Sambutan Presiden RI pada Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) XLV Lemhannas RI, 13-12-2010
SAMBUTAN
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PADA
MENERIMA PESERTA
PROGRAM PENDIDIKAN REGULER ANGKATAN (PPRA) XLV
LEMHANNAS REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2010
DI ISTANA NEGARA, JAKARTA
TANGGAL 13 DESEMBER 2010
Â
Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Salam sejahtera untuk kita semua,
Para menteri, Panglima TNI, Kepala Staf Angkatan Darat, Kepala Staf Angkatan
Laut, Wakil Kepala Staf Angkatan Udara, Gubernur Lemhannas, para Pejabat Utama
Lemhannas,
Â
Para Peserta Program Pendidikan Reguler Angkatan XLV Lemhannas,
Hadirin sekalian yang saya hormati,
Marilah sekali lagi, pada kesempatan yang baik dan insya Allah penuh berkah ini, kita panjatkan
puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena kita semua masih
diberikan kesempatan, kekuatan, dan semoga senantiasa kesehatan, untuk
melanjutkan karya, tugas, dan pengabdian kita kepada bangsa dan negara
tercinta.
Atas nama negara dan pemerintah, serta selaku pribadi, saya mengucapkan selamat
kepada para peserta yang
insya Allah sebentar lagi akan lulus dan
mengakhiri pendidikan yang amat penting dan strategis ini. Dengan doa dan
harapan, semoga para peserta segera kembali ke medan penugasan sesuai dengan profesi dan
jabatannya masing-masing, tentu harapan kita semua, Saudara bertambah sukses
dalam meniti karier masing-masing.
Saya juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada Saudara Gubernur
Lemhannas dan para pejabat teras, para widyaiswara dan semua yang telah
menyelenggarakan program pendidikan ini, dan yang saya terima laporannya semua
berlangsung dengan baik.
Saudara-saudara,
Saya mencatat dengan seksama tadi apa yang disampaikan oleh Profesor Muladi, Gubernur kita, kemudian yang mewakili para peserta, Profesor Irfan Abdullah dan Dr. Fahmi Idris, tentang intisari atau rangkuman dari seminar yang Saudara laksanakan. Saya ingin memberikan respon, hal-hal yang saya pandang cukup mendasar dan memiliki arti penting dalam penyelenggaraan kehidupan bernegara maupun penyelenggaraan pemerintahan, utamanya pemerintahan di daerah.
Saudara-saudara,
Tadi disinggung tentang globalisasi, tentang perkembangan dunia terkini, dan
tentu kalau kita lanjutkan perbincangan tentang itu, menyangkut pula
perkembangan geopolitik masa kini dan masa depan, the geopolitic of today
and tomorrow yang biasanya menjadi bidang perhatian Lemhannas karena
pendidikan yang Saudara ikuti adalah pendidikan senior, pendidikan strategis.
Â
Lulusan dari Lemhannas diharapkan bisa menjadi policy makers, bisa menjadi strategic planners, bisa menjadi senior managers, bisa menjadi senior leaders yang tentunya amat berguna bagi negara dan pemerintahan, serta organisasi di mana Saudara semua mengabdi, termasuk para peserta yang datang dari Negara-negara Sahabat. Tentu negara-negara Saudara juga ingin terus meningkatkan kemajuan dan kemakmuran masing-masing.
Saya berharap bagi peserta dari mancanegara, pada saatnya bisa kembali ke
negaranya masing-masing apa yang bisa ditimba dan diterapkan di negara Saudara
silahkan. Yang tidak klop dengan situasi dan kondisi di negara Saudara yang
unik Indonesia,
tentu tidak perlu dibawa ke rumah masing-masing. Saya juga yakin peserta Indonesia juga
bisa menimba pengalaman dari Saudara-saudara kita peserta dari mancanegara.
