Sambutan Presiden RI pd Acara Buka Puasa Bersama , tgl.31 Juli 2013, di Kab.Bondowoso, Jatim

 
bagikan berita ke :

Rabu, 31 Juli 2013
Di baca 757 kali

SAMBUTAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PADA ACARA

BUKA PUASA BERSAMA DENGAN PARA ALIM ULAMA, TOKOH MASYARAKAT, DAN PARA CENDEKIAWAN MUSLIM

TANGGAL 31 JULI 2013

DI PENDOPO KABUPATEN BONDOWOSO

 

 

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Yang saya muliakan dan saya cintai para Alim Ulama, para Tokoh Masyarakat, dan para Cendekiawan,

Yang saya hormati para Menteri, Kapolri, Pimpinan Perbankan BUMN, dan semua rombongan dari Jakarta,

Yang saya cintai Pakde Karwo beserta Ibu, dan semua rombongan yang datang dari Surabaya, Pak Bupati beserta Ibu, dan semua yang bertugas di Bondowoso,

Hadirin-Hadirot, Kaum Muslimin dan Muslimat yang dimuliakan Allah Subhanahu Wata'ala.

Sebelum saya menyampaikan pesan, ajakan, dan harapan yang sekaligus untuk melengkapi apa yang disampaikan oleh penceramah kita tadi Bapak Dr. Abdullah Syamsul Arifin, saya ingin menyampaikan ke hadapan Bapak dan Ibu bahwa ini benar kunjungan saya, dan barangkali kunjungan presiden-presiden sebelum saya yang pertama kali ke Bondowoso.

Sudah lama kami ingin berkunjung dalam kapasitas saya sebagai presiden, sebelumnya kami sudah pernah berkunjung ke kota ini, tetapi karena kepadatan dan saya harus membagi waktu di seluruh Indonesia, dari satu provinsi ke provinsi yang lain, dari satu kabupaten ke kabupaten yang lain, maka baru kali ini, saya meminta maaf, tapi alhamdulillah Allah telah mengizinkan saya untuk berkunjung sekaligus dengan acara Safari Ramadhan yang setiap tahun saya dan rombongan lakukan.

Untuk kali ini, tahun ini, Safari Ramadhan saya memang gilirannya Jawa Timur, kemarin saya setelah mendarat di Malang dari Jakarta melakukan perjalanan darat, dan berkunjung menemui saudara-saudara kita mulai dari Malang, Dampit, dan Lumajang. Tadi pagi dari Lumajang kami menuju ke Puger, bertemu dengan para nelayan, kemudian ke Jember, dan kemudian, alhamdulillah sore ini sampai di Bondowoso. Nanti malam, kami akan bergerak lagi menuju Probolinggo untuk bermalam di sekitar Paiton, untuk insya Allah besok pagi kami melanjutkan perjalanan ke Probolinggo, ke Pasuruan, Sidoarjo, dan kemudian Surabaya. Akan ada acara bertemu dengan para ulama dan handaitaulan di Surabaya, sebelum insya Allah pada tanggal 2 Agustus nanti kami kembali ke Jakarta untuk mengikuti kegiatan persiapan Idul Fitri, dan persiapan Peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, insya pada tanggal 17 Agustus yang akan datang.

Biasanya Bapak-Ibu, saya dan Ibu Ani, dan rombongan ini kalau Safari Ramadhan, itu memilih sasaran-sasaran, memilih bertemu dengan saudara-saudara kita komunitas golongan menengah ke bawah. Mengapa? Kalau yang sudah menengah ke atas saya kira harus lebih bersyukur, berbuat yang baik untuk negeri ini, dan kemudian ikut membantu pemerintah di dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu, yang kami lihat biasanya kehidupan atau komunitas petani, nelayan, buruh, usaha mikro, kecil, dan menengah, pendidikan, kesehatan, infrastruktur di perdesaan dan sebagainya.

Saya selalu didampingi oleh para menteri, dan sebetulnya menterinya cukup lengkap, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan juga bersama saya, Pak Nuh. Kemudian Menteri Kesehatan sebetulnya juga bersama saya, Ibu Nafsiah Mboy. Lantas Menteri Pekerjaan Umum, Pak Joko Kirmanto juga bersama saya, tapi izin dulu ke Banyuwangi. Lantas Menteri Kelautan dan Perikanan, Pak Cicip Sutarjo, juga ada bersama saya. Lantas Menteri Perindustrian, Bapak Muhammad Hidayat, juga bersama saya, Menteri Perdagangan, bersama-sama tapi izin ke Jakarta duluan, Pak Gita Wiryawan, tentu Pak Sudi Silalahi, Menteri Sekretaris Negara. Siapa lagi yang belum saya? Menteri Pertanian, Pak Suswono.

