Sambutan Presiden RI pada Puncak Peringatan Ke-84 Hari Ibu, Jakarta, 18 Desember 2012

 
bagikan berita ke :

Selasa, 18 Desember 2012
Di baca 709 kali

SAMBUTAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PADA ACARA

PUNCAK PERINGATAN KE-84 HARI IBU

DI GEDUNG SME TOWER, JAKARTA

TANGGAL 18 DESEMBER 2012

 

 

 

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Salam sejahtera untuk kita semua,

 

Para Tamu dan Undangan baik dari dalam negeri maupun luar negeri yang saya hormati dan saya muliakan,

Ibu-ibu, Kaum Perempuan di seluruh Tanah Air yang saya cintai dan saya banggakan,

 

Alhamdulillah, hari ini kita kembali memperingati satu hari yang bersejarah yaitu Hari Ibu pada tahun 2012 ini. Oleh karena itu, atas nama negara dan pemerintah dan selaku pribadi, saya berserta Ibu Negara mengucapkan selamat kepada kaum perempuan di seluruh Tanah Air pada peringatan hari yang membahagiakan ini.

 

Saya juga ingin mengucapkan terima kasih, dan penghargaan yang tinggi kepada kaum ibu yang dipelopori oleh organisasi kewanitaan, atas bakti, partisipasi dan kontribusinya pada perjuangan dan pembangunan bangsa, termasuk perjuangan yang kaum perempuan laksanakan pada saat sebelum dan setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 yang lalu. Saya juga ingin mengucapkan selamat, terima kasih, dan penghargaan yang tinggi kepada para teladan dan para penerima tanda penghargaan.

 

Hadirin yang saya muliakan,

 

Tahun lalu, pada puncak peringatan Hari Ibu, saya telah menyampaikan, bahwa secara internasional peringatan seperti ini diwujudkan dalam yang disebut M0other's Day yaitu Hari Sayang Ibu dan Hari Untuk Berterima Kasih kepada Ibu. Juga kita kenal dengan International Women Day yang bertujuan untuk mengenang, dan mengucapkan terima kasih atas perjuangan kaum perempuan sedunia dalam bidang ekonomi, politik, dan sosial.

 

Kita mengetahui bahwa di awal abad ke-20 yang lalu, kaum perempuan juga gigih berjuang, di banyak negara di dunia. Yang waktu itu perjuangan mereka bertujuan untuk melakukan perbaikan kondisi kehidupan para pekerja. Kita ingat masa revolusi industri, banyak kaum pekerja yang tidak mendapatkan kondisi kehidupan yang baik. Oleh karena itulah, kaum ibu tampil di depan, berjuang, agar kaum pekerja itu mendapatkan hak-haknya dan kemudian juga bekerja dalam lingkungan yang baik.

 

Di Indonesia sendiri, hadirin yang saya cintai, di samping perjuangan untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan, kaum ibu juga aktif untuk melakukan perbaikan nasib dan kondisi kehidupan kaum perempuan di Indonesia. Dalam perkembangannya, sebagaimana pula yang terjadi di banyak tempat di dunia, kaum ibu berjuang lebih jauh lagi, juga melakukan upaya untuk perbaikan kondisi kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia secara keseluruhan.

 

Oleh karena itulah, pada hari yang bersejarah ini, saya ingin menyampaikan sekali lagi pendapat saya, bahwa pergerakan dan partisipasi kaum perempuan dalam kehidupan bangsa sekarang ini, dan di masa depan tetap relevan. Masih perlu dan musti kita pertahankan, siapa pun di negeri ini tidak boleh melakukan diskriminasi, seolah-olah hanya golongan ini atau kaum ini, yang punya hak untuk melakukan apa yang kita lakukan selama ini, tetapi sesuai dengan sejarah pergerakan dan perjuangan kaum perempuan, kita juga berharap semua organisasi kaum perempuan mendapatkan hak dan peluang yang sama untuk berkiprah dalam pembangunan di negeri tercinta ini.