Kembali yang saya sampaikan tadi tentang globalisasi. Kalau kita renungkan
secara mendalam, kalau kita melakukan kontemplasi, maka bicara globalisasi,
sebagaimana yang sering saya sampaikan di banyak kesempatan, bicara challenge
and opportunity, peluang dan tantangan. Mereka yang akan menang dalam era
globalisasi, the winners is, dan bukan yang kalah, the losers is
adalah mereka yang bisa mengatasi tantangan dari globalisasi ini, dan sekaligus
bisa mendapatkan serta menciptakan peluang yang tentu amat berguna bagi
kemajuan dan kesejahteraan negara kita.
Oleh karena itu, dengan pemahaman yang paling hakiki atas gerak globalisasi ini, maka saya selalu menyerukan kepada warga bangsa, rakyat Indonesia, para pemimpin, para elit, para tokoh, siapa pun di negeri ini haruslah memelihara sikap yang optimis dan pola pikir yang positif, positive thinkingoptimism, sangat penting. dan
Â
Kalau kita ingin berhasil, kita ingin maju, dan kita ingin mendapatkan peluang dari globalisasi ini. Saya tidak bosan-bosannya mengatakan, bagi yang berpikir pesimis, bagi yang bersikap negatif, kita sudah kalah sekarang dan tidak akan pernah menang, kita tidak akan ke mana-mana, dan tidak akan menjadi siapa-siapa, karena dalam hati kita, dalam pikiran kita sudah dipenuhi, diracuni, contaminated, sesuatu yang gelap, pesimis, dan yang serba negatif.
Sebaliknya, saya harus mengulangi lagi, bagi orang yang pesimis itu melihat
segala sesuatu ya suram, gelap,
semuanya bermasalah, di mana-mana ada masalah. Tetapi bagi orang yang optimis,
benar ada masalah, tetapi selalu ada solusi, selalu ada jalan keluar dari
masalah apa pun yang kita hadapi. Oleh karena itu, lulusan Lemhannas haruslah
berjiwa terang, tidak berjiwa gelap, bersikap optimis tidak bersikap pesimis
dan berpikir positif, tidak berpikir negatif.
Saudara-saudara,
Saya ingin mengambil contoh tentang negeri kita. Ada satu lusin analisis, observasi, dan prediksi tentang negara kita. Alhamdulillah, meskipun pihak internasional kalau melakukan analisis tentang Indonesia itu selalu lengkap, ada sesuatu yang baik, ada yang belum baik, ada yang dianggap berhasil, ada yang dianggap belum berhasil, ada yang disebut kekuatan Indonesia, ada pula kelemahan Indonesia.
Tetapi kalau kita baca one by one, saya tekun, saya ingin selalu
bercermin seperti apa negeri kita dilihat dari luar negeri, dari negara lain,
dari bangsa lain, yang tentu tidak punya kepentingan politik praktis, agar yang
baik-baik kita pertahankan,Â
syukur-syukur bisa kita tingkatkan. Yang masih belum baik, yang masa
lemah, yang kurang, ya kita perbaiki. Yang saya lihat sekarang lebih banyak
substansi yang positif yang promising, dibanding yang tidak menjanjikan,
yang negative. Tetapi selalu ada komponen positif-negatif, good news-bad
news, good things-bad things.
Bulan ini saja, bulan Desember, ada terbitan "The Economist" yang berjudul The
World in 2011, dunia tahun 2011. Silakan dibaca di situ. Bahwa kita
dianggap punya perspektif yang baik karena ada achievement yang baik di kala
dunia mengalami krisis.
Kemudian ada majalah "Foreign Policy" yang juga terbit bulan ini, juga
demikian, ada artikel berjudul The Indonesian Tiger. Ada yang
menjanjikan yang akan membuat terobosan di tahun-tahun mendatang, tetapi juga
ada titik-titik lemah yang harus kita perbaiki.