Beliau-beliau saya ajak untuk melihat langsung kondisi di lapangan, di kecamatan, dan di desa. Saya sudah berbicara dengan Pak Amin dan Pakde Karwo tentang kondisi Bondowoso, meskipun alhamdulillah kemiskinan telah berkurang, dari sekitar 22% menuju ke 17% tetapi angka ini masih di atas angka nasional. Saya lihat juga beberapa infrastruktur memang memerlukan peningkatan, dan perbaikan. Oleh karena itu, karena saya lihat langsung tadi, saya meminta Pak Gubernur, Pak Bupati tolong dibikin rencana khusus apa yang bisa Pemerintah Pusat lakukan untuk membantu percepatan pembangunan di Bondowoso ini.

Yang konkrit, apa saja? Memang yang harus dibantu oleh pemerintah itu banyak sekali, ada ratusan kabupaten dan kota, ada puluhan provinsi, ribuan kecamatan, tetapi kita bisa bikin prioritas, kita bisa mendahulukan yang mana? Kemudian menomorduakan yang mana pula. Menurut pandangan saya Pak Gubernur, Pak Bupati, harus ada percepatan untuk Bondowoso ini, dan para menteri, para menteri, nanti kalau ada usulan dari Pak Bupati dan Pak Gubernur setelah dipandang ok, memenuhi syarat, maka tolong dibantu. Tentu, mulai tahun depan karena tahun sekarang APBN dan APBD sudah berjalan. Oleh karena itu, insya Allah kalau dimulai tahun depan dengan alokasi sasaran, alokasi anggaran yang tepat hasilnya akan nyata. Ini bukan janji tetapi kewajiban, setelah melihat kondisi di Bondowoso ini, dan tentunya menjadi amanah dari jajaran pemerintah, baik pusat maupun daerah sendiri.

Bapak-Ibu, Hadirin-Hadirot yang saya muliakan,

Saya senang mendengar ceramah dari Dr, Abdullah tadi, sudah sama-sama kita dengar, saya bersetuju. Baik ulama maupun umaro, itu mengemban tugas yang tidak ringan, tapi mulia. Kalau saya menggunakan bahasa umaro, tugas dan kewajiban ulama itu membikin umatnya baik, umat Islam di negeri kita ini, yang terbesar di dunia. Sehingga kalau umatnya baik, tutur katanya baik, sikapnya baik, perilakunya baik, menjalankan ajaran yang benar sesuai dengan firman Allah dan sabda Rasululloh, rukun, memiliki jiwa toleransi yang tinggi, sayang menyayangi sama yang lain, maka umat kita akan menjadi umat teladan, menjadi contoh di dunia, dan akhirnya mengangkat Islam, agama yang sangat kita cintai, dan benar bahwa Islam adalah rahmatan di semesta alam. Itulah tugas utama ulama dalam harapan seorang umaro.

Tugas umaro adalah untuk terus-menerus memikirkan, dan meningkatkan kesejahteraan rakyatnya, warga negaranya. Warga negara bisa dikatakan makin baik kesejahteraannya, manakala kebutuhan dasarnya bisa dipenuhi, pangan, sandang, hunian yang layak, pendidikan yang baik, kesehatan yang baik, rasa aman, rasa adil, termasuk lingkungan, tentu yang baik bagi kehidupan mereka.

Inilah mengapa sejak Indonesia berdiri 17 Agustus 1945, mulai dari Bung Karno, Pak Harto, Pak Habibie, Gus Dur, Ibu Megawati, saya, dan pemimpin-pemimpin pengganti saya nanti, membangun dan membangun agar kesejahteraan rakyat terus dapat kita tingkatkan. Membangun negara tidak seperti membalik telapak tangan, negara mana pun memerlukan ratusan tahun untuk menjadi negara maju, dan negara sejahtera. Oleh karena itu, tidak ada pilihan lain bagi umaro beserta jajaran pemerintahannya untuk berbuat sekuat tenaga, siang dan malam memikirkan rakyatnya, terutama golongan yang tidak mampu dan golongan miskin, agar dari hari ke hari, dari tahun ke tahun kesejahteraannya makin meningkat. Tentu, kalau ulama membimbing, mengajak, mendidik, umaro juga punya tugas yang sama dalam konteks kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Untuk Bapak-Ibu ketahui, Indonesia ini sudah dibagi habis dalam provinsi, ada 33 provinsi, secara nasional, sebagai seorang umaro saya bertanggung jawab tentang negeri kita ini, tentang Indonesia. Nah, para gubernur bertanggung jawab di provinsinya masing-masing. Masing-masing provinsi dibagi lagi habis dalam kabupaten dan kota, para bupati dan walikota bertanggung jawab pada kabupaten dan kotanya termasuk kehidupan masyarakatnya. Kabupaten dan kota dibagi lagi ada kecamatan-kecamatan bahkan sampai desa.

