam mengurangi kemiskinan yang ada di masyarakat. Apakah dunia usaha tidak ada urusannya, yang bisnis perusahaan-perusahaan itu, yang penting mereka sudah bayar pajak? Tidak. Mereka juga punya tanggung jawab sosial. Itulah yang disebut dengan CSR, Corporate Social Responsibility. Itu sebetulnya. Kalau sudah tahu bahwa sebenarnya pemerintah betul menjadi penjuru, pemerintah itu ya pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten dan kota, semuanya.

 

Mari kita lihat sekarang. Apa saja yang bisa dilakukan? Begini, pertama, yang menganggur, saudara-saudara kita, ada yang menganggur tidak saudara kita? Masih. Ke depan, dengan peningkatan ekonomi mereka mesti diberikan pekerjaan. Kalau mereka secara sistematis, sesuai dengan pertumbuhan ekonomi, diberikan pekerjaan, mereka punya penghasilan. Kalau punya penghasilan tentu bisa mencukupi kebutuhan sehari-harinya. Siapa di sini yang harus memberikan lapangan pekerjaan? ya pemerintah, ya bisnis atau dunia usaha, dan organisasi lain.

 

Yang kedua, saudara-saudara kita yang gajinya kecil, upahnya kecil, terus ditingkatkan dari tahun ke tahun, agar lebih layak. Siapa yang bisa meningkatkan? Ya pemerintah, ya dunia usaha, dan organisasi lain.

 

Yang ketiga, ada saudara kita, mau usaha kecil-kecilan, tidak punya modal, tidak punya keterampilan. Mesti dibantu. misalnya dengan Kredit Usaha Rakyat. Siapa yang membantu? Pemerintah, perbankan, atau bisnis-bisnis yang bekerja untuk itu.

 

Ada saudara kita membeli sesuatu, entah makanan, entah BBM, bayar listrik, rumah yang sangat sederhana, tapi uangnya tidak cukup karena masih miskin, dengan program yang baik mereka dibantu. Contohnya, negara mengeluarkan banyak sekali uang, ratusan trilliun, untuk mensubsidi, membantu saudara-saudara kita yang miskin. Membantu yang miskin, meskipun jumlahnya bertrilliun-trilliun, itu diperlukan, itu tepat sasaran. Yang salah adalah apabila negara mengeluarkan uang bertriliiun-trilliun untuk diberikan kepada mereka yang sudah kaya, yang sudah mampu. Itu tidak boleh. Itu namanya tidak adil.

 

Yang kelima, ada yang mau berobat, tapi tidak punya uang. Ada yang mau menyekolahkan anak-anaknya, uangnya tidak cukup. Kita bantu karena mereka masih miskin. Itulah, ada Jamkesmas, ada BOS, ada beasiswa, dan sebagainya.

 

Ada yang mengalami musibah bencana, miskin, dibantu oleh pemerintah.

 

Jadi, saudara-saudara, enam hal yang saya contohkan tadi adalah sesuatu yang sedang kita lakukan. Pertanyaannya adalah kemudian, apakah hanya itu? Apakah sudah selesai urusan pengurangan kemiskinan? Begini Saudara-saudara. Kalau enam hal yang saya contohkan tadi, itu konsepnya adalah konsep bantuan, konsep pemberian. Meskipun harus terus kita lakukan, tetapi ada hal lain yang tidak kalah pentingnya. Karena kalau yang ini, keluarga atau rumah tangga, itu relatif pasif. Masyarakat lokal, RT, RW, kelurahan, dan desa, juga relatif pasif. Sehingga seolah-olah pemberdayaan itu dimaknai ya bantuan, ya diberdayakan oleh pemerintah semata. Ini tidak tepat.

 

Oleh karena itu, mari kita lengkapi dengan cara-cara berikutnya, mari kita sempurnakan upaya besar untuk menurunkan kemiskinan. Sebenarnya banyak yang dapat dilakukan oleh masyarakat lokal, atau rumah tangga, meskipun tetap dengan dorongan pemerintah. Sehingga, kalau saya menyebut PKK masih relevan, PKK penting. karena PKK ikut dalam memberdayakan itu. Gerakan Gotong Royong, PNPM itu sebetulnya manifestasi dari gotong royong. Pemerintah ngasih uang sekian milyar, ditambah dengan bantuan masyarakat, dikerjakan sendiri oleh kecamatan dan desa. Itu juga gotong royong. Gerakan Perempuan Optimalisasi Pekarangan jangan direremehkan. Meskipun pekarangannya hanya 50 meter, 100 meter, 200 meter persegi luasnya, tetapi bisa dimanfaatkan dengan baik.