Â
Kemudian OECD melaksanakan survey pada November, it was last month tentang Indonesia. Itu juga gamblang sekali, ada sejumlah indikator, ada capaian yang kalau kita tidak menyia-nyiakan akan menjadi capital, menjadi opportunity untuk bisa mencapai lebih bagus lagi, seraya mengatasi, menutup titik lemah dan kekurangan-kekurangan kita.
Tadi disampaikan "World Economic Forum" mengeluarkan survey global
competitiveness index. Dulu tahun 2005, ranking kita 69, tahun lalu 54,
tahun ini 44. Dan saya, saya baca semua sudah, 12 pilar one by one, mana
yang masih lemah, infrastructure masih lemah misalkan. The size of our
marketover time
tahun depan, tahun depannya lagi, tahun depannya lagi, maka, sangat mungkin
untuk bisa lebih baik lagi peringkat kita dalam tatanan peringkat global
menurut "World Economic Forum". bagus. Kalau yang lemah-lemah itu kita perbaiki
Dan banyak lagi. Saya tidak ingin jelaskan satu per satu sampai yang paling
optimis bahwa soon Indonesia will be emerging economies, will be included in
BRIC. Kita sudah menjadi anggota G-20. Income per capita kita
sekarang sudah mencapai 3.200 dolar per orang per tahun. Kita punya GDP (Gross Domestic Product) sudah mencapai 820
billion. Itu dua kali lebih dibandingkan tahun 2005. Ini, sekali lagi, opportunity
yang tidak boleh kita sia-siakan.
Poin saya adalah melihat picture ini, melihat statistik ini, membaca
analisis tentang Indonesia ini, dikaitkan dengan why kita harus tetap
optimis tadi. Pertama, ada capaian yang konsisten bisa kita raih, karena kerja
keras kita, seluruh rakyat Indonesia. Setelah kita dihantam krisis yang maha
dahsyat beberapa saat yang lalu. That's number one.
Yang kedua, ketika ujian datang global economic crisis, deep recession
pada tingkat global, yang lain rontok, sekarang Eropa masih susah, Amerika
masih susah. Kita memiliki positive growth nomor tiga setelah China dan
India dan indikator lain dianggap bagus. Kita terpuji, we survive dalam recent
global economy crisis. Ketahanan kita better dibandingkan krisis
11-12 tahun yang lalu.
Yang ketiga, Asia bangkit. Eropa, Amerika Utara ada masalah-masalah, Asia is
becoming the strongest economic pillar di dunia. Bicara Asia, bicara Asia Timur, bicara ASEAN, bicara
Indonesia. Lagi-lagi kita menjadi anggota G-20.
Yang keempat, yang sangat penting, kita menyadari masih banyak kekurangan di
negeri ini. Mulai dari yang menjadi topik masalah governance and
bureaucracy, regional government, lantas infrastructure.
Kadang-kadang legal certainty, energy, banyak elemen-elemen corruption
yang masih belum puas itu, bottlenecking. Ada bottlenecking, ada 6%
growth kita capai, kita punya income per capita, kita punya GDP,
kita punya peringkat up and up and up.
Â
Apalagi kalau tahun-tahun mendatang kita semua, seluruh rakyat Indonesia, pusat-daerah, negara dalam hal ini, pemerintah-non pemerintah, termasuk swasta bersatu padu, bekerja lebih keras. Maka our dreams will become reality untuk anak cucu kita.
Â
Mungkin belum segera terwujud tahun, satu, dua, tiga, empat tahun ini. Tetapi pada saatnya nanti, kalau kita jaga betul semuanya itu dengan optimism, dengan positive thinking, saya yakin dengan ridho Allah Subhaanawata'aala, kita akan menjadi bangsa yang lebih maju, lebih sejahtera.