Kalau semua umaro yang bertugas di negeri ini mulai dari saya sampai yang paling depan bekerja juga siang dan malam, memikirkan rakyatnya, berupaya, berikhtiar pastilah pembangunan akan berjalan dengan baik. Oleh karena itu, yang diperlukan adalah kebersamaan ulama dan umaro, tapi sekaligus di kalangan umaro kita juga harus bersama-sama bertanggung jawab pada lingkup tugasnya, pada daerahnya masing-masing. Seorang bupati dipilih oleh rakyat di kabupaten itu, bertanggung jawab sang bupati untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di kabupatennya, terus demikian, gubernur, sampai dengan presiden. Saudara-saudara ini adalah tugas utama kami.

Sebenarnya kita terus berupaya, tidak pernah berhenti, pemerintah berikhtiar menjalankan program, mengembangkan kebijakan, mengalokasikan anggaran agar sekali lagi kehidupan masyarakat bertambah baik. Kesejahteraan rakyat akan meningkat manakala ekonomi tumbuh dengan baik. Ekonomi bisa tumbuh dengan baik kalau keadaan dalam negeri kita baik, politiknya stabil tidak terlalu gaduh, kehidupan sosialnya relatif aman, tenteram, dan tertib, tidak terlalu banyak kekerasan, kerusuhan, dan keonaran, hukumnya tegak, semua menghormati hukum, yang salah diberikan sangsi. Kalau itu semua tercipta aman, tertib, dan stabil hampir pasti ekonomi akan tumbuh. Kalau ekonomi tumbuh hampir pasti kemiskinan berkurang, pengangguran berkurang, dan kesejahteraan rakyat meningkat.

Kita harus bersyukur Bapak-Ibu, Hadirin dan Hadirot yang sangat saya muliakan.

15 tahun yang lalu negara kita mengalami krisis, hampir runtuh, dunia meramalkan Indonesia bubar. Alhamdulillah Allah Maha Besar, negara kita tidak bubar, karena kita sadar segera bersatu untuk membangun negeri ini. 15 tahun kemudian, sekarang lihat di Eropa ekonominya susah, di Timur Tengah, saudara-saudara kita di sana sedang menghadapi ujian. Kalau alhamdulillah umat Islam di Indonesia bisa beribadah dengan baik di bulan suci Ramadhan ini, tidak demikian saudara-saudara kita, di Mesir, di Syria, di Irak, di Afganistan, dan di Pakistan. Mari kita syukuri sambil memetik pelajaran.

Kita juga pernah menghadapi ujian masa-masa yang gelap dulu. Alhamdulillah sudah kita lampaui, negara sedang diuji, diuji dan dicoba oleh Tuhan. Kita belajar jangan sampai kegelapan di waktu yang lalu datang kembali ke negeri kita, benar yang disampaikan oleh Bapak Abdullah tadi, bahwa kita harus jernih melihat negara, melihat jernih hubungan antara negara dan agama, negara kita negara yang berketuhanan. Oleh karena itu, masyarakat kita haruslah masyarakat yang religius. Kalau komunitas Islam, ya harus Islami kehidupan di masyarakat itu. Kalau kita pandai menempatkan filosofi ini akan tentram. Ulama dan umaro akan bisa bersinergi dengan sebaik-baiknya, karena, sudah ya? Masih berapa menit?.

Jadi, yang diharapkan rakyat itu kan Bapak-Ibu, saya ini sejak jadi presiden menerima SMS Ibu-ibu jumlahnya 3,5 juta sampai sekarang, ada yang senang, ada yang bersyukur, ada yang marah-marah, ada yang marahnya luar biasa, yaitulah rakyat kita, saya cintai apa adanya memang begitu. Kemudian surat itu lebih dari 150 ribu, saya juga aktif di media sosial, di twiter, di facebok setiap saat berinteraksi.

Kalau saya simpulkan, rakyat kita ini sebetulnya diharapkan adalah negaranya aman, tenang, dan damai, bebas dari rasa ketakutan. Itu yang mereka harapkan. Mereka juga bisa mencukupi kebutuhan sehari-harinya, tidak muluk-muluk, bisa punya makanan yang cukup, bisa punya sandang, ada hunian yang layak, putra-putrinya bisa bersekolah, kalau sakit bisa berobat, kemudian lingkungannya juga tidak buruk dan sebagainya. Lantas mereka juga tidak suka kalau politik ini gaduh, kalau politisi berantem satu sama lain, rakyat tidak suka, tapi kalau politisi akur meskipun berkompetisi tapi tidak memutus silaturahim, rakyat kita juga suka. Jadi sebenarnya justru segala sesuatunya harus kita arahkan, kita tujukan untuk memenuhi harapan, keinginan, dan kebutuhan rakyat kita.