 

Saudara-saudara, Ibu-ibu, barangkali Ibu-ibu tidak percaya. Setiap menjelang lebaran, itu ada Sidang Kabinet yang saya pimpin langsung. Semua Menteri hadir, Wapres, semua di situ. Biasanya yang kita bicarakan antara lain kenaikan harga cabe. Teriak sana, teriak sini, harga cabe membumbung dengan tinggi dan lain-lain. Kita sudah tahu ketika bulan puasa, menjelang lebaran mungkin masaknya banyak sekali, menggerus cabe, pasarnya kurang, harganya berlipat ganda. Mengapa tidak sekarang ini pekarangan demi pekarangan, berapapun besarnya, ada pot, ada tempat untuk menanam cabe. Paling tidak bisa mengatasi kebutuhan sendiri sehari-hari dan suatu saat kalau memang lebih banyak bisa juga dijual. Saya dukung penuh Gerakan Perempuan untuk Optimalisasi Pekarangan.

 

Pak Gubernur NTT ada tidak di sini? Pak Wagub ya? Oke, ini saksinya. Ada cabe itu yang tumbuh di NTT dan Timor Timur, bentuknya kecil sekali, warnanya merah, pedasnya seperti setan. Puedes sekali, kalau Pakdhe Karwo, Gubernur Jawa Timur puedes gitu. Saya pesen, dikirim dari NTT cabenya, dikirim juga sudah setinggi begini. Saya tanam di Cikeas, di rumah saya. Ternyata tumbuh dengan baik. Bayangkan kalau rumah tangga-rumah tangga menanam cabe. Yang tidak sulit, ternyata cukup dengan 3-4-5 pot. Itu sudah sesuatu, belum tomat, belum yang lain-lain. Jadi jangan diremehkan Gerakan Optimalisasi Pekarangan itu. Saya ingin janganlah kita menjadi masyarakat yang mudah menyerah, yang tidak kreatif. Ayolah terus kita berupaya apa saja. Harus lebih mandiri, harus lebih swadaya. Ini modal sosial. 

 

Dalam era globalisasi, ada yang mengatakan globalisasi itu semua harus go global. Begitu katanya. Salah. Memang ada dalam globalisasi itu, semua dikaitkan dengan masyarakat dunia. Tetapi banyak yang harus go local. Karena globalisasi banyak masalah, pangan jadi naik, go local. Mari kita bekerja di kampung, di desa, di kecamatan, di kabupaten, untuk meningkatkan pangan dan energi kita. Itu namanya cerdas. Itulah hal penting yang ingin saya sampaikan.

 

Kemudian yang terakhir, saya ingin menyampaikan pesan dan ajakan khusus. Ada dua pesan saya. Pesan dan ajakan yang pertama adalah; dalam era reformasi, dalam era demokratisasi, dan dalam era globalisasi, apalagi kita kaitkan dengan hajat kita hari ini, dengan falsafah dan budaya gotong royong, dan kebersamaan sosial yang penting, maka sekali lagi pesan dan ajakan saya jangan tinggalkan jati diri, nilai, dan kepribadian bangsa. Jangan menjadi bangsa lain. Jangan. Kita tetap Bangsa Indonesia, manusia Indonesia. Jangan dibuang dan dianggap tidak perlu tata krama, budi pekerti, dan sikap saling hormat menghormati di antara warga bangsa. Karena itulah jati diri Bangsa Indonesia. Jangan diremehkan, atas nama reformasi, demokratisasi, dan globalisasi, yang namanya paguyuban, kerukunan sosial, dan kearifan lokal. Ada orang biar dianggap reformis lantas menghina, meremehkan kearifan lokal, paguyuban, dan kerukunan di antara kita semua. Ingat Saudara-saudara, kebebasan tanpa batas, mendewakan kebebasan, menganggap kebebasan itu Tuhan, lantas membuang kearifan, termasuk kearifan lokal, etika, dan tata krama, itu bukan jati diri dan kepribadian bangsa Indonesia. Bukan. Bangsa-bangsa lain pun, yang menganut paham demokrasi yang liberal sekalipun, mereka juga tetap ada etikanya, tata krama, dan penghormatan terhadap kearifan lokal. Mari kita menjadi manusia Indonesia, masyarakat Indonesia, bangsa Indonesia, meskipun kita makin ke depan menjadi bangsa yang maju dan modern.