 

Hadirin yang saya hormati,

 

Tahun lalu saya menekankan pada, dorongan kepada kaum perempuan untuk melakukan upaya yang bisa membawa manfaat bagi rakyat kita. Ibu-ibu masih ingat waktu itu, saya menekankan perlunya kontribusi Ibu-ibu dalam dunia pendidikan, dalam dunia sosial, dan dalam dunia kesehatan. Saya juga menekankan dan mendorong serta mendukung bahkan, karena Ibu-ibu sangat aktif dalam gerakan yang satu ini, yaitu gerakan untuk melestarikan lingkungan, utamanya gerakan tanam dan pelihara pohon. Saya bangga, saya gembira, dan saya mengucapkan terima kasih karena Ibu-ibu bukan hanya berkata saja, tetapi juga melaksanakan aksi nyata terhadap apa yang saya sampaikan tadi.

 

Khusus pada peringatan Hari Ibu tahun ini, saya hanya ingin menyampaikan dua hal, dua hal ini merespon sekaligus apa yang disampaikan oleh Ibu Linda Agum Gumelar tadi dan juga Ibu Vita Gamawan Fauzi, yang memang penting untuk kita camkan dan kemudian untuk kita lakukan secara bersama.

 

Yang pertama adalah berkaitan dengan tugas kita, tugas Indonesia dan bahkan tugas dunia untuk terus menyukseskan gerakan pembangunan yang kita kenal dengan development agenda, development goals bagi bangsa-bangsa sedunia. Mengapa ini penting? Karena MDGs (Millennium Development Goals) itu akan segera berakhir. Tiga tahun lagi, tahun 2015 diharapkan bangsa-bangsa sedunia bisa mencapai MDGs itu. Meskipun dalam kenyataannya hampir pasti tidak semua negara bisa mencapai goals atau tujuan itu, bahkan untuk negara-negara tertentu pun juga tidak semua tujuan itu bisa dicapai.

 

Oleh karena itulah, sekarang ini Perserikan Bangsa-Bangsa, dan seluruh bangsa di dunia sedang melakukan pemikiran, dan upaya bersama untuk yang pertama sejauh mungkin bisa mencapai tujuan MDGs, sekaligus untuk mempersiapkan perangkat baru, instrumen baru, dan bentuk kerja sama global yang baru setelah tahun 2015 nanti. Itulah yang sedang disusun oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang intinya kita ingin merumuskan pengganti atau penerus MDGs. Yang kita pikirkan adalah sekarang semacam Sustainable Development Goals, atau Sustainable Development Agenda. Intinya adalah MDGs itu tetap kemudian kita perkuat dan kita tambah dengan satu, atau dua sasaran yang kira-kira akan membulatkan upaya untuk menyukseskan pembangunan di seluruh dunia.

 

Bapak-Ibu hadirin yang saya hormati,

 

Sebenarnya tujuan pembangunan itu tiada lain adalah untuk mengurangi kemiskinan. Suatu saat menghentikan kemiskinan di dunia, ending poverty di dunia ini. Oleh karena itu, semua upaya baik MDGs maupun penerus MDGs nanti, haruslah diorientasikan dalam kurun waktu tertentu mengurangi kemiskinan itu, dan kemudian insya Allah pada saatnya nanti harapan dunia kemiskinan itu betul-betul sirna. Oleh karena itu, saya ingin dan saya senang, apabila kaum ibu memiliki kepedulian, dan juga bekerja nyata untuk bersama-sama menyukseskan MDGs ini. Mengapa? Ibu-ibu tahu kalau kita bicara MDGs kita mengutamakan keadilan gender, dalam dua tujuan MDGs misalnya itu juga berjuanglah dunia ini untuk mengurangi angka kematian ibu pada saat melahirkan, dan juga mengurangi angka kematian anak pada saat dilahirkan sampai berusia 5 tahun. Oleh karena itulah wajib hukumnya Ibu-ibu sekalian bukan hanya peduli tetapi juga bekerja nyata untuk menyukseskan MDGs ini.

 

Di samping itu, MDGs juga berkaitan dengan pendidikan, kesehatan dan lingkungan yang juga menjadi kepedulian Ibu-ibu sekalian, itu yang pertama. Dan saya mengundang kaum perempuan, kaum ibu, para organisasi kewanitaan, para aktivis perempuan, NGO, siapa pun, untuk memberikan sumbangan pemikiran kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa, melalui High Level Panel yang sudah dibentuk, agar dapat kita rumuskan satu kerangka kerja sama global yang baru nanti, yang benar-benar cocok dengan yang dihadapi oleh bangsa-bangsa sedunia dan juga yang dihadapi oleh bangsa Indonesia.

