Sambutan Presiden RI pada Peringatan Nuzulul Qur'an tahun 1431 H, 26 Agustus 2010

 
bagikan berita ke :

Kamis, 26 Agustus 2010
Di baca 833 kali

SAMBUTAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PADA

PERINGATAN NUZULUL QUR'AN TAHUN 1431 H

DI ISTANA NEGARA, JAKARTA

TANGGAL 26 AGUSTUS 2010

 


 

Bismillahirrahmanirrahim,

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

 

Hadirin dan hadirat sekalian yang saya hormati,

 

Saudara-saudara kaum muslimin dan muslimat di seluruh tanah air yang saya cintai,

Pada kesempatan yang membahagiakan dan
insya Allah penuh berkah ini, marilah kita bersama-sama, sekali lagi, memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah Subhaanahuwata'aala, karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kita masih diberi nikmat kesempatan, nikmat kekuatan, dan insya Allah nikmat kesehatan untuk melanjutkan ibadah kita, karya kita, serta tugas dan pengabdian kita kepada masyarakat, bangsa, dan negara tercinta.


Shalawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad Shallallaahu'alaihiwasallam, beserta keluarga, para sahabat, serta para pengikut beliau, dan insyaAllah termasuk kita semua hingga akhir zaman. Kita juga bersyukur, di bulan Ramadhan yang penuh berkah dan ampunan ini, dengan khusyu' dan khidmat, kita kembali dapat menyelenggarakan peringatan Nuzulul Qur'an secara nasional, yang kali ini dipusatkan di Istana Negara, Jakarta.


Saudara-saudara,


Peringatan Nuzulul Qur'an kita selenggarakan setiap tahun, baik di tingkat nasional maupun di berbagai penjuru tanah air. Peringatan ini dimaksudkan sebagai sarana bagi kaum muslimin dan muslimat dalam memperkokoh keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Kaum muslimin dan muslimat juga diingatkan agar senantiasa memegang teguh Al-Qur'an dan Sunnah sebagai pedoman dan tuntunan dalam hidup kita.


Bagi Umat Islam di Indonesia, peringatan Nuzulul Qur'an kali ini terasa sangat istimewa. Pada bulan ini, enam puluh lima tahun yang lalu, atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa, kita dapat menjadi bangsa yang merdeka dan berdaulat. Karena itulah, Peringatan Nuzulul Qur'an tahun ini menjadi momentum yang tepat bagi umat Islam di negeri ini, untuk merefleksikan kembali dan mensyukuri nikmat kemerdekaan yang dianugerahkan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa, AllahSubhaanahuwata'aala.

Rasa syukur itu kita wujudkan dengan melanjutkan tugas sejarah, membangun bangsa dan negara yang kita cintai bersama. Ke depan, menjadi tanggung jawab kita semua untuk menjadikan negara dan bangsa kita, menjadi negara yang maju, adil, makmur, demokratis, dan sejahtera.
Insya Allah, dengan keteguhan iman, niat yang tulus, dan kerja keras dari kita semua, cita-cita itu dapat kita wujudkan.


Hadirin dan hadirat sekalian yang berbahagia,


Setelah tadi kita mendengar dengan seksama uraian hikmah Nuzulul Qur'an yang bertema "Al-Qur'an dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan", yang disampaikan oleh saudara Prof. Dr. Thomas Djamaluddin, kita semua sungguh mendapatkan pencerahan, dan kita juga diingatkan akan arti penting pengembangan dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Bukankah AllahSubhaanahuwata'aala telah memerintahkan umatnya untuk membuka cakrawala dan mempelajari rahasia yang terdapat di langit dan di bumi, dengan ilmu pengetahuan dan teknologi.


Tentu, Allah Subhaanahuwata'aala memiliki maksud dan tujuan bagi manusia, ketika menurunkan ayat Al-Qur'an yang pertama kali diturunkan, yang berisi perintah untuk membaca. Membaca adalah inti dan awal dari sebuah proses pembelajaran, proses pencarian ilmu pengetahuan, untuk menjadikan kehidupan kita lebih baik, baik di dunia maupun di akhirat. Karena itu, sebagai umat Islam, kita wajib membaca dan memahami ayat-ayat Allah, baik ayat-ayat yang termaktub di dalam kitab suci Al-Qur'an, maupun ayat-ayat yang terbentang luas di jagat raya ini.


Saudara-saudara,

Sejarah mencatat, Islam telah membawa perubahan mendasar bagi bangsa Arab dan bangsa-bangsa lain di dunia. Nilai-nilai universal Al-Qur'an yang diterapkan secara nyata dalam kehidupan masyarakat di masa itu, telah mengubah pola pikir dan pola hidup yang membawa berbagai kemajuan. Penafsiran secara intelektual terhadap ayat-ayat Al-Qur'an berlangsung serempak, dengan riset dan penafsiran terhadap ayat-ayat yang terbentang di alam semesta. Berbagai pusat kebudayaan Islam ketika itu, hadir sebagai mata air peradaban yang mengedepankan prinsip inklusivitas dan keberagaman.

 

Prinsip yang mengutamakan sikap kritis-apresiatif terhadap peradaban luar yang dijumpainya, seraya tetap setia pada tauhid yang menjadi jati dirinya. Di sinilah kita dapat menemukan hakikat yang sesungguhnya, bahwa Islam tidak pernah bertolak belakang atau memusuhi ilmu pengetahuan, bahkan Islam selalu selaras dengan ilmu pengetahuan. Sebagaimana kita ketahui bersama, puncak kejayaan Islam sebagai peradaban dunia yang paling maju di Abad ke-13, justru terjadi karena umat Islam membuka diri dan mengejar ilmu pengetahuan di manapun.

 

Kaum muslimin dan muslimat yang saya hormati,

 

Dewasa ini kita sedang berada dalam arus perubahan sejarah yang begitu dinamis dan kompleks. Ada yang mengatakan bahwa arus perubahan dalam 10 tahun mendatang, akan lebih deras daripada perubahan dalam 100 tahun terakhir.

 

Sebagai kaum muslim, kita dituntut untuk menjadi kekuatan perubahan yang bersifat transformatif, serta mendukung terbangunnya peradaban Islam yang rahmatan lil alamin. Dan, sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia, sudah saatnya Indonesia ikut tampil di garda depan, untuk membangun kembali peradaban Islam yang unggul dan mulia. Saya yakin dan percaya, tugas sejarah itu dapat kita emban dengan baik.


Saudara-saudara,

Saat ini dan ke depan, menjadi tugas kita untuk mengaktualisasikan pesan-pesan yang terkandung di dalam Al-Qur'an. Salah satu pesan itu adalah kewajiban bagi kita semua untuk benar-benar menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, sesungguhnya, juga telah tercantum di dalam konstitusi kita.


Pasal 31 Ayat 5, kontitusi kita mengatakan bahwa pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi, dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa, untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia. Inilah perpaduan dari keseimbangan esensi dzikir dan fikir, yang mampu membawa kebangkitan ilmu pengetahuan dan teknologi di tanah air kita.

 

Dalam perspektif itulah, kita kembangkan pendidikan yang tidak lepas dari aspek teologis. Pendidikan yang menyelaraskan antara kecerdasan intelektual dengan kecerdasan spiritual. Pendidikan dengan cara pandang, wahyu memandu ilmu.


Hadirin dan hadirat sekalian yang saya muliakan,


Sebelum saya mengakhiri sambutan ini, saya mengajak segenap kaum Muslimin dan Muslimat di seluruh tanah air untuk menjadikan Al-Qur'an sebagai landasan moral, baik dalam kehidupan pribadi, kehidupan keluarga, maupun kehidupan masyarakat.

 

 

Kebesaran dan keberhasilan Nabi Muhammad Shallallaahu'alaihiwasallam dalam membangun masyarakat yang maju dan bermartabat, adalah konsistensi beliau yang terus berpegang teguh kepada Al-Qur'an sebagai landasan moral dan perilaku beliau.


Kepada para alim ulama dan para cendekiawan muslim, saya mengajak untuk mengembangkan tajdidtajdid, sesungguhnya merupakan bagian dari misi Islam yang maju dan tumbuh berkembang dalam menjawab tantangan zaman.
atau pembaharuan paham keagamaan yang konstruktif dan bermanfaat bagi umat, bangsa, dan negara. Mengembangkan

 

Dalam suasana dan semangat beribadah di bulan Ramadhan yang penuh berkah ini, mari kita tingkatkan keberpihakan kita kepada kaum dhuafa. Keberpihakan itu, dapat kita wujudkan melalui bantuan-bantuan sosial bagi yang memerlukan, termasuk kesadaran membayar zakat, infaq, dan shadaqah kepada badan amil zakat di lingkungan masing-masing.


Saya juga mengajak segenap komponen bangsa di tanah air, untuk terus menciptakan kehidupan keagamaan yang teduh dan damai. Kehidupan keagamaan yang mengedepankan kebersamaan, daripada memperuncing perbedaan. Kehidupan keagamaan yang meminimalkan penyakit moral dan penyakit sosial, yang merusak keselamatan bersama.

 

Pada kesempatan yang baik ini pula, saya ingin menegaskan kembali bahwa setiap individu di negeri ini memiliki kemerdekaan untuk menjalankan agama dan kepercayaannya. Karena itu, tidak boleh ada satu pihak yang memaksakan kehendaknya kepada pihak lain, apalagi dengan cara-cara kekerasan.

 

Mari kita tingkatkan kerukunan dan toleransi, serta mari kita jauhi kekerasan. Mari kita lindungi dan ayomi kelompok-kelompok minoritas, baik dari segi keagamaan, maupun identitas sosial lainnya. Mari kita bangun kehidupan berbangsa dan bernegara, yang dilandasi kokohnya kerukunan antar umat beragama.


Saudara-saudara,


Mengakhiri sambutan ini, masih dalam kaitan renungan di bulan suci Ramadhan, saya mengajak kaum muslimin dan seluruh rakyat Indonesia untuk terus menjaga akhlak dan budi pekerti kita semua. Islam sangat mengedepankan pentingnya akhlak, moral, kesolehan, dan budi pekerti.

 

Mahmud Al-Mishri, penulis Ensiklopedia Akhlak Muhammad Shallallaahu'alaihiwasallam mengatakan, "Akhlak mulia Muhammad-lah, dan bukannya pedang, yang menyebabkan umat Islam berjaya dan mampu menyingkirkan segala penghalang". Di bulan Ramadhan ini, dan sesungguhnya juga untuk seterusnya, kita harus pandai membasuh jiwa dan menjaga kebersihan hati kita.

 

 

 

Sebagaimana diingatkan oleh Yusuf bin Asbath, sebagai seorang muslim hendaknya kita rajin untuk mawas diri atau introspeksi, dan tidak mudah menyalahkan orang lain. Imam Al-Ghazali juga mengingatkan, agar akhlak kita tetap terjaga dan semakin tinggi, kita diharapkan tetap pandai bersyukur, sabar, tenang, dan bersifat penyayang, serta tidak suka mencela, memfitnah, mengadu-domba, dan bermanis di bibir dan wajah, tetapi dengki di hati.


Betapa luhur, lengkap, dan mulianya ajaran Islam yang mesti kita pedomani dan amalkan bersama. Adalah benar, jika kita selalu melihat keburukan orang lain, kapan kita melihat kekurangan kita sendiri. Jika kita selalu melihat orang lain dari keburukannya, kapan kita melihat kebaikan orang itu, yang diri kita pun belum tentu punya.

 

Marilah Saudara-saudara, seraya memohon berkah dan ampunan dari Allah Subhaanahuwata'aala, kita perbaiki dan tingkatkan akhlak, kesolehan, dan budi pekerti kita. Kita mulai dari diri kita dan kita lakukan mulai hari ini.

 

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan petunjuk, bimbingan, dan karunia-Nya kepada kita semua, dalam mewujudkan bangsa dan negara kita yang baldatun thayyibatun wa robbun ghofur.


Terima kasih

 

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.