 

Saudara-saudara, Ibu-ibu,

 

Setiap saya berkunjung ke luar negeri, terutama di negara-negara Asia, khususnya Asia Tenggara, saudara kita yang ada di tempat itu, WNI kita, merasa malu dan terganggu dengan tayangan televisi nasional, bukan televisi asing, yang penuh dengan kekerasan, teriakan dan caci maki, dan perilaku kasar yang lain yang tidak mencerminkan mayoritas Bangsa Indonesia. Dikira oleh bangsa-bangsa lain seluruh rakyat Indonesia itu seperti itu, seluruh Indonesia terjadi kekerasan hampir setiap hari. Dikiranya seperti itu. Padahal tidak, karena tampil, dilihat oleh saudara kita di luar negeri dan oleh bangsa-bangsa lain. Ingat pepatah dalam arti luas bahasa menunjukkan bangsa. Betul?

 

Sebaliknya saya salut dan bangga terhadap banyak warga Indonesia, saudara-saudara kita yang maju, yang sukses, yang reformis, yang demokratis dan sudah melanglang buana, tetap berperilaku dan bersikap sebagai manusia Indonesia yang menjaga  nilai, kepribadian, dan jati dirinya dengan baik. Ini pesan, harapan, dan ajakan kita. Jangan silau dengan reformasi, demokratisasi, dan globalisasi. Lantas keluar dari jati diri, nilai, kepribadian, perilaku, dan etika kita sebagai bangsa.

 

Sedangkan yang kedua, atau yang terakhir, ajakan, harapan, dan pesan saya adalah juga dalam era reformasi, demokratisasi, dan globalisasi, janganlah ditinggalkan, dihina, dan diremehkan pentingnya kesetiakawanan sosial, kerukunan masyarakat, dan budaya gotong royong. Ingat, Bapak, Ibu, Saudara-saudara, kalau kelak kita dipanggil oleh Tuhan Yang Maha Kuasa, tidak ada satu orang pun yang bisa jalan sendiri menuju liang kuburnya. Dia memerlukan orang lain. Betul? Demikian juga masyarakat. Bahkan di dunia ini, bangsa yang namanya maju, modern, kaya, tidak juga bisa mengatasi masalahnya sendiri tanpa kerja sama, kemitraan, dan bantuan bangsa-bangsa lain. Mari kita sadari ini.

 

Sehingga kalau dalam RT, RW, kelurahan, desa, masyarakat kita, kita semua tetap rukun, saling peduli, saling bantu, dan tetap membawa semangat gotong royong, banyak yang bisa kita lakukan. Tidak akan terjadi, kalau ada komunitas seperti itu tiba-tiba tidak tahu ada sarang narkoba di kampung itu, ada sarang terorisme di desa itu. Tidak mungkin terjadi kalau saling peduli, saling bekerja sama, saling awas mengawasi, saling bantu membantu, tidak ada yang kecolongan. Tetapi kalau pasif, masing-masing tidak peduli, bisa jadi dianggapnya aman, jadi sarang kejahatan di situ. Itu antara lain. Oleh karena itu, saya dukung seratus persen Gerakan PKK, Gerakan Gotong Royong, Gerakan Perempuan untuk Optimalisasi Pekarangan, yang menjadi acara hari ini.

 

Itulah Saudara-saudara, dan sebelum saya akhiri, saya mengucapkan selamat kepada para penerima penghargaan tadi. Teruslah menjadi contoh, menjadi teladan, dan berbuat kebaikan untuk yang lain. Mari kita selamatkan Indonesia kita Saudara-saudara. Mari terus kita bangun menjadi negara yang maju dan modern di atas jati diri dan kepribadian kita sendiri.

 

Sekian.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

 

 

 

Asisten Deputi Naskah dan Penerjemahan,

Deputi Bidang Dukungan Kebijakan,

Kementerian Sekretariat Negara RI