 

Hadirin yang saya hormati,

 

Bagian kedua, atau bagian terakhir, sebagaimana yang sampaikan tadi, ini juga merespon apa yang disampaikan oleh Ibu Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, pentingnya kita untuk, sekali lagi, melakukan penghormatan, dan pemuliaan kepada kaum perempuan.

 

Sebenarnya budaya yang hendak kita bangun, dan kita hadirkan di negeri tercinta ini adalah budaya saling menghormati, dan saling memuliakan. Tentu kaum laki-laki wajib menghormati dan memuliakan kaum perempuan, demikian juga kaum perempuan menghormati, dan memuliakan kaum laki-laki. Oleh karena itu, saya setuju, Ibu Linda, bahwa kita harus sama-sama menghormati lembaga perkawinan. Kita harus menghormati, menjunjung tinggi, mematuhi Undang-Undang Perkawinan, juga sekaligus menjunjung tinggi nilai moral dan etika dalam kaitan ini.

 

Saya mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk mencegah pelecehan dan tindakan kekerasan terhadap kaum perempuan. Hormati dan lindungi hak-hak kaum perempuan. Saya juga mengajak kepada semua pemimpin di negeri ini, baik pemimpin formal maupun pemimpin non formal untuk menjadi contoh, menjadi teladan, sekaligus memberikan contoh kepada yang dipimpin. Itulah amanah, itulah tugas, dan tanggung jawab seorang pemimpin, yang memang tidak ringan, tetapi itulah yang harus dilakukan oleh semua pemimpin di negeri tercinta ini. Yang hendak kita tuju juga sebuah budaya yang baik, yaitu budaya adiluhung. Masyarakat yang hendak kita bangun dan tuju juga masyarakat yang baik, the good society, good society atau masyarakat yang baik. Ini penting.

 

Saya melihat apa yang terjadi di negeri kita, dan sebenarnya juga terjadi di banyak negara di dunia karena globalisasi. Di negeri kita mungkin karena demokratisasi dan reformasi yang kita lakukan ini, tidak sadar, di samping banyak kebaikan yang kita raih muncul pula ekses serta dampak-dampak yang negatif. Ingat, globalisasi adalah kenyataan abad ini. Kita tidak bisa menghindar yang penting yang jelek-jelek jangan sampai masuk ke negeri kita, tetapi yang baik-baik misalkan kerja sama ekonomi dalam era globalisasi yang menguntungkan negara kita tentu wajib kita laksanakan. Artinya, cerdaslah kita melihat globalisasi. Jangan semua dilihat sebagai ancaman, ada juga peluangnya, itu globalisasi. Demokrasi adalah pilihan kita, namun ada juga ekses dari demokrasi dan kebebasan, itu yang kita cegah dan tidak boleh kita biarkan. Reformasi agenda kita, namun dalam pelaksanaannya jangan pula ada penyimpangan-penyimpangan.

 

Dengan penjelasan itu, memang ada semacam godaan atau ekses dari globalisasi, demokratisasi dan reformasi, misalnya kebebasan yang digunakan secara absolut, kebebasan sebebas-bebasnya dan tidak peduli kepada kebebasan orang lain, dan hak orang lain. Ada juga penggunaan hak yang melebihi kepatutannya, seolah-olah hak itu berdiri sendiri tanpa peduli ada kewajiban dan tanggungjawabnya. Ada juga karena modernisasi, globalisasi, dan reformasi, seolah-olah nilai-nilai budaya bangsa dianggap tidak perlu, dianggap itu milik masa lalu. Banyak di antara kita yang cenderung untuk menjadi materialistik, dan hidup dalam suasana yang hedonistik, berlebih-lebihan, berfoya-foya, Tidak sadar kita mengagung-agungkan identitas global, dan melupakan identitas dan jati diri bangsa sendiri. Mari kita sadari, kita ingin menang dalam globalisasi, kita ingin demokrasi kita tumbuh matang dan berkualitas, dan reformasi kita berhasil. Tetapi ingat, harus betul-betul waspada dan peduli terhadap penyimpangan dan ekses-ekses yang tidak semestinya.

