Sambutan Presiden RI pada Peringatan Hari Menanam Pohon Indonesia, Cengkareng, 28 November 2012

 
bagikan berita ke :

Rabu, 28 November 2012
Di baca 1183 kali

SAMBUTAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PADA ACARA PERINGATAN HARI MENANAM POHON INDONESIA

DAN

BULAN MENANAM POHON NASIONAL 2012

DI RUANG TERBUKA HIJAU, BANDARA SOEKARNO-HATTA,

CENGKARENG, BANTEN

TANGGAL 28 NOVEMBER 2012

 

 

 

 

Bismillahirrahmanirrahiim,

 

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Salam sejahtera untuk kita semua,

Yang saya hormati, Saudara Wakil Presiden Republik Indonesia, beserta Ibu Herawati Boediono, Para Tamu Undangan dan Hadirin sekalian yang saya cintai,

 

Alhamdulillah, hari ini kita dapat bersatu dan melakukan sebuah ibadah yang penting, yaitu melaksanakan penanaman pohon yang dilaksanakan secara serentak di seluruh Indonesia. Saya ingin mengawali sambutan saya ini, dengan menyampaikan ucapan terima kasih, selamat, dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada para penerima tanda penghargaan. Bapak, Ibu, Saudara yang menerima tanda penghargaan ini adalah pahlawan lingkungan. Pahlawan kelestarian alam dan pahlawan pembangunan yang berkelanjutan. Bapak, Ibu, dan Saudara juga umat hamba Tuhan yang terpuji karena dekat, bersahabat, dan mencintai alam, karunia dan ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah SWT. Sekali lagi, selamat, terima kasih, dan terimalah rasa hormat dari saya.

 

Kepada Saudara-saudara saya rakyat Indonesia, karena sering mendengarkan kampanye dalam pemilihan di daerah, apakah pemilihan bupati dan wakil bupati, pemilihan walikota dan wakil walikota, pemilihan gubernur dan wakil gubernur, dan sebentar lagi mendengarkan kampanye calon-calon anggota DPR, baik DPR RI maupun DPRD, kampanye para calon anggota DPD, dan bahkan nantinya kampanye para calon presiden dan para calon wakil presiden, maka dengarkanlah baik-baik apakah calon-calon itu, para pemimpin kita di masa depan juga cinta dan peduli lingkungan.

 

Saya ingin Mendikbud ada..., oke, dilaporkan Mendikbud izin katanya. Saya ingin pendidikan di seluruh Indonesia, ini para Gubernur, Bupati, Walikota juga hadir, utamanya tingkat TK, SD, SMP, tolong pastikan kurikulumnya itu ada pelajaran baik teori maupun praktik sehingga anak-anak kita mencintai lingkungan, mencintai alam, mencintai hutan, mencintai pohon, dan mencintai alam semesta. Pastikan pula anak-anak kita memiliki pendidikan moral dan budi pekerti yang baik. Rukun sama kawannya, menghormati orang tua, toleran kepada yang lain. Itu adalah nilai, sikap, dan perilaku yang harus dibangun sejak dini, sejak TK, sejak SD, sejak SMP. Mengapa? Kita ingin manusia-manusia Indonesia di masa depan adalah manusia yang unggul, yang cerdas, yang berdaya saing, yang menguasai teknologi, yang mengetahui dunianya, tetapi adalah mereka yang berkepribadian baik, mereka yang mencintai negeri dan tanah airnya, dan alam di mana mereka berada. Saya meminta kita semua termasuk para Gubernur, Bupati dan Walikota pastikan pendidikan kita juga mengajarkan, membimbing, dan mengasuh anak-anak kita ke arah itu.

 

Hadirin sekalian yang saya hormati,  

 

Rasanya tidak perlu saya harus menyampaikan lagi mengapa kita harus menanam pohon, bahkan dalam jumlah yang besar seperti ini. Rasanya juga tidak perlu lagi saya menyampaikan mengapa kita harus memelihara lingkungan. Karena kita sudah tahu, karena Saudara sudah tahu, Menteri Kehutanan baru saja mengingatkan kembali. Yang penting marilah itu kita jalankan. Sudah cukup kita berbicara ke sana ke mari, yang penting adalah tindakannya, yang penting adalah aksinya, yang penting adalah pelaksanaannya. Karena kita ingin kelangsungan hidup di dunia dan di bumi ini terjaga.