Saudara-saudara,
Dengan kerangka umum seperti itu, dengan mind set seperti itu, maka kalau
Saudara menyoroti khusus dalam seminar ini, pemerintahan daerah atau
pemerintahan di daerah, saya mengucapkan penghargaan karena itu juga salah satu
agenda yang hendak kita tingkatkan efektivitasnya di tahun-tahun mendatang.
Saya mencatat beberapa butir saja yang ingin saya respon. Pemekaran daerah
mesti dikelola dengan benar, saya setuju, dan itu sedang kita lakukan. Tidak
boleh pemekaran daerah bergerak ke sana, ke mari tanpa konsep, tanpa design,
tanpa policy, tanpa urgensi, dan tanpa justifikasi. Yang terjadi adalah
kemunduran.
Â
Pemekaran daerah kita lakukan, menambah daerah otonom kita lakukan, manakala dengan penambahan itu, spend of control menjadi bagus, lebih efektif lagi manajemen di daerah itu, pelayanan kepada rakyat menjadi lebih bagus lagi, ekonomi will be growing better, dan seterusnya. Tetapi kalau sebaliknya yang terjadi, high costs development, over head cost-nya tinggi, jatuh pada rakyat makin susut, tidak diperlukan, tidak siap, itu wrong concept, wrong idea.
Saya sudah menyampaikan moratorium dan pemerintah sudah merampungkan bersama
Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Daerah akan kita lakukan kembali
kemungkinan pemekaran, kemungkinan penggabungan, dan kemungkinan terminasi dari
sejumlah pemekaran yang nyata-nyata keliru dan tidak menghasilkan sesuatu yang
diharapkan.
Tentang rekrutmen, betul, freedom sangat penting. Tapi freedom
alone is not enough. Misalnya, untuk running menjadi Bupati-Wakil Bupati,
Walikota-Wakil Walikota, Gubernur-Wakil Gubernur, Anggota DPR, Anggota DPD, Anggota
DPRD, Presiden dan Wakil Presiden, tentu ada modal. Modal bisa pengetahuan,
bisa pengalaman, bisa apa pun, karena akan mengelola sumber daya, ya manusia,
ya anggaran, ya sumber daya fisik, sumber daya alam, dan sebagainya. Bayangkan
kalau tidak cukup kapasitasnya. Satu provinsi di Indonesia, penduduknya, resources-nya
mungkin bisa lebih besar dibandingkan negara-negara tertentu.
Â
Kabupaten, ada yang jumlah penduduknya lebih besar dibandingkan Singapura,
termasuk wilayahnya, termasuk resources-nya. Bayangkan di tangan
pemerintahan daerah yang tidak cakap dalam manajemen, dalam leadership,
dalam supervision, segalanya, maka masa depan kita tidak cerah.
Oleh karena itu, recruitment matters menjadi sangat penting. Saya
menyeru dan menyeru, dan menyeru setelah enam tahun memimpin pemerintahan,
berhubungan dengan para Gubernur-Wakil Gubernur, Bupati-Wakil Bupati, Walikota-Wakil
Walikota, mari kita capai dua-duanya. Orang yang memiliki popularitas yang
tinggi, yang bisa diterima oleh rakyat, mendapatkan dukungan publik dengan
sistem pemilihan langsung, tetapi sekaligus mereka-mereka yang punya kapasitas
dan semua tahu kapasitasnya, entah pengalaman, entah penugasan, entah
pengetahuan, begitu. Dengan demikian, kita tidak menyerahkan sesuatu yang besar
untuk dipimpin dan dikelola oleh mereka-mereka yang tidak siap.
Saya punya ide dan akan saya sampaikan kepada Komisi Pemilihan Umum untuk
dikaji. Misalnya, sebelum dilaksanakan pemilukada, apakah tingkat kabupaten,
tingkat kota, tingkat provinsi, maka kepada calon-calon, Calon Bupati dan Wakil
Bupati, calon Walikota dan Wakil Walikota, Calon Gubernur dan Wakil Gubernur,
itu bisa diberikan satu orientasi, pemahaman tentang sistem pemerintahan, pemahaman
tentang pembangunan, pemahaman tentang pembuatan anggaran atau APBD, pemahaman
tentang hukum, pemahaman tentang semua yang akan dilaksanakan, semua diberikan
dari partai politik mana pun, calon siapa pun.
KPU bisa memberikan, entah seminggu, entah dua minggu, entah sebulan, dan itu
bisa ditanggung oleh negara biayanya. Sehingga, siapa pun yang terpilih di
antara mereka, paling tidak, sudah punya pengetahuan awal how to run
sebuah kabupaten, sebuah kota, sebuah provinsi.
Â
Dan andaikata setelah itu ada kampanye, kampanyenya pun, ingat tidak semudah itu, menjanjikan yang muluk-muluk, karena tahu sistem, tahu anggaran, tahu batas kemampuan, dan seterusnya, dan seterusnya. Tidak lagi pepesan kosong, tapi realistik. Makin realistik, rakyat tidak salah memilih dan kemudian bisa dijalankan. Tidak ada diskriminasi, tidak ada penyaringan, kita bekalkan, kita berikan.
Itu salah satu yang saya pikirkan dan saya akan sampaikan nanti kepada KPU
untuk dikaji. Mudah-mudahan salah satu cara untuk membekali, melengkapi semua
kandidat, siapa pun yang terpilih nanti, dari partai politik mana pun, agar
bisa berhasil di dalam memimpin tugasnya, dalam memimpin masyarakat dan
menjalankan tugasnya. Saya punya kepentingan, kalau 500 lebih Bupati dan Walikota
berhasil, secara kumulatif, Indonesia berhasil. Kalau 33 Gubernur dan Wakil Gubernur
berhasil membangun daerahnya, maka dahsyat sekali negara kita. Rekrutmen
Saudara menyoroti betul adanya.
Yang ketiga, money politics. Money politics adalah lonceng kematian dari
demokrasi. Saya masih prihatin dengan fenomena dan praktek-praktek ini.
Pragmatis itu tidak salah, tapi jangan melampaui batas dan mengorbankan
segalanya sehingga negara kita bisa berada di tempat yang salah. Kalau praktek money
politic ini masih terjadi dan justru makin berkembang, saya menyeru kepada
semua rakyat, marilah kita lawan money politic yang terjadi di
mana-mana.
Good governance
, setuju. Sudah ribuan kali kita bicara tahun-tahun
terakhir ini. Good governancegood governance tidak identik dengan
bebas dari korupsi, itu hanya salah satu saja dari karakter good governance
yang akan kita tingkatan. bukan hanya pejabat atau pemerintah yang
bebas korupsi, bukan hanya itu, yang bersih, bukan hanya itu, tetapi juga yang
berkemampuan, yang responsif, yang bisa menjalankan tugas secara efektif, dan
seterusnya, dan seterusnya. Jadi
Saudara juga menggarisbawahi pentingnya checks and balances.
Saudara-saudara, begini sejarahnya. Dulu ada satu periode berlangsung cukup
lama bahwa checks and balances ini juga tidak berjalan secara simetris,
ya tidak balance. Eksekutif lebih kuat dibandingkan legislatif ataupun
yudikatif. Kekuasaan Presiden besar. Baca Undang Undang Dasar 1945 sebelum
dilakukan empat kali perubahan. Sekarang, kekuasaan saya sebagai Presiden
ramping karena sudah dilucuti cukup banyak. Bagus, ndak apa-apa,
memungkinkan untuk checks and balances.