 

Oleh karena itu, pada kesempatan yang mulia ini, di hadapan kaum perempuan dan kaum ibu di seluruh Tanah Air, saya ingin mengingatkan bahwa di tengah gegap gempitanya globalisasi, demokratisasi dan reformasi yang masih berlangsung sekarang ini, jangan lupa bahwa yang kita tuju tiada lain adalah kehidupan masyarakat yang baik, kehidupan bangsa yang baik, yang saya rumuskan tadi dalam istilah good society.

 

Pertama, masyarakat kita haruslah masyarakat yang religius. Bukan dilihat dari sisi-sisi ritualnya, tetapi penghayatan pada nilai-nilai agama. Agama mana pun yang pasti mengajarkan hal-hal yang bajik, bijak, dan benar. Religius. Jangan bikin masyarakat kita jauh dari kehidupan dan nilai-nilai agama.

 

Yang kedua, mari kita bangun masyarakat tetap dalam suasana saling menghormati. Laki-laki menghadapi perempuan, perempuan menghadapi laki-laki, semua di antara komponen masyarakat saling menghormati, saling menghargai, dan bahkan saling menyayangi. Masyarakat kita majemuk, majemuk karena agama, karena etnis, karena suku, karena bahasa, karena daerah. Oleh karena itulah, Indonesia yang kita cita-citakan, masyarakat yang hendak kita tuju adalah masyarakat, masyarakat yang rukun dan toleran.

 

Kita juga ingin tetap menjaga jati diri kebangsaan kita, nilai-nilai lokal, budaya-budaya daerah, yang itu merupakan kekayaan dan kebanggaan kita. Jangan tercabut karena globalisasi dan reformasi. Kita ingin menjadi masyarakat dan bangsa yang maju dan berpengetahuan. Harus. Kalau tidak maju dan tidak berpengetahuan, kita akan kalah dalam globalisasi, kita akan menjadi the losers, dan bukan the winners. Tentu kita ingin menang dalam globalisasi ini. Kita tentu juga harus menghormati nilai-nilai universal, karena semua bangsa menghormatinya. Kita bagian dari dunia. Kita tidak boleh menganggap dunia itu serba ancaman, negara-negara lain itu juga begitu. Tetapi di era sekarang kita harus cerdas dan bijak membangun persahabatan, kerja sama, dan kemitraan dengan dunia, dengan negara-negara sahabat. Dan masyarakat yang baik, good society, juga ditandai oleh budaya dan karakter antikekerasan. Dalam bahasa lain, disebut masyarakat yang civilized. Kalau di antara kita mudah sekali melaksanakan aksi kekerasan, main hakim sendiri, menindas golongan yang lain secara fisik, berarti kita belum menjadi good society, kita belum menjadi masyarakat yang berkeadaban tinggi.

 

Akhirnya, kalau semua bisa kita wujudkan, Bapak, Ibu, dan Hadirin sekalian, maka sesungguhnya kesejahteraan dan keadilan akan hadir, sejahtera lahir dan batin. Mengapa? Bukan hanya kemajuan ekonomi, bukan hanya tingkat kehidupan yang makin layak, tapi lingkungan Indonesia ini, kita semua, menghadirkan rasa aman, rasa tentram, rasa adil, teduh. Sehingga kita hidup dalam sebuah suasana yang benar-benar baik, good society yang saya gambarkan tadi.

 

Semua yang terjadi di negeri ini, marilah kita dekati dengan cara pandang seperti itu, dengan konsep kebangsaan yang utuh. Dengan demikian, jelas ketika mendidik dan mengarahkan anak-anak kita, generasi muda kita, jelas kita memberikan contoh, mengasuh, membina, dan bagi para pemimpin mengelola kehidupan di negeri ini. Sehingga cita-cita para pendiri Republik kita ingin menjadi negara maju, adil, dan sejahtera, insya Allah dengan pertolongan Tuhan Yang Maha Kuasa akan bisa terwujud.

 

Inilah yang dapat saya sampaikan, Ibu-ibu yang saya cintai dan saya banggakan, pada kesempatan yang membahagiakan ini. Sekali lagi, terima kasih, dan terimalah penghargaan saya kepada kaum ibu, kaum perempuan, teruslah berjuang untuk bangsa dan negara kita.

 

Terima kasih,

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

 

 

 

Asisten Deputi Naskah dan Penerjemahan,

Deputi Bidang Dukungan Kebijakan,

Kementerian Sekretariat Negara RI