Doorstop Presiden RI - Peninjauan ke PT TPPI, Tuban, 11 November 2015

 
bagikan berita ke :

Rabu, 11 November 2015
Di baca 946 kali

DOORSTOP PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PENINJAUAN KE PT TRANS PACIFIC PETROCHEMICAL INDOTAMA (TPPI)

TUBAN, JAWA TIMUR

11 NOVEMBER 2015

 

 

 

Presiden:

Sampai 2004, 2006 dimulai operasi dengan kondensatnya, bahan baku kondensat dari Pertamina.

 

Kemudian ada masalah lagi.Karenatidak bisa membayar, menjadi masalah hukum, berhenti. Ini sudah empat tahun berhenti. Saya sampaikan saat itu agar masalah hukum diselesaikan di wilayah hukum. Di wilayah ekonomi dan bisnis, harus jalan.

 

Saya berikan target kemarin:Oktober harus dimulai. Saya cek. Disini alhamdulillah, meskipun baru 70%, tapi sudah dimulai. Dan insya Allah nanti, pada akhir tahun, sudah mencapai 100%.

 

Dengan beroperasinya TPPI, impor kita, impor untuk premium bisa turun kurang lebih 19%.Kalau yang disini digabungkan dengan yang di Cilacap, menjadi kira-kira 29% sekarang. Nantinya, pada bulan Desember, akan mencapai kurang lebih 36% impor itu bisa dihemat. Dan solarnya mencapai—sekarang 40%, nantinyamenjadi tidak ada impor pada akhir tahun.Proses-proses seperti ini yang akan terus kita kerjakan.

 

Danini, di kompleks TPPI Tuban ini, ke arah depannya akan menjadi kompleksindustri petrokimia di Indonesia. Ini sebuah keputusan politik yang tadi saya putuskan di dalam rapat.Dankita harapkan, nantinya turunan-turunan dari proses produksi disini semuanya akan dihasilkan di kompleksindustri petrokimia itu,seperti misalnya bahan tekstil, kemudian bahan untuk TNT, kemudian polyesther, kemudian untuk lem, untuk kaca film. Semuanya bisa diproduksi disini.

 

Ini saya sampaikan, ini adalah masa depan industri dasar petrokimia di Indonesia. Jangan berhenti.

 

Wartawan:

(Audio tidak jelas)

 

Presiden:

Nanti silakan tanya ke Bu Menteri atau ke Pak Dirut Pertamina. 2,6 miliar per tahun yang bisa kita hemat dari, US dollar, dari proses produksi yang ada disini. Ini bukan angka yang kecil, melainkan angka yang sangat besar sekali.

 

Wartawan:

(Audio tidak jelas)

 

Presiden:

Kalau kita disini siap—kenapa itu ditanyakan?—semuanya akan diolah di Indonesia.

 

Wartawan:

(Audio tidak jelas)

 

Presiden:

Saya sudah minta Petral diaudit, kemudian hasil auditnya sudah selesai. Tapi belum dilaporkan ke saya. Kalau sudah dilaporkan, baru akan ditindaklanjuti seperti apa akan saya sampaikan. Nanti tanyakan ke Menteri atau Dirut Pertamina.

 

Wartawan:

(Audio tidak jelas)

 

Presiden:

Urusannya urusan petrokimia, itu sudah diputuskan, sudah jalan.

 

Silakan Bu Menteri atau Pak Dirut yang mau menambahkan, apa tadi yang ditanyakan tadi

*****

Biro Pers, Media dan Informasi

Sekretariat Presiden