Tapi pendulum ini, yang tadinya heavy executive, awalnya, sekarang
nampaknya lebih banyak ke parlemen. Ini proses, suatu saat agar tidak heavy
ke executive, tidak heavy ke parliament, tidak juga
yudikatif segalanya, tidak melihat yang lain akan menjadi betul-betul balance,
betul-betul baik. Saya optimis. Jadi ini proses, satu pendulum, coba kalau Saudara
punya apa ya, apa istilahnya itu, lonceng, tarik ke sini, lepaskan mesti ke
sini dulu itu, tidak langsung ke tengah, ke sini dulu mungkin. Ini proses.
Kemudian, Saudara mengangkat pemilukada, ya,
mari kita tingkatkan kualitasnya. Kita tingkatkan etikanya. Kita tingkatkan, ya, prosesnya. Dengan demikian, ekses
bisa kita cegah. Tetapi kehendak untuk rakyat bisa memilih kandidatnya secara
langsung, memilih pemimpinnya secara langsung itu tercapai. Baik sebetulnya
kalau para Bupati, Walikota itu dipilih langsung.
Â
Gubernur sekarang ada yang, apakah tidak cukup dipilih DPRD saja, atau tetap dipilih secara langsung. Silahkan, ini negara, negara kita, ini bangsa, bangsa kita, semua pemikiran terbuka. Jangan menghakimi, ini salah, ini benar, silahkan, rujuk Undang Undang Dasar, konstitusi kita, gunakan logika, gunakan arus peradaban, trend-nya seperti apa. Dengan demikian, akan menjadi baik.
Karena begini Saudara-saudara, seorang Bupati memimpin kabupaten, penduduknya
misalkan tiga juta kabupaten itu, menggunakan anggaran sekian triliun,
memerintah rakyat di kabupaten itu dengan Perda, misalnya. Mengambil keputusan
ketika ada bencana, cepat dalam keadaan darurat mengambil langkah-langkah.
Mestilah mereka yang diberi mandat, mestilah mereka yang sangat dipercaya oleh
rakyat di kabupaten itu. Tidak mungkin rakyat menyerahkan sesuatu kalau tidak
diyakini bisa memimpin, bisa menetapkan kebijakan, bisa menggunakan anggaran,
bisa dalam keadaan darurat bertindak dengan cepat dan seterusnya, dan
seterusnya. Itulah esensi sebetulnya.
Â
Oleh karena itu, pemilukada harus berkualitas, supaya mandat yang diberikan oleh rakyat itu benar. The origin of power harus benar dan digunakan dengan benar once power itu sudah dimiliki oleh mereka yang dipilih oleh rakyat.
Kemudian Saudara, mengangkat desentralisasi ekonomi, ya benar dan insya
Allah  dalam waktu dekat, awal tahun
depan, awal tidak harus Januari, saya akan menyampaikan satu master plan,
implementasi dari RPJMN. Dan juga barangkali jangka yang lebih lama lagi
bagaimana ekonomi di Indonesia bisa kita lakukan percepatan dan perluasan, acceleration
and expansion, termasuk desentralisasi. Kalau masih begini, business as
usual, meskipun dunia mengatakan bagus, tetapi saya mengatakan enough is
not good enough.
Kita bisa mempercepat, memperluas ekonomi kita dengan membangun new economic
zone, industrial clusters, economic corridors dan sebagainya. Di sini
memerlukan kesiapan perangkat di daerah. para Gubernur, Bupati, dan Walikota to
take the responsibility, untuk betul-betul menjalankan pemerintahan yang
istilah Anda sudah di-design ulang, ekonomi yang sudah
didesentralisasikan, tetapi intinya begitu.
Indonesia sekarang 820 billion, 20 besar dunia. Tahun depan naik lagi,
tahun depan naik lagi. Tidak lama lagi satu
triliun US Dollars kita punya GDP, sama dengan 9.000 trilyun Rupiah kita punya
GDP. Kita punya tanah air delapan juta kilometer persegi, dari Aceh ke
Jayapura, seperti dari Los Angeles ke New Jersey. Dengan natural resources
yang cukup banyak, dengan, kalau kita kaitkan Indonesia di tengah Asia Timur,
Asia Tenggara, kita bicara regional connectivity. Tidak mungkin ekonomi
itu sentralistik, tidak mungkin semua ditentukan oleh Jakarta, kita harus
dorong inisiatif daerah, prakarsa daerah.
Oleh karena itu, seorang Gubernur, Bupati, Walikota, harus mereka yang
inovatif, mereka yang punya ide yang luar biasa, man of ideas, man and woman
of ideas. Nanti kalau man diprotes saya. Jadi Gubernur yang
perempuan juga sudah ada, Bupati, Walikota juga sudah ada, dan seterusnya.
Saudara-saudara,
Tadi disampaikan juga bagus kalau dibikin kajian tentang seperti apa sih efektivitas pembangunan daerah. Silahkan, silahkan. Saya itu cemas kalau di negeri ini, Pak Muladi, tidak lagi banyak think tank, tidak lagi banyak study centers, tidak lagi orang yang berpikir strategis dan menjangkau ke depan, semuanya serba pragmatis, semuanya serba untung-rugi, semuanya serba hari ini dan besok, tidak cukup untuk negara.
Â
Ingat, ini negara, punya masa depan, ada generasi dan generasi yang akan mengawaki, yang akan hidup di negeri kita ini. Saya ingin ada suatu brain center di negeri ini yang bisa melihat masa yang jauh ke depan, visi, brain strategy, master policy dan sebagainya.
Khusus Pemda, silahkan mau dikaji. Kalau sudah mengkaji Pemda, jangan hasil
kajiannya hanya diserahkan kepada Presiden, kepada Pemerintah Pusat, serahkan
kepada Pemda itu, masukan media massa di daerah itu. Mengkaji Daerah Istimewa
Yogya, Aceh, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan. Seperti apa? Kembalikan
ke masyarakat di provinsi-provinsi itu. Kembalikan kepada pimpinan daerah di
provinsi itu untuk cermin, mana yang sudah bagus, mana yang belum bagus, dan
pemerintah pusat, dan kepada saya.
Jadi kalau meskipun tiap hari dikaji, dievaluasi, dianalisis, tetapi tidak
pernah diberitahu ini loh potretnya, ini loh hasil kajiannya, barangkali
tidak tahu kalau ada kelemahan atau barangkali juga tidak tahu ada kekuatan
yang ada di provinsi, di kabupaten, dan kota itu, welcome, silahkan.
Â
Saudara menginginkan revisi Undang-Undang nomor 3, 2004 sedang kita lakukan. insya Allah dalam waktu dekat akan terwujud sebagai hasil evaluasi selama enam tahun ini. Tujuannya lebih efektifnya pemerintahan daerah, membawa kebaikan bagi kita semua.
Dan yang terakhir, disebut-sebut tadi, demokrasi yang bermartabatlah. Kalau
demokrasi yang beradab kok terlalu jauh, civilized democracy, democratic
stability. Ya, demokrasi itu
akarnya freedom and right, tetapi demokrasi yang bermartabat menjadi
demokrasi yang lebih utuh. Ada kepatuhan kepada pranata, pada etika, pada
kepantasan, dan seterusnya. Oleh karena itu, saya senang kalau sudah mulai
dibicarakan. Bicara democracy not only bicara freedom and rights,
tapi juga bicara tentang yang lain-lain, karena yang kita tuju adalah civilized
democracy, democratic stability, dan sebagainya.
Saudara-saudara,
Mengakhiri apa yang ingin saya sampaikan ini, kalau boleh kita simpulkan,
sebuah pemerintahan daerah akan betul-betul efektif di dalam menjalankan
tugas-tugasnya, yang itu sangat dicerminkan oleh pimpinan di daerah itu,
pimpinan dan pimpinan yang lain, jawabannya adalah pada lima hal dan lima
faktor, atau lima hal inilah yang sesungguhnya menjadi inti dari pendidikan di
Lemhannas.
Tingkat kabupaten, kota, provinsi apalagi pusat, haruslah memahami tentang
sistem, sistem pemerintahan, sistem politik, sistem ekonomi, sistem hukum dan
sebagainya. Bayangkan kalau pemimpin baik pusat maupun daerah tidak paham
sistem seperti apa, mau dibawa ke mana, dikelola seperti apa.
Yang kedua, management. Manajemen Saudara tahu, bagaimana sebuah sumber
daya itu dikelola, mulai direncanakan, kalau diorganisasi, diorganisasi,
kemudian dibikin seperti apa, diawasi,
agar bisa mencapai goals secara efektif dan efisien. That's
management. Sama, pertaniannya, industrinya, manusianya, infrastructure-nya,
segala macam, resources harus dikelola oleh para pimpinan di daerah itu,
pemerintahan daerah.
Yang ketiga, kepemimpinan itu sendiri, leadership. Pemimpin tidak
mungkin di balik meja terus, berjarak sama rakyatnya, sekali-kali turun,
sekali-kali dan seterusnya, dan seterusnya. Makin ke bawah harus lebih dekat
sama rakyat, lebih turun dan mengerti persoalan itu. Di samping yang lain-lain,
how to make decision, how to develop policy, dan sebagainya, leadership.
Yang keempat, ya mesti punya visi dong. Mau dibawa ke mana provinsinya,
dibawa ke mana kabupaten dan kotanya 5 tahun lagi? Bukan sekedar visi, misi mau
kampanye, tetapi betul-betul mau dibawa ke mana? Kalau misalkan mana untuk
contoh itu, Madiun itu. Mau dibawa ke mana Madiun, dalam bayangannya,
pendidikannya, kesehatannya, ekonominya, usahanya, usaha mikronya, kemudian
kebersihannya, energinya. Lima tahun lagi begini, harus bisa kita capai, itu ya
visi, ya goals ya.
Yang terakhir, faktor manusianya. Era globalisasi saya katakan tadi milik bagi
mereka yang pandai menciptakan peluang, mendapatkan peluang, mereka yang
inovatif, dan mereka yang memiliki can do spirit yang tinggi. Can do
spirit tidak ada sesuatu yang tidak bisa dilaksanakan.
Â
Saya selama enam tahun memimpin, bahagia dan senang, manakala ketemu Gubernur, Bupati, dan Walikota, begitu ketemu saya yang ada, "Pak SBY, Pak Presiden, saya akan begini, ini masalahnya begini, bisa, saya akan tingkatkan begini, ekonominya, kemudian pemerintahannya, infrastrukturnya." Senang betul saya. Saya dengarkan saja, cerita setengah jam, saya dengarkan. Saya motivasi, saya dorong apa yang bisa saya bantu. Tanda-tanda daerah itu beruntung dan akan maju. Tetapi sebaliknya, kalau ketemu dengan saya yang diceritakan yang lain-lain, wah ini saya sedih waduh, ini yang lain-lain gitu, padahal itulah yang mesti ada dalam pikiran beliau-beliau itu.
Saudara-saudara,
Itulah respon saya terhadap tema yang Saudara pilih. Tetapi, kalau saya ditanya apakah saya optimis atau pesimis terhadap revitalisasi pemerintahan daerah, upaya peningkatan efektivitas pemerintahan daerah, saya optimis. Sebagaimana optimisme saya kepada Saudara semua. Oleh karena itu, setelah 16 tutup, segera kembali, yang sudah saudara diskusi siang dan malam, sampai enggak tidur-tidur, praktekkan, yang indah-indah, yang baik-baik, jangan sampai indahnya pada saat di Lemhannas, kembali ke tempat masing-masing business as usual, berarti keliru Pak Muladi, kita. Tapi saya tetap optimis, saudara akan berhasil dan maju.
Sekian.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.