SBY Menerima Pengurus PWI (2008-2013) - Pers Salah Satu Kontributor Demokrasi

 
bagikan berita ke :

Jumat, 01 Agustus 2008
Di baca 709 kali


Ketua Umum PWI Periode 2008-2013, Margiono, melaporkan bahwa kongres yang berlangsung selama dua hari, 28-29 Juli 2008, diikuti 34 cabang dari seluruh tanah air dan dipantau tokoh-tokoh pers tersebut berjalan dengan lancar dan demokratis. “PWI telah meneguhkan diri sebagai organisasi profesi jurnalis dan akan terus meningkatkan profesionalisme kewartawanan. Hanya dengan tingginya tingkat profesionalisme itu pers dapat mengemban fungsi sebagai kontrol sosial yang konstruktif, memberikan informasi yang mencerahkan kehidupan bangsa dan pada akhirnya akan menjadi salah satu pilar demokrasi di negeri ini,” kata Margiono.

Margiono menyampaikan keinginan peserta kongres untuk diberlakukannya secara penuh Undang-undang Pers dalam menangani persoalan-persoalan pers. “Ada sejumlah pasal dalam Undang-undang Pemilu yang dirasakan dapat mengancam kemerdekaan pers karena didalamnya terdapat ancaman sanksi yang sudah tidak tidak relevan lagi, seperti pencabutan ijin. Padahal pers saat ini sudah tidak ada ijin terbit. PWI akan mengajukan judicial review atas undang-undang tersebut dan bisa menjamin bahwa tidak ada lagi pasal-pasal dikemudian hari yang mengancam kemerdekaan pers,” ujar Margiono.

Presiden SBY mengucapkan selamat kepada jajaran pengurus PWI 2008-2013. “Saya berharap kepercayaan dan kehormatan yang saudara-saudara dapatkan dari keluarga besar PWI dapat dipertanggungjawabkan dan dilaksanakan sebaik-baiknya sesuai dengan aspirasi PWI dan harapan kita semua,” pesan Presiden SBY.

Kepada para anggota PWI Presiden SBY menjelaskan inti dari Presidential Lecture yang pagi tadi dilaksanakan. “Yang menarik adalah perjalanan demokrasi di Indonesia dipandang oleh beberapa pihak berjalan sesuai dengan track, melangkah ke depan, dan menjanjikan. Dikontraskan tadi dengan demokrasi di Amerika Serikat yang dikatakan tujuh tahun terakhir ini mengalami gerak mundur. Tentu kita senang dengan penilaian ini. Tapi bagi saya adalah bukan masalah senang atau tidak senang. Ini satu cermin bahwa di tengah-tengah belum puasnya kita, tetapi oleh banyak kalangan dianggap sesuai dengan jalur,” SBY menerangkan.

”Saya sebagai kepala negara yang sedang mengemban amanah tentu bila ada yang baik seperti ini, saya teruskan kepada para penyumbang dan kontributornya. Makin mekarnya demokrasi di negeri ini, termasuk tentunya pilar dan kontributor yang sangat penting yaitu pers dan media massa. Tentu masih ada penyumbang-penyumbang mekarnya demokrasi yang lain seperti kampus, mahasiswa, dan lain-lain,” SBY menambahkan.

Presiden SBY berpesan bahwa semua tahapan itu harus dihadapi dan dicarikan solusinya jika betul-betul kita ingin membangun demokrasi yang baik dan benar. "Saya percaya kalau kita semua bersatu, tidak gamang, dan hilang kepercayaan, insya Allah kita akan sampai pada demokrasi yang pas betul dengan nilai-nilai Indonesia dan universal yang mensejahteraan rakyat. Ini juga ujian bagi seorang kepala negara. Belum tentu semua siap secara mental menjadi pemimpin, siap dicaci maki, gambarnya diinjak-injak dan dibakar. Kalau saya larut di situ, saya tidak bisa bekerja. Oleh karena itu dengan tegas saya hadapi semua itu dan saya berdoa jangan sampai saya tergoda untuk melakukan sesuatu yang membalikkan arus demokrasi itu. Saya harus mengalah dan berkorban demi kebaikan,” ujar SBY.

Mendampingi Presiden SBY dalam silaturahmi dengan pengurus PWI ini, antara lain, Menko Polhukkam Widodo AS, Menko Kesra Aburizal Bakrie, Plt. Menko Perekonomian/Menteri Keuangan Sri Mulyani, Mensesneg Hatta Rajasa. dan Menkominfo M. Nuh.




Sumber:

http://www.presidenri.go.id/index.php/fokus/2008/07/31/3332.html

Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
0           0           0           0           0