Tidak Hanya Indikator Makro Ekonomi, HDI Juga Penentu Kemajuan Bangsa

 
bagikan berita ke :

Selasa, 24 Februari 2009
Di baca 857 kali

 

Hal tersebut disampaikan oleh Mensesneg saat menghadiri acara seminar dengan topik “Penguatan Modal Sosial Masyarakat Sulawesi Selatan Bagi Peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)” di sela-sela kunjungan kerjanya di Makassar, Sulawesi Selatan, Sabtu (21/2).  

“Misalkan Vietnam dengan Pakistan. Jika ukurannya hanya growth semata, hasilnya sama. GDP-nya pun sama. Tapi begitu diukur HDI-nya, hasil jauh berbeda. Vietnam memiliki tingkat kesehatan jauh lebih baik daripada Pakistan. Oleh sebab itu, pemerintah sekarang ini menyatakan ada 3 pilar pembangunan nasional yaitu pro-growth, pro-poor, dan pro-job,” papar Mensesneg di dalam acara seminar yang diselenggarakan oleh Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung (IA-ITB) Daerah Sulawesi Selatan dan dihadiri oleh sejumlah pimpinan daerah para alumni IA ITB tersebut.

Mensesneg, lebih lanjut, menyatakan bahwa tidak mungkin pembangunan dilaksanakan tanpa equity karena akan menimbulkan gap sosial yang besar yang pada akhirnya dapat menimbulkan ada sebagian masyarakat yang akan tersisih.

Mensesneg menilai bahwa tatanan ekonomi global yang tidak adil saat ini telah membuat masyarakat 21 penyandang HDI tertinggi semakin tinggi dan yang berada di bawah indeks 0,5 semakin tidak mampu bergerak. “Kita harus bersyukur karena kita berada di tengah dan terus naik. Bahkan, Indonesia saat ini masuk G-20. Namun jangan puas dulu karena kita masih harus bergulat untuk mengurangi gap antara the have and the have not,” ujar Mensesneg mengingatkan.

Acara seminar tersebut menampilkan tiga pembicara yang berkompeten dalam bidangnya masing-masing, yaitu Prof. Dr. Mappadjantji Amien, Prof. Dr. Veni Hadju, dan Prof. Dr. Darmawan Salman. Ketiga narasumber tersebut menyoroti modal sosial dari tiga sudut pandang berbeda, yaitu pendidikan, kecukupan gizi dan pangan, serta sosal ekonomi yang kondusif.

Ketua IA ITB Sulsel, Syafuddin Patiwiri, dalam sambutannya mengungkapkan bahwa HDI Indonesia saat ini masih berada pada posisi 108, masih jauh dibandingkan negara tetangga Malaysia yang sudah menempati posisi 61. menurutnya, Indonesia masih menghadapi berbagai masalah sosial, seperti kemiskinan, kesehatan masyarakat, maupun mutu pendidikan. Akumulasi dari berbagai permasalahan tersebut sudah seharusnya ditangani oleh berbagai pihak. Diharapkan, hasil seminar tersebut bisa ditindaklanjuti sehingga ada outcome yang jelas dan nyata. (REDAKSI)


Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
0           0           0           0           0