Pengarahan Presiden pada Peninjauan Masjid Darusalam, SDN 140 Kabere, Baruga Letnan, 20-2-14, Sulsel
PENGARAHAN
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PADA
PENINJAUAN MASJID DARUSSALAM DAN SDN 140 KABERE,
SERTA BARUGA LETNAN
DI KABUPATEN ENREKANG, PROVINSI SULAWESI SELATAN
TANGGAL 20 FEBRUARI 2014
Â
Bismillahirrahmanirrahim,
Assalaamu’allaikum Warrahmatullaahi Wabarakaatuh,
Â
Alhamdulillaahirabbil ‘aalamiin,
Â
Para Menteri dan anggota DPR RI, Panglima TNI, Kapolri, Kepala Badan Intelijen Negara, dan semua rombongan dari Jakarta,
Â
Pak Gubernur, Pak Bupati, dan para pejabat pemerintahan yang bertugas di Sulawesi Selatan, kakak saya, senior saya, Sesepuh TNI, Bapak T.B. Silalahi, dan para sesepuh yang juga hadir pada kesempatan ini saya lihat ada Bapak Tamlicha Ali, Bapak Rifa’i, dan saya kira masih ada yang lain, Pak Mangindaan sebenarnya juga salah satu sesepuh dan senior sewaktu kami bertugas di jajaran Tentara Nasional Indonesia, beliau menjadi menteri sekarang ini,
Â
Yang saya cintai dan saya muliakan para Ulama, para Tokoh Masyarakat, Pemuka Adat, dan Saudara-saudara kami yang ada di Enrekang ini yang dimuliakan Allah SWT.
Â
Kita bersyukur dapat bersilaturahim di tempat ini. Saya mendapatkan penjelasan dari Pak T.B. Silalahi apa yang terjadi di tanah yang bersejarah ini, mulai dari pendirian masjid, membangun sekolah, membangun pendopo, dan sejumlah infrastruktur, dan itu sesuatu yang monumental pada konteks waktu itu. Tetapi yang lebih penting, Pak T.B. bukan itunya, Bapak telah membangun jalinan atau ikatan hati antara Tentara Nasional Indonesia dengan rakyat, dan itu cikal bakal dari banyak peristiwa di Indonesia waktu itu, tahun 50-an, tahun 60-an yang akhirnya melahirkan satu doktrin penting yang berlaku hingga sekarang, yaitu kemanunggalan TNI dengan rakyat. Boleh bertepuk tangan untuk itu.
Â
Banyak tentara asing, tentara di negara-negara yang maju dan modern, yang memiliki persenjataan yang lebih canggih, tetapi belajar di Indonesia tentang yang disebut kemanunggalan TNI dengan rakyat, militer dengan sipil, kemudian operasi-operasi lawan insurgency, operasi gerilya yang semua itu akan dimenangkan manakala bisa merebut hati dan pikiran rakyat, winning the hearts and the minds of the people. Ya baik duduk bersama, saling percaya-mempercayai, saling hormat-menghormati, TNI menjadi benteng kalau masyarakatnya diganggu oleh siapa pun, melindungi. Kalau ada kesulitan dibantu seperti persis yang terjadi di tanah ini pada era waktu itu, era yang tidak mudah. Oleh karena itu, Pak T.B. atas nama negara dan pemerintah, dan selaku pribadi, saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya. Terima kasih dan penghargaan tentu saya sampaikan kepada para pemuka agama, dan masyarakat waktu itu tentu sekarang sebagian sudah dipanggil oleh Allah SWT, tetapi ada putra-putrinya, ada penerusnya, saya juga perlu mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada mereka.
Â
Bapak-Ibu Hadirin sekalian,
Â
Tadi sudah disampaikan oleh kedua tokoh yang menceritakan apa yang terjadi di tempat ini. Pak T.B. Silalahi juga mengulas, meskipun singkat, saya kira banyak yang belum disampaikan, kalau disampaikan kunjungan saya tambah satu hari ke Sulawesi Selatan ini, karena banyaknya pengalaman beliau waktu itu. Namun kita semua sudah bisa menyimpulkan bahwa manakala perwira TNI bertugas di mana pun, di Jawa, di luar Jawa, keadaan damai, situasi perang, tetapi dekat dengan rakyat, berbuat untuk rakyat, menolong dan melindungi rakyat, maka rakyat akan sepenuhnya mendukung negara, mendukung pemerintah, mendukung TNI untuk menjalankan tugas pokoknya.
Â
Tentara di mana pun tidak berpetualang sendiri-sendiri, mereka mengemban tugas negara, gugur demi Sang Merah Putih, dan itulah yang menurut saya perlu dihidupkan. Kalau tempat ini akan diabadikan menjadi monumen saya kira bagus, silakan dipersiapkan dengan baik dan sebagai tetenger dari banyak tempat di negeri ini yang juga ada peristiwa-peristiwa bersejarah yang mencirikan kemanunggalan TNI dengan rakyatnya.
Â
Tiga hari yang lalu saya berkunjung Bapak-Ibu ke daerah bencana di Jawa Timur, ini staf saya mengatakan kunjungan saya dan rombongan menggunakan jalan darat kereta api dari Jakarta ke Madiun 645 kilometer. Di Jawa Timur pun menjelajahi sejumlah kabupaten dan kota, totalnya itu ada sepuluh yang kami jelajahi, dan itu menempuh perjalanan 1000 kilometer. Insya Allah di Sulawesi ini mulai kemarin hingga nanti kembali ke Makasar akan menempuh perjalanan sekitar 800 kilometer.
Â
Apa yang ingin saya sampaikan? Kunjungan kami ini betul-betul pertama ingin melihat langsung kondisi yang dihadapi oleh masyarakat, baik di daerah bencana di Kediri, Blitar, Malang kemarin, maupun di Sulawesi ini meskipun tidak ada bencana, tapi apa yang telah dilakukan untuk memajukan dan menyejahterakan rakyat kita. Saya tahu Pak Gubernur, para bupati, dan para walikota dengan semua jajaran negara yang bertugas di tempat ini telah berupaya sekuat tenaga. Kemajuannya juga menonjol Sulawesi Selatan ini, dan saya sudah mengucapkan terima kasih.
Â
Sungguhpun demikian saya harus melihat langsung, melihat apalagi yang perlu dilakukan baik oleh pemerintah daerah maupun pemerintah pusat, apakah di bidang pendidikan, kesehatan, dan semua bidang-bidang pembangunan. Saya juga akan bertemu dengan rakyat sepanjang kunjungan saya ini, dan tentunya Tanah Toraja adalah tanah yang belum saya kunjungi, sudah lama saya ingin berkunjung ke tempat itu, tapi Allah baru izinkan sekarang ini dan itu pun bagian dari kunjungan saya dengan rombongan.
Â
Memang padat Pak T.B., Bapak-Ibu, jadi kalau Paspampres, kalau Protokol, mungkin agak ketat itu bukan membatasi saya untuk berkomunikasi, bersilaturahim, berjabat tangan, dengan Bapak-Ibu, tidak, karena memang waktunya harus dibagi betul. Tadi malam sampai Pare-pare yang seharusnya diperkirakan 18.30, setengah tujuh, kami datang setengah sembilan, dua jam terlambat karena memang sepanjang jalan kami bersyukur saudara-saudara kita menyapa rombongan saya, saya menyapa mereka dengan lebih bersyukur lagi, dan itulah saya kira yang pernah dirintis di tanah ini, hubungan antara pemimpin dengan rakyat yang mesti kita jaga dengan sebaik-baiknya. Dan, kami sudah siap mental untuk terus bergerak selama tiga hari ini mengunjungi sepuluh kabupaten yang sudah kami rancang, dan mudah-mudahan kunjungan kami memberikan berkah, dan sekaligus bermanfaat bagi saya selaku Presiden untuk memastikan bahwa pembangunan di seluruh Indonesia bisa berjalan dengan baik, aspirasi rakyat bisa kami terima, yang sudah baik kita jaga dan tingkatkan, yang belum baik kita perbaiki dan sempurnakan. Itulah hakikat pembangunan, itulah tugas pemimpin dari satu periode ke periode yang lain.
Â
Dan, yang terakhir, tadi Pak T.B. Silalahi menyinggung tentang apa yang menjadi perhelatan bangsa kita tahun ini, yaitu pemilihan umum yang hendak memilih pemimpin-pemimpin yang baru, utamanya Presiden dan Wakil Presiden, dan juga memimpin, memilih wakil-wakil rakyat yang baru, apakah DPR RI, DPD RI, maupun DPRD. Saya berharap semua menjadi bagian untuk menyukseskan pemilihan umum ini. Â Mari kita jaga agar suasana tetap aman dan damai, tertib yang menggunakan, yang memiliki hak pilih gunakan hak pilihnya, jangan golput, pilih siapa pun yang dipercayai untuk mengemban tugas di negara ini, baik wakil rakyat, maupun Presiden, dan Wakil Presiden. Saya kira begitu cara melihat pemilihan umum 2004 bagus, 2009 bagus insya Allah, 2014 ini pun juga bagus.
Â
Kemudian saya sendiri, ini tahun terakhir saya mengemban tugas, saya dengan semua yang bertugas di pemerintahan berupaya sekuat tenaga untuk memajukan negeri ini, untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat kita, untuk membikin negeri kita makin terhormat di mata dunia, dan banyak pekerjaan rumah yang kami laku, yang harus kami lakukan. Tentu selama sembilan tahun, insya Allah sepuluh tahun, banyak yang alhamdulillah kita capai, kita hasilkan, tetapi tentu tidak sedikit pula pekerjaan rumah yang mesti dilanjutkan oleh pemimpin-pemimpin yang akan datang. Dan saya berpesan tanggal 20 Oktober nanti insya Allah ada pemimpin kita yang baru. Mari kita dukung, negara akan maju kalau rakyat mendukung pemimpinnya. Tentu pemimpinnya mengayomi dan adil kepada semua rakyatnya. Itulah yang diidam-idamkan oleh bangsa Indonesia. Demokrasi bisa gaduh, bisa ramai, politik bisa panas tetapi jangan kehilangan arah. Kita ini hendak menuju ke mana, kita ingin membangun bangsa, menuju masa depan yang lebih baik dibutuhkan pemimpin-pemimpin mulai tingkat pusat sampai daerah, dan diperlukan kebersamaan antara rakyat dengan pemerintah untuk menyukseskan pembangunan itu.
Â
Itulah yang dapat saya sampaikan, dan terakhir di sini ada jajaran TNI yang bertugas di Sulawesi Selatan, apa yang disampaikan Pak T.B. Silalahi dan tokoh masyarakat tadi adalah bukti sejarah, contoh yang baik, teladan, dan lanjutkan di waktu yang akan datang, dan semoga hubungan baik antara TNI dan rakyat, tentunya termasuk jajaran kepolisian dan aparat pemerintahan yang lain dengan rakyat juga terjalin tetap baik dan bahkan makin baik. Sampaikan salam saya kepada para keluarga yang ada di kediaman, dan semoga Allah SWT selalu melindungi dan membimbing kita semua menuju hari esok yang lebih baik.
Â
Sekian.
Â
Wassalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.
Asisten Deputi Naskah dan Penerjemahan,
Deputi Bidang Dukungan Kebijakan,
Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia