PEMBUKAAN RAKORNAS PP DAN KESEJAHTERAAN DAN PERLINDUNGAN ANAK, DI ISTANA NEGARA, JAKARTA, 17 JULI 08

 
bagikan berita ke :

Kamis, 17 Juli 2008
Di baca 983 kali

SAMBUTAN
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PADA ACARA
PEMBUKAAN RAPAT KOORDINASI NASIONAL PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KESEJAHTERAAN DAN PERLINDUNGAN ANAK

TAHUN 2008
DI ISTANA NEGARA, JAKARTA
PADA TANGGAL 17 JULI 2008

 

 

Bismillaahirrahmaanirrahiim,

 

Assalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh,

 

Salam sejahtera untuk kita semua,

 

Yang saya hormati, Saudari Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan beserta Bapak Sri Edi Swasono, para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu, para Gubernur, Wakil Gubernur, atau yang mewakili, yang hadir pada acara yang penting ini, para Pimpinan Lembaga-lembaga Pemerintah non Departemen dan Pejabat Pemerintah baik pusat maupun daerah, Keluarga Besar Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan, para Penerima penghargaan yang telah berdedikasi untuk memajukan kaum perempuan, termasuk kesejahteraan dan perlindungan anak.

 

Hadirin sekalian yang saya muliakan,

 

Marilah sekali lagi pada kesempatan yang baik dan, insya Allah, penuh berkah ini, kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan ridho-Nya, kepada kita semua masih diberi kesempatan, kekuatan, dan kesehatan untuk melanjutkan ibadah kita, pengabdian kita, karya kita, serta tugas kita kepada masyarakat, bangsa, dan negara tercinta. Saya juga mengucapkan selamat datang kepada peserta Rapat Koordinasi Nasional Pemberdayaan Perempuan dan Kesejahteraan dan Perlindungan Anak yang, insya Allah, akan segera kita buka pada pagi ini.

 

Hadirin sekalian yang saya cintai,

 

Acara ini sungguh penting dan saya berharap Rakornas kali ini menghasilkan sesuatu yang membawa kebaikan bagi nasib dan masa depan kaum perempuan dan anak Indonesia serta meningkatkan kinerja dari jajaran Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan dan seluruh jajaran pemerintahan di negeri ini, pusat dan daerah, untuk meningkatkan tugas dan pengabdiannya di waktu yang akan datang. Saya juga menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang tadi satu-persatu telah menerima penghargaan dari Ibu Menteri Pemberdayaan Perempuan. Teruskanlah untuk berprestasi, berbuat baik, dan mengabdi kepada sesama, utamanya kaum perempuan dan anak-anak kita.

 

Saudara-saudara,

 

Tadi Ibu Meutia Hatta menyampaikan apa yang disampaikan oleh mantan Sekjen PBB, Kofi Anan. Ada orang bijak yang juga mengatakan bahwa seorang pemimpin dunia yang terkenal, seorang jenderal yang masyhur di dalam peperangan, seorang sarjana yang melakukan penemuan besar yang mengubah jalannya sejarah, seorang pengusaha yang tumbuh dan akhirnya menjadi pengusaha yang sukses. Mereka semua memiliki jalan sendiri-sendiri untuk menuju ke puncak kejayaan itu. Tapi satu hal, semua dilakukan oleh seorang perempuan, oleh seorang ibu. Bahkan, supaya ibu-ibu lebih senang lagi, konon karier seseorang juga lebih berhasil karena didorong oleh istri, kalau yang bersangkutan ... . Putra-putrinya pun juga ikut mendorong, lengkap sudah keluarga itu, ayah, ibu, dan putra-putrinya. Oleh karena itu, ini adalah dasar dari sebuah kehidupan yang mesti kita rawat baik-baik, mesti kita majukan agar keluarga itu betul-betul menjadi pilar penting dalam pembangunan sebuah peradaban, civilization, yang sama-sama hendak kita kembangkan di negeri tercinta ini.

 

Saudara-saudara,

 

Kita mendengarkan dengan seksama sambutan dari Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan. Saya tidak akan mengulangi, hanya ingin memberikan beberapa hal yang mesti kita pedomani dan kita jalankan bersama-sama untuk, sekali lagi, memajukan kehidupan kaum perempuan dan anak-anak kita.

 

Pertama, pembangunan dalam arti luas, kaum perempuan dan anak-anak, merupakan prioritas dari pembangunan yang dilaksanakan oleh kita semua dan tentunya pemerintah berdiri di depan untuk menjalankan pembangunan ini. Kita melakukan semua upaya untuk melakukan perlindungan kepada kaum perempuan dan anak-anak, perlindungan dari kekerasan, dari kejahatan, dari tekanan hidup yang sangat berlebihan ketika mereka mengalami bencana, dan lain-lain. Ini yang paling penting, we protect that. Kita lindungi dari semuanya itu. Setelah itu, ingat mereka memiliki hak untuk mendapatkan kehidupan yang layak. Kita meningkatkan terus-menerus kualitas kehidupan mereka, the quality of life, dari kaum perempuan dan anak-anak yang terutama kita jalankan melalui pendidikan dan kesehatan sehingga mereka terjangkau oleh pendidikan dan kesehatan itu.

 

Setelah itu, makin tinggi lagi, kita terus memberdayakan, memajukan kaum perempuan di berbagai bidang, bidang ekonomi, bidang sosial, bidang politik, dan segala cabang kehidupan untuk perempuan dan untuk anak-anak. Setelah mereka mendapatkan hak dasarnya, pendidikan, kesehatan, setelah mereka kita lindungi dari berbagai tekanan yang amat berat apalagi kejahatan, maka kita menyiapkan mereka, menyiapkan generasi muda untuk menjadi manusia-manusia unggul, sehingga cita-cita bersama kita, Indonesia menjadi negara maju, developed country, pada abad 21 ini dapat kita wujudkan.

 

Semua itu bisa saya sari patikan dalam satu statement katakanlah, bahwa pemerintah Indonesia sungguh mengarusutamakan pembangunan kaum perempuan dan anak-anak, sekaligus mengarusutamakan gender dalam pembangunan kita, mainstreaming semuanya itu. Jadi jangan ragu-ragu untuk mengatakan, jangan tidak yakin diri bahwa apa yang kita lakukan ini sudah benar, kebijakannya benar, program-programnya benar, tentu ada masalah di sana-sini, ada hambatan di sana-sini. Mari kita atasi hambatan itu, kita pecahkan masalah itu, tetap pada prioritas yang hendak kita kembangkan bersama-sama ke depan dan kini.

 

Saudara-saudara,

 

Saya dan kita semua tentu gembira, setelah kita mengalami krisis yang dahsyat, sepuluh tahun yang lalu, banyak sekali hal-hal yang stagnan, mandek, bahkan ada juga yang mundur, setback, maka dengan kerja keras kita semua, seluruh rakyat Indonesia, para penyelenggara negara dan pemerintah, tahun demi tahun kondisi itu dapat kita perbaiki. Sebagai contoh, kalau kita bicara indeks pembangunan manusia, Human Development Index, yang diukur dari pendapatan, dari tingkat pendidikan yang dia alami, dari pelayanan kesehatan yang dia terima, orang-seorang, dari tahun ke tahun mengalami kenaikan.

 

Yang kedua, indeks pembangunan gender, Gender Related Development Index, disampaikan tadi ada perbaikan. Indeks pemberdayaan gender, Gender Empowerment Masses, ada kenaikan. MDG kita, Millenium Development Goal, yang kita ingin capai bersama-sama dengan masyarakat global pada tahun 2015 nanti, untuk Indonesia dinilai on track. Ini kita syukuri, ini tentu harus kita akui karena kerja keras kita semua. Tetapi ingat, masih panjang perjalanan yang harus kita tempuh, meskipun ada perbaikan-perbaikan, tapi kita semua tentu belum puas, kita harus berbuat lebih banyak lagi, lebih serius lagi, lebih terpadu lagi di seluruh tanah air, we have to do more, much more, supaya betul-betul kemajuan itu makin tinggi di waktu yang akan datang.

 

Hadirin yang saya hormati,

 

Kalau kita sering melihat tayangan televisi di dalam dan di luar negeri, katakanlah kalau media internasional itu CNN, BBC, Al-Jazeera, dan banyak lagi, yang hampir tiap saat bisa kita lihat. Kita sering sedih, iba, banyak sekali tragedi kemanusiaan, banyak sekali kondisi yang ekstrim menyangkut kaum perempuan dan anak-anak di seluruh dunia ini. Saya tidak akan menyebut negara-negara mana yang mendapatkan cobaan, ujian, dan tantangan itu, dan sering dengan mata telanjang kita, kita melihat kondisi seperti itu. Sering saya katakan, juga di ruangan ini, penduduk dunia sekarang jumlahnya sekitar 6,4 milyar manusia. Separuh dari jumlah itu masih miskin. Dari yang miskin itu ada yang ekstrim, 800 juta manusia di dunia ini kalau malam tidak bisa tidur atau tidurnya tidak nyenyak karena menahan rasa lapar, 800 juta, 200 juta diantaranya adalah anak-anak dan tentu kaum perempuan di situ. Kita bertanya: Adakah yang di ruangan ini merasa tiap malam tidak bisa tidur karena lapar? Kalau tidak, bersyukur. Tetapi ingat, masih ada saudara-saudara kita, umat manusia di dunia, termasuk barangkali bangsa Indonesia yang belum secukup, selayak kehidupan saudara-saudaranya yang lain. Ini memerlukan empati dan bukan hanya empati, memerlukan kerja nyata kita, bantuan kita untuk meringankan beban mereka. Pemerintah tentunya berdiri di depan, berkewajiban untuk meningkatkan kesejahteraan itu, mengurangi penderitaan dan kemiskinan dan ini adalah kewajiban moral dari seluruh komponen bangsa. Oleh karena itu, mari kita teruskan upaya-upaya konkrit untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan mengurangi kemiskinan secara sistematis.

 

Alhamdullilah, dari tahun ke tahun, keadaaan kesejahteraan kita, meskipun mengalami tantangan-tantangan yang berat seperti bencana tsunami dan berbagai bencana alam, meroketnya harga minyak dunia sekarang ini, inflasi pangan dunia yang memukul juga perekonomian kita, tetapi sekali lagi dengan kerja keras kita, kita terus mengatasi dan memperbaiki kesejahteraan itu. Meskipun masih ada titik-titik yang rawan, ada spot-spot di negara kita ini yang rawan gizi, rawan bencana alam, menimbulkan gangguan pertanian, dan lain-lain. Itu jangan dihindari, ditangani dengan sebaik-baiknya. Saya yakin kalau semua berpikir seperti itu maka setiap masalah pasti dapat dicarikan solusinya.

 

Saudara-saudara,

 

Minggu lalu saya menghadiri pertemuan G8+8 di Hokkaido, Jepang. Topiknya kebetulan menyangkut dengan apa yang kita bicarakan hari ini. G8 itu adalah negara-negara yang dianggap paling maju, paling kuat, paling besar, paling kaya di dunia ini yaitu Amerika Serikat, ada Jepang, ada Inggris, Perancis, Jerman, Italia, Rusia, Kanada. Mereka ngundang 8 negara lain yang disebut dengan major economies, itu China, India, Brazilia, Afrika Selatan, Korea Selatan, kemudian Australia, nah, alhamdullilah, untuk pertama kali Indonesia diundang dalam forum G8+8 itu.

 

Yang dibicarakan adalah perubahan iklim yang membawa malapetaka yang mengubah tatanan atau struktur iklim, memukul banyak sektor-sektor pertanian, mengakibatkan kekurangan pangan dan lain-lain. Akhirnya, menimpa kaum perempuan dan anak-anak di banyak negara. Kita bahas bagaimana menyelamatkan dunia bersama-sama, memelihara bumi kita ini baik-baik. Setelah itu kita membahas, melihat meroketnya harga minyak, inflasi pangan, dan juga gejolak perekonomian sepert ini, saya, alhamdullilah, karena mewakili negara berkembang, menyampaikan pandangan-pandangan, kritik-kritik, ajakan, dan harapan bagaimana dunia ini lebih adil, dunia ini lebih berimbang, dunia ini memperhatikan terutama bangsa-bangsa yang menderita karena tantangan dunia yang tentunya belum adil, yang mesti harus kita perjuangkan.

 

Yang ingin saya sampaikan adalah, dalam forum itu, saya sampaikan kalau ini tidak bisa kita selesaikan dengan baik, gejolak minyak dunia, pangan, climate change atau perubahan iklim, maka MDGs, Millenium Development Goal, komit untuk mengurangi kemiskinan bangsa-bangsa sedunia separuhnya pada tahun 2015, saya khawatir tidak bisa kita capai, justru akan muncul kantong-kantong kemiskinan yang baru di seluruh dunia dan tentunya dengan segala kompleksitas permasalahannya. Kewajiban kita untuk juga menyerukan kepada forum global seperti itu, tetapi tidak perlu kita harus menunggu belas kasihan dunia, tidak perlu kita harus menunggu hadirnya tatanan dunia yang adil. Mari kita sendiri lebih mandiri, lebih bertanggung jawab dengan segala kemampuan yang ada, kita lakukan yang bisa kita lakukan. Itu yang harus menjadi tekad kita sebagai bangsa karena kita bukan bangsa yang kecil. Kita juga punya kemampuan untuk mengatasi masalah-masalah yang kita hadapi.

 

Dalam kaitan ini, berkaitan dengan konteks Indonesia, saya harus sekali lagi mengatakan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, mengurangi kemiskinan, memajukan kaum perempuan dan anak-anak kita, semua bertanggung jawab, semua harus bekerja. Mulai dari saya, Presiden, para Menteri, para Gubernur, para Bupati, para Walikota. Mengapa? Karena semua mengemban amanah untuk meningkatkan kesejahteraan dan mengurangi kemiskinan itu. Ada satu contoh, satu kasus yang harus kita jadikan untuk meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab kita.

 

Suatu saat ada SMS masuk kepada Ibu Negara. Karena ratusan, ribuan SMS itu masuk, baik kepada staf saya, pada 9949, untuk SMS itu, atau surat PO BOX 9949 Jakarta 10000 atau ke staf saya, ajudan saya, ratusan. Jumlahnya sekarang, sejak Juli tahun 2005 sudah 2,5 juta lebih SMS yang tiap dua minggu kita bedah, kita simpulkan apa saja isu-isu yang menonjol, harapan rakyat, kritik rakyat, protes rakyat, dukungan rakyat, dan sebagainya. Jadi saya bisa mengukur denyut nadi rakyat, apa yang dirasakan karena barangkali tidak semua muncul dalam media massa.

 

Saudara-saudara,

 

Ada SMS yang masuk, kebetulan kami sedang di luar kota, tugas di daerah, SMS itu bunyinya: ada seorang ibu, putranya, anaknya sakit. Umur berapa ibu? Yang kurang gizi katanya itu. Ya, yang masih balita begitu, katanya sakit, terus minta perhatian dan bantuan. Rupanya karena kami dalam perjalanan, begitu selesai acara kita buka SMS itu, sudah datang SMS satunya lagi, bahwa anak itu meninggal. Kemudian, menceritakan bagaimana, begini, begitu, ya kira-kira, ya protes. Maka secara persuasif kita jawab: Ibu, Bapak, itu putranya meninggal kenapa? Misalkan, katakanlah kekurangan gizi. Sudahkah dibawa ke Posyandu, ke Puskesmas? Sudahkah berkonsultasi dengan fasilitas kesehatan yang untuk rakyat miskin itu free, bebas, dan seterusnya, dan seterusnya. Kalau satu anak, tentu yang paling tahu, yang harus aktif keluarganya, ibu, ayah, pun tetangga-tetangganya kalau itu serius, mungkin juga kepala desanya. Nah, kalau semua elemen di negeri ini, semua strata kepemimpinan di negeri ini peduli, bertanggung jawab, dan juga berbuat sesuatu dan rakyat sendiri juga berkomunikasi dengan para pemimpinnya, Kepala Desa, Camat, Bupati, Walikota, Dokter setempat, Puskesmas, dan lain-lain, tentu banyak yang bisa kita lakukan, banyak yang kita selamatkan. Jadi, semua harus mengambil tanggung jawab.

 

Kalau dari seluruh Indonesia ada satu Kecamatan karena kemarau panjang tiba-tiba kekurangan gizi, rawan pangan, maka yang harus lebih responsif, lebih cekatan, lebih bertindak, ya, Pak Camat dan di atasnya, Pak Bupati, mungkin Pak Gubernur bisa, kalau memang serius bisa membantu. Kalau serius saya turunkan Menteri. Tapi jangan menunggu sampai turunnya pusat ke daerah itu, urusan Kecamatan. Begitu cara berpikir kita. Dengan demikian, kalau semua sistem bekerja, simpul-simpul pemerintahan itu bergerak mengambil langkah-langkah yang nyata maka meskipun masalah selalu ada, bagi negara berkembang, tapi kita cepat mengatasinya dan tidak melebar dan bahkan kita bisa melakukan perbaikan-perbaikan yang semestinya. Ini saya sampaikan sekaligus bahwa kita perlukan kebersamaan seperti itu, sharing tanggung jawab dan kewajiban.

 

Saudara-saudara,

 

Semua telah mengetahui bahwa pemerintah telah menetapkan dan menjalankan berbagai kebijakan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, untuk mengurangi kemiskinan, untuk memajukan kaum perempuan dan anak-anak. Mari kita sukseskan, mari kita jalankan. Jangan ada yang apatis, apalagi abdi negara, apalagi jajaran pemerintahan. Jangan ada yang lalai apalagi menghambat. Ini untuk rakyat, untuk mereka, untuk yang memerlukan bantuan nyata. Mari kita ambil tanggung jawab penuh dengan kepemimpinan yang baik untuk menyukseskan semua program itu. Saya tidak ingin mengulangi lagi, ada cluster-cluster atau paket-paket bantuan, seperti bantuan pendidikan bagi yang miskin, kesehatan bagi yang miskin, lantas beras untuk rakyat miskin, bantuan langsung tunai bersyarat, bantuan untuk lanjut usia, bantuan bagi yang terkena musibah bencana, semua itu dalam paket bantuan dan perlindungan sosial. Kita jalankan dan pemerintah daerah mesti berdiri di depan, pusat harus lebih menyerahkan kepada daerah karena mereka yang lebih tahu kondisi riil di situ.

 

Paket yang satunya lagi adalah PNPM Mandiri, pemberdayaan, alokasi dana untuk memberdayakan masyarakat lokal. Ini juga harus mengalir dengan baik. Ada lagi Kredit Usaha Rakyat dengan sistem agunan untuk usaha mikro, kecil, dan menengah, membantu mereka tumbuh usahanya. Ini juga harus sukses karena ada kenaikan BBM, ada bantuan langsung tunai untuk sementara bagi yang memerlukan. Ini tentunya program-program yang harus kita sukseskan di seluruh tanah air. Saya tidak bisa menerima alasan apa pun program ini tidak mengalir, tidak berjalan. Ini akuntabilitas kepada rakyat, akuntabilitas kepada publik dan saya sudah meminta pers, angkat daerah-daerah mana yang tidak berjalan programnya dan mengapa. Angkat daerah-daerah mana yang bagus programnya supaya rakyat Indonesia tahu pemimpin-pemimpin yang cekatan, baik pusat maupun daerah, pemimpin-pemimpin mana yang biasa-biasa saja, baik pusat maupun daerah.

 

Ini iklim keterbukaan yang harus kita manfaatkan secara positif. Rakyat mesti tahu apa kebijakan dan program pemerintah, rakyat juga mesti tahu apa yang dilakukan oleh kita untuk menyukseskan program-program itu. Ini yang kita tuju dan kita bangun sekarang ini.

 

Saudara-saudara,

 

Saya ingin menggarisbawahi kaum perempuan, PNPM, KUR, dan program-program sosial, kaum perempuan berdirilah di depan. Di ruangan ini saya pernah mengundang seorang penerima Nobel Perdamaian, namanya Muhammad Yunus. Saya undang beliau, saya berikan kesempatan memberikan lecture atau ceramah di ruangan ini, saya undang banyak pihak waktu itu. Saya tanyakan kepada beliau, Pak Yunus, mengapa berhasil program usaha mikro, kecil, dan menengah, dan kredit yang diberikan oleh Grameen Bank waktu itu? Dijelaskan. Tapi satu hal, berhasil dengan baik sampai beliau mendapatkan hadiah nobel karena pelibatan kaum perempuan. Untuk tidak geer, untuk tidak geer, kaum perempuan itu lebih teliti, lebih rajin, lebih disiplin, sehingga kalau memikirkan kredit usaha mikro, kecil, kredit Rp 1 juta, 2 juta, 5 juta, 10 juta itu lebih tepat sasaran, mengangsurnya mesti tepat, tidak digunakan yang aneh-aneh, kemudian tumbuh dan sebagainya.

Jadi kalau membantu para Bupati, Walikota, tentu pahalanya besar, dan kemudian tentu membawa manfaat bagi rakyat. Tolonglah, kaum perempuan, organisasi-organisasi, komunitas, dan Kementerian Negara PP tentu ikut mendorong mereka melakukan hal yang sangat penting itu.

 

Saudara-saudara,

 

Memang banyak sekali teori dan wacana untuk mengurangi kemiskinan, meningkatkan kesejahteraan, tapi akhirnya yang diperlukan ini langkah nyata. Diskusi itu penting, pembahasan penting, teori bagus, wacana, harus dalam sebuah kehidupan demokrasi. Tapi tidak cukup hanya itu. Nggak ke mana-mana, kemiskinan tidak akan turun, masyarakat tidak tambah sejahtera kalau habis waktu kita, tenaga kita, sumber daya kita, uang kita, hanya untuk itu. Selebihnya harus kita gunakan untuk menjalankan program dan langkah nyata. Dan ingat saudara-saudara kita yang masih miskin, bukan untuk kita eksploitasi. Ini mungkin kita namanya, ayo kita dengan penuh persaudaraan, suatu saat mereka-mereka juga akan berdaya. Suatu saat mereka juga tidak akan miskin dan sejahtera. Dengan pendekatan kasih sayang, dengan pendekatan tanggung jawab saya yakin akan lebih cepat peningkatan kesejahteraan rakyat dan pengurangan kemiskinan, bukan dengan cara-cara yang lain yang barangkali dalam musim Pemilu itu akan muncul. Saya katakan baik-baik saja. Boleh-boleh saja iklan politik, kampanye politik, dan seterusnya. Tetapi di atas segalanya, langkah nyata, kerja kita, program kita. Kita yang sedang mengemban amanah di jajaran pemerintahan, ya, mari kita ambil tanggung jawab ini dengan sepenuh-penuhnya untuk rakyat mereka.


Saudara-saudara,

 

Ada satu-dua isu yang ingin saya sampaikan. Masalah tenaga kerja, termasuk tenaga kerja wanita kita yang sebagian besar juga ada putra-putrinya pada saat mereka bekerja di luar negeri, utamanya di Malaysia. Saya dengan para Menteri dan Pejabat terkait terus memikirkan, meningkatkan perlindungan, pelayanan bagi saudara-saudara kita itu. Sebagai contoh di Kuala Lumpur, sekian bulan yang lalu masih belum bagus benar, dua-tiga bulan yang lalu saya cek kembali, saya data kembali, berubah semuanya. Cepat, nyaman, dan terlayani dengan baik sehingga sebagai bangsa kita juga menghormati negara lain. Bagus pelayanan kita, perlakuan kita kepada bangsa dan warga sendiri juga bagus.

 

Tahun 2006, saya dengan Perdana Menteri Malaysia, Abdullah Badawi, itu melaukan pertemuan di Bukittinggi, Sumatera Barat. Saya mengusulkan kepada Pak Lah pada waktu itu, tolonglah karena dari sekian ratus ribu tenaga kerja Indonesia, terutama di Serawak dan di Sabah, ada putra-putri, anak-anak, mereka sulit bersekolah. Saya tahu barangkali sistem pendidikan di Malaysia tidak ada ruang untuk berdirinya ”sekolah-sekolah asing”, tetapi ini kan kita saudara dekat. Mereka juga menyumbang ekonomi Malaysia. Ini anak-anak kami, perlu pendidikan, perlu sekolah. Singkat kata, Malaysia merespon dengan baik. Dengan beberapa kali pertemuan pada tingkat Menteri, tingkat Pejabat Tinggi, disetujui dibuka sekolah di Sabah dan di wilayah lain. Saya menerima SMS beberapa minggu yang lalu kurang lebih, dua minggu yang lalu, berterima kasih kepada pemerintah telah bisa dibangun. Namun, mengatakan fasilitasnya kurang. Lalu kita kirim apa yang kurang. Ada berapa pakaian. Alhamdulillah, sudah bisa saya bantu, tetapi saya dapat lagi foto itu ternyata bangunan sekolahnya, Ibu Meutia Hatta, itu kurang bagus, tidak bagus. Seskab tolong sampaikan Menko Kesra, Mendiknas, dan Ibu Menteri Pemberdayaan Perempuan untuk berangkat ke Sabah, melihat langsung fasilitas itu. Bertemulah dengan mereka, anak-anak kita, kaum perempuan, dan mari kita bangun, kita bantu yang pantas bagi sebuah fasilitas pendidikan. Kita ini harus menjadi bangsa yang terhormat. Dan saya lihat hasilnya, prihatin saya. Bisa, kok, kita bisa membangun gedung-gedung di Indonesia, SD, SMP, SMA secara bertahap. Saya kira itu penting. Itu adalah calon-calon pemimpin Indonesia di waktu yang akan datang yang sekarang sedang ikut orang tuanya bekerja di negara sahabat. Jadi, saya ingin langsung dilihat di sana. Kemudian, mari kita bantu pembangunannya sehingga layak, sama layaknya dengan fasilitas yang ada di negara kita.

 

Kemudian, yang terakhir adalah masalah anak-anak Indonesia. Saya garis bawahi visi yang tertuang dalam Program Nasional Bagi Anak Indonesia (PNBAI) Tahun 2015. Visinya bagus Anak Indonesia yang Sehat, Tumbuh dan Berkembang, Cerdas Berakhlak, Terlindungi dan Aktif Berpartisipasi. Mari kita wujudkan, jangan tetap hanya menjadi semboyan, menjadi visi, dengan sekali lagi aksi nyata, program nyata di seluruh Indonesia. Kita pakai biasanya membikin visi, membikin motto, rencana strategis, tetapi kita tidak tekun, kita kurang, mohon maaf, sungguh-sungguh di dalam mewujudkan semua itu dalam kehidupan masyarakat kita. Saya mengajak mari kita wujudkan bersama-sama. Dalam Harkitnas kemarin 20 Mei, saya pidato agar Indonesia menjadi negara maju syaratnya ada tiga lebih mandiri, lebih berdaya saing, dan peradaban kita harus makin tinggi, civilization. Lagi-lagi peran perempuan dan faktor anak menjadi sangat penting, termasuk kalau kita berbicara anak,berikan kepedulian yang tinggi, bantu anak-anak kita yang dalam kondisi miskin keluarganya dan dalam kondisi cacat. Mereka justru harus mendapatkan sentuhan dan bantuan yang lebih tinggi. Dengan demikian, negara kita msekipun masih terus membangun, masih menghadapi persoalan tapi dilihat oleh rakyat kita adil karena juga memperhatikan nasib dan persoalan mereka.

 

Menutup dari sambutan saya ini, tahun politik tahun 2008. Tahun depan tahun Pemilu 2009. Saya berdoa, saya ikut berbuat agar kuota 30% itu bisa dicapai. Kita senang kalau lebih banyak lagi kaum perempuan berada di DPR RI, DPRD di seluruh Indonesia, DPD, jajaran pemerintahan, lebih banyak lagi Gubernur dari kaum perempuan, Bupati, Walikota. Ini kaum laki-laki jangan merasa wah bahaya ini generasi. Tidak , masih jauh. Di Kabinet ada empat Menteri perempuan. Biasanya dua. Tahun 2004-2009 kita berikan empat slot, tentu harapan kaum perempuan siapa pun nanti yang memerintah tahun 2009 ke depan, sama atau mungkin lebih banyak lagi kaum perempuan di Kabinet, dengan syarat memiliki kapasitas dan integritas, layak dan tepat untuk menjadi Menteri dalam Kabinet. Matangkan demokrasi kita. Pemilu nanti pasti ada kompetisi. Di negara mana pun itu, politik suhunya akan panas, sosial akan ada goncangan-goncangan. Mungkin ada sedikit gangguan ketertiban, wajar. Tapi yang ingat mari kita cegah untuk tidak menjadikan negara kita mundur ke belakang. Banyak cara-cara berkompetisi yang dapat dilakukan tanpa menimbulkan kekerasan. Banyak cara untuk mencapai tujuan dengan cara-cara yang baik. Kaum perempuan memiliki sensitivitas yang tinggi, memiliki standar moral yang baik. Oleh karena itu, ikutlah menjadi pelopor dalam kompetisi politik ini, untuk betul menjalankan politik yang baik supaya rakyat tenang dan senang. Dan kaum laki-laki tidak berarti kita tidak harus seperti itu, sama. Dengan demikian, insya Allah, Pemilu dapat kita laksanakan dengan baik, demokratis, jujur, adil, ada perangkat kepemimpinan nanti yang tepat memimpin negara ini entah DPR, DPD, MPR, Pemerintah, dan seterusnya, dan program-program pembangunan terus dapat kita lanjutkan. Rakyat bisa memilih pemimpin-pemimpinnya. Di negara demokrasi, makin banyak pilihan makin bagus. Dengan demikian, akhirnya, dengan intervensi Allah Subhaanahu wa Ta’alaa agar dipilih pemimpin-pemimpin di negeri kita ini pemimpin-pemimpin yang bisa melanjutkan tugas bangsa kita.

 

Saya kira itulah. Dan akhirnya, dengan terlebih dahulu memohon ridho Allah Subhaanahu wa Ta’alaa seraya mengucapakn Bismillaahirrahmaanirrahiim, Rakornas Pemberdayaan Perempuan dan Kesejahteraan serta Perlindungan Anak Tahun 2008 dengan resmi saya nyatakan dibuka.


Sekian

 

Wassalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.

 


Biro Naskah dan Penerjemahan,
Deputi Mensesneg Bidang Dukungan Kebijakan,
Sekretariat Negara RI