 

Saudara-saudara,


Ini hadir para Duta Besar dan Pimpinan Organisasi Internasional, sahabat-sahabat kita dari negara lain. Ketika dunia juga terus berdebat tentang perubahan iklim, tentang pemanasan global, dan pemeliharaan lingkungan, termasuk minggu ini, dunia bertemu di Doha, Qatar, untuk memikirkan pengganti Kyoto Protocol, protokol kerja sama global untuk menghadapi perubahan iklim. Indonesia memilih tidak hanya berbicara, bernegosiasi, dan berdebat tetapi Indonesia ingin yang penting kita telah melaksanakan semua untuk menyelamatkan bumi kita. Contoh, tahun 2009, kita mengalami yang disebut dengan deadlock di Kopenhagen, saya juga hadir. Daripada kita ikut-ikutan deadlock, Indonesia menyampaikan dengan sukarela, dengan sepenuh hati, demi anak cucu kita, demi bumi kita, kita ingin mengurangi emisi karbon sebesar dua puluh enam persen sebelum tahun 2020.

 

Untuk menjaga hutan tanpa terlalu banyak berdebat dan berdiskusi, kita menata kembali hutan kita. Moratorium untuk lahan gambut, kita memerangi kebakaran hutan, kita memerangi illegal logging, kita menghutankan kembali. Dan, yang tidak kalah pentingnya, kita menanam pohon dengan target 1 milyar pohon setiap tahunnya. Ini nyata. Ketika dunia berdebat kerja samanya seperti apa antara negara maju dan negara berkembang, kerja sama regional untuk melawan perubahan iklim, Indonesia memilih melaksanakan kerja sama, misalnya dengan Norwegia yang disebut dengan REDD+, memelihara hutan dengan kerja sama yang baik. Saya ingin menyatakan dan mengatakan kepada dunia, Indonesia memilih to take action daripada to talk only.

 

Saudara-saudara,

 

Gerakan menanam dan memelihara pohon ini kita mulai tahun 2007 di Cariu, Jawa Barat, sebagian juga hadir. Saya masih ingat terhadap niat baik kita ini ada yang berkomentar negatif, skeptis, dan miring. Ah, ngapain tanam pohon, paling-paling juga banjir nanti. Memangnya kalau nanam pohon, negeri kita makin bagus? Ah itu kan paling-paling hanya show saja, tahun depan sudah lupa, begitu. Tapi saya meminta hak beliau-beliau untuk memberikan komentar seperti itu. Yang penting kita juga punya hak bersama-sama menanam dan menyelamatkan bumi kita. Saya bicara sama Menteri Kehutanan tadi di ruang tunggu, "Pak Zul, ada lho yang tidak percaya bahwa kita ini betul-betul menanam dengan sasaran 1 milyar pohon setiap tahunnya. Dari mana itu? Memangnya APBN mampu untuk membiayai penanaman pohon seperti itu? Tidak percaya saya". Tiga tahun tetap tidak percaya. Belakangan, alhamdulillah, meskipun terlambat, akhirnya percaya. Karena akhirnya tahu, karena akhirnya tahu, ini bukan hanya program pemerintah. Ini gerakan rakyat, gerakan masyarakat. Ada dunia usaha, ada LSM, ada masyarakat lokal, ada yang sukarela, ada yang program dan sebagaianya. Saya senang meskipun terlambat akhirnya mengakui. Dan saya undang, ayolah lebih bagus bareng-bareng. Kalau ada kekurangan, kritiklah kami, kritiklah pemerintah untuk kita perbaiki. Tapi jangan berburuk sangka seolah-olah kita ini berbohong dan hanya main-main saja untuk menanam pohon ini.

 

Saudara-saudara,

 

Menanam pohon, saya katakan tadi, bagi umat hamba Allah, umat Tuhan Yang Maha Kuasa adalah ibadah. Kalau ibadah harus ikhlas, harus tulus, sepenuhnya untuk anak cucu kita, untuk masa depan kita, untuk Tanah Air yang kita cintai. Dan di samping ibadah, ini sebuah tanggung jawab kita kepada sejarah, kepada bangsa, dan kepada masa depan. Oleh karena itu, Saudara-saudara, saya ingin mengakhiri sambutan saya ini, karena sekali lagi, it's time to act, saatnya untuk bertindak dan bukan hanya untuk berbicara. Saya minta, jalan terus yang kita lakukan ini. Mari kita bergiat, kita tingkatkan dan kita sukseskan untuk masa depan kita. Terima kasih.

 

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.  

 

 


Asisten Deputi Naskah dan Penerjemahan,

Deputi Bidang Dukungan Kebijakan,

KementerianSekretariat Negara RI