Saya mengajak melalui mimbar yang sangat penting ini ya Pak Bupati, Pak Gubernur, tapi semua jajaran, entah Komando Teritorial Militer, Komando Kepolisian Daerah, pejabat pemerintahan, semua, mari kita dengarkan apa yang diharapkan oleh rakyat, itu saja. Rakyat tidak perlu teori yang muluk-muluk, tidak perlu strategi yang hebat-hebat, apakah kehidupan sehari-harinya dari tahun ke tahun bertambah baik, itu. Dan, yang terakhir, kemarin di Lumajang saya ceritakan bahwa saya sebagai presiden juga terus mengelola misalkan mudik lebaran sekarang ini. Saudara kita yang mudik itu 30 juta motor, kendaraan roda dua itu 2,5 juta lebih mudik lebaran, kendaraan pribadi roda empat 1,5 juta lebih, belum kendaraan penumpang, kereta api, kapal laut, pesawat terbang, bis, dan sebagainya.

Itu mengapa luar biasa lonjakannya? Karena alhamdulillah, karena ekonomi kita tumbuh, tidak seperti negara lain sedang susah, akhirnya sebagian besar pendapatan rakyat kita meningkat mereka mampu beli motor, mobil dan sebagainya. Akibatnya tentu ada masalah-masalah yang harus kita kelola, 100 ribu polisi dikerahkan, kita kerahkan BBM lebih banyak lagi untuk mereka, kalau ada masalah ada kesehatan para dokter yang sudah siap, kemudian dipastikan angkutannya cukup. Semua kita pikirkan untuk melakukan seperti itu, ini juga tugas pemerintah, tugas umaro untuk memikirkan.

Harga-harga, ini juga begitu, biasanya kalau Ramadhan Ibu-ibu, selalu ada yang naik, selalu ada yang tetap, selalu ada yang turun. Cabai, bawang itu biasanya naik, alhamdulillah kalau beras, gula pasir, minyak goreng curah stabil, daging sapi naik, daging sapi hati-hati, jangan maunya serendah-rendahnya, nanti peternak kita dapat apa? Petani kita dapat apa? Harganya itu yang pas, harganya yang pas, peternak kita dapat keuntungan yang layak, harus, tetapi yang lain bisa beli. Inilah yang kita usahakan insya Allah mendekati 70 sampai 75 ribu/kg, sehingga baik bagi semua. Demikian juga yang lain, kedelai, kalau yang lain-lain komoditas seperti gula, kopi, gula, jagung, dan beras insya Allah cukup, tapi masih ada yang harus kita tingkatkan. Dan Jawa Timur, ini bukan di depan Pakde, ini patut diacungi jempol karena termasuk lumbung padi nasional. Saya sebagai putra Indonesia kelahiran Pacitan ikut bangga sama Jawa Timur.

Dan kemudian, mari kita pertahankan Jawa Timur menjadi provinsi yang religius, umat Islam yang menjadi contoh, dan panutan, menjalankan ajaran dengan benar, menaburkan keteduhan, salam, dan kedamaian. Sehingga di sinilah sungguh-sungguh ajaran Islam yang dipraktikkan dengan benar. Kalau ada kawan-kawan kita yang tersesat, ajak kembali ke jalan yang benar. Kalau ada perselisihan, selesaikan secara damai, kekerasan bukan solusi, kekerasan menimbulkan kekerasan yang lain, dan bukan itu sesama bangsa, sesama umat Islam, sesama warga negara Indonesia.

Demikianlah pesan saya dan Bapak-Ibu, nanti malam saya pamit dulu melanjutkan perjalanan insya Allah kita ketemu lagi di lain kesempatan, tetapi saya mendoakan agar Sidoarjo, ee Bondowoso yang sama-sama kita cintai ini makin ke depan makin maju, makin sejahtera, dan adil. Dan, jangan lupa para menteri yang saya sampaikan tadi, berikan bantuan sesuai dengan rencana yang disampaikan oleh Pak Bupati.

Terima kasih, selamat beribadah semoga ibadah kita diterima, dan mendapatkan ridho Allah SWT.

Sekian,

Wasalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

 

Asisten Deputi Naskah dan Penerjemahan,

Deputi Bidang Dukungan Kebijakan,

Kementerian Sekretariat